Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09. Menantu Impian Mama Reni
"Gini deh, terserah Bang Robby mau bilang apa tentang aku terserah, yang jelas aku gak ada niatan sedikitpun buat mencelakakan Mama," jawab Dikta memutus pandangan mata mereka dengan membuang muka.
"Gausah percaya, pasti dia yang telpon Tante Reni dan ngabarin ke Tante Reni kalau dia habis ditalak, jadinya Tante Reni datang ke rumah," Glenca berjalan ke arah Robby dan berusaha mempengaruhi Robby.
Dikta menatap Robby dengan mata nanar dengan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir agar Robby tidak mendengar kalimat Glenca yang bernada hasutan.
"Lebih baik kamu pergi dari sini, Abang gak mau kamu ngehasut Mama lagi," Robby mengusir Dikta yang berdiri tak bergeming disana.
Robby terdiam, dia tidak bergerak sedikitpun, betapa hancurnya perasaannya saat ini mendengar ucapan Robby kepadanya.
"Astagfirullah Mas, sehina itu aku dimata kamu, sampai kamu sebegitunya percaya pada omongan Glenca," Dikta luruh air matanya sudah tidak tertahan lagi.
"Sudah! Jangan drama kamu, lebih baik kamu pergi dari sini," Robby menarik tangan Dikta dan memaksanya pergi dari sana.
Dikta yang ingin menemui Mama Reni, memberontak sehingga terjadi adegan tarik menarik disana, dimana Dikta tetap bertahan sedangkan Robby dan Glenca menarik tangan Dikta.
Brak!
Aw!
Dikta mengeluh tertahan saat tubuhnya terjatuh dilantai dengan bagian perutnya yang menyentuh lantai, Robby dan Glenca terdiam saat Dikta meringis sedikit.
"Gausah acting deh, biar kasian gitu sama kamu!" Glenca menarik tangan Dikta yang kewalahan berdiri dab merasakan sakit di perutnya.
"Berhenti!"
Suara seorang pria dengan jas kedokteran miliknya berjalan mendatangi mereka bertiga berusaha menghentikan aksi Glenca dan Robby.
Dia adalah Adam.
"Mas Adam?" lirih Dikta memegangi perutnya saat Adam langsung memapah tubuh Dikta dan membantunya berdiri.
Setelah berhasil berdiri, Dikta segera melepas tangan Adam dan memotong hubungan bersentuhan kulit mereka tadi. "Maaf Mas, bukan mahrom."
"Oh, pahlawan kesiangan sudah datang, gausah ikut campur deh!" Glenca menohok dan tersenyum sinis pada Adam.
"Ini Area rumah sakit, jangan membuat kerusuhan, dan kamu Robby! Jadi ternyata ini alasan dari Dikta menangis tadi, wah sudah hebat kamu, membahagiakan satu wanita saja tidak becus kau malah ingin membahagiakan wanita lain? Sadar Robby haram bagimu menelantarkan istri yang mengandung anakmu!" jawab Adam menunjuk Robby yang masih berdiri santai.
Robby mendelik sinis. "Bukan urusanmu, lagian kau hanya mantan kekasihnya Dikta, kenapa kau harus ikut campur dalam urusan rumah tanggaku."
"Atau jangan-jangan anak dalam kandungan Mbak Dikta, adalah anak dokter ini," timpal Glenca yang menusuk hati Dikta.
"Cukup yah! Jangan kamu bawa-bawa dan mempertanyakan anak dalam kandunganku lagi," Dikta berteriak dengan tangis terisak.
"Aku tidak habis pikir padamu Robby, kau adalah manusia paling berdosa, dibulan ramadhan seperti ini bukannya memuliakan istrimu, kau malah menelantarkannya, aku harap kau tidak akan merasakan apa arti itu kehilangan," Adam benar-benar merasa muak dengan Robby saat itu.
Mama Reni yang mendengar keributan diluar segera berjalan keluar dari ruangan rawatnya dan mendapati Dikta, Adam, Robby dan Glenca disana.
"Ada apa ini?" tanya Mama Reni berjalan ke arah mereka. "Dikta? Kamu kenapa nak?"
Dikta tidak menjawab dia berjalan ke arah Mama Reni juga dan memeluk Mama Reni. "Ada apa Dikta?"
"Maaf Ibu Reni, bukannya saya ingin ikut campur, tapi anak ibu ini baru saja merundung Dikta sehingga membuat Bu Dikta terjatuh di lantai," jelas Adam memotong pembicaraan mereka.
"Astagfirullah, sudah Mama duga sebelumnya, Robby lebih baik kamu bawa perempuan itu pergi dari sini!" ujar Mama Reni mengusir Robby dan Glenca.
"Tapi, Ma?"
"Pergi!"
Mama Reni kali ini berteriak yang membuat Robby menyerah dan menarik tangan Glenca pergi dari sana.
•
•
•
TBC
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻