Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Kabar pernikahan Layla dan Adrian menyebar secepat kilat, tak butuh waktu lama akhirnya kabar tersebut sampai juga ke telinga Monica, mantan kekasih Adrian. Monica terkejut bukan main. Ia tak percaya Adrian akan menikah secepat ini, apalagi dengan gadis yang tak pernah ia dengar sebelumnya.
Dengan amarah yang membara, Monica memutuskan untuk mendatangi Adrian hari itu juga.
Sejak perpisahan mereka, Monica merasa seperti kehilangan arah. Kampus terasa hampa tanpa kehadiran Adrian. Pria itu seolah menghilang, menghindarinya dengan segala cara. Monica tahu, ia harus bicara dengan Adrian, menjelaskan semuanya, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.
Tidak ada pilihan lain. Monica memutuskan untuk mendatangi Adrian di tempat kerjanya. Monica tahu ini bukan ide yang baik, tapi Monica sudah kehabisan cara.
Sesampainya di sana, sekretaris Adrian berusaha menghalanginya. "Maaf, Nona, tuan Adrian sedang tidak bisa diganggu," ucap sekretaris itu dengan nada sopan namun tegas.
"Aku harus bertemu dengannya! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Adrian." jawab Monica bersikeras.
Setelah perdebatan singkat, Monica berhasil menerobos masuk ke ruang kerja Adrian. Jantung Monica berdebar kencang saat melihat sosok pria itu di balik meja kerjanya. Namun, ada sesuatu yang berbeda.
Adrian yang dulu dikenalnya, dengan gaya urakan dan tatapan mata yang penuh pemberontakan, seolah telah berganti wujud. Di hadapannya kini berdiri seorang pria dewasa, tampan dan berwibawa dalam balutan kemeja kerja dan jas yang pas di tubuh kekarnya. Aura badboy yang dulu melekat pada Adrian telah sirna, digantikan dengan ketenangan dan kepercayaan diri.
Monica tertegun. Ia tidak menyangka Adrian bisa berubah begitu drastis. Pria di hadapannya ini tampak lebih matang, lebih sukses, dan lebih mempesona.
"Monica?" Adrian mengangkat alisnya, terkejut dengan kedatangan sang mantan kekasih.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Suara Adrian terdengar lebih berat dan dalam dari yang diingat Monica. Ia merasakan penyesalan yang mendalam menghantam dirinya. Penyesalan karena telah mengkhianati cinta pria sempurna seperti Adrian.
"Aku...aku hanya ingin bicara," jawab Monica dengan suara bergetar.
Adrian menghela napas berat, lalu mempersilakan wanita itu untuk duduk.
"Baiklah, bicaralah. Tapi aku tidak punya banyak waktu." ucap Adrian, wajahnya terlihat tidak bersahabat.
"Aku tidak percaya kamu akan menikah Adrian! Ini pasti hanya akal-akalanmu saja kan? Kamu hanya ingin membuat aku cemburu agar aku kembali padamu kan?" serbu Monica tanpa basa-basi.
Adrian menatap Monica dengan tatapan dingin.
"Kamu pikir aku serendah itu Monica? Menikah hanya untuk membuatmu cemburu? Kamu terlalu percaya diri!" jawab Adrian dengan nada sinis.
"Lalu kenapa kamu terburu-buru menikah? Pasti karena kamu masih mencintai aku kan? Aku tahu kamu masih mengharapkan aku, Adrian. Aku mohon, maafkan aku dan kita bisa kembali seperti dulu. Aku berjanji tidak akan mengkhianatimu lagi Adrian." pinta Monica dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.
"Kembali padamu? Setelah apa yang kau lakukan padaku?" Adrian tertawa sinis.
"Maaf Monica, aku sudah tidak punya perasaan apa pun padamu. Yang ada hanya rasa jijik!" ucap Adrian dengan nada tegas. Adegan ketika Monica dan Antonio bercinta dengan begitu panasnya, kembali terbayang di benak pewaris keluarga Bagaskara itu.
Monica tersentak mendengar ucapan Adrian. Ia tak menyangka Adrian bisa berkata sekasar itu padanya.
"Kamu... kamu jahat Adrian! Kamu akan menyesal telah menolakku hari ini!" teriak Monica sebelum akhirnya pergi dengan hati hancur.
Adrian hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak mengerti, kenapa Monica masih saja mengharapkan dirinya setelah semua yang terjadi. Adrian akan memulai hidup baru bersama Layla, dan ia tak akan pernah kembali pada Monica, si pengkhianat.
***
Layla menyeimbangkan rantang makan siang di tangannya, senyuman terukir di bibir pink alaminya. Hari ini, Layla akan mengantarkan makanan untuk Adrian, calon suaminya. Jantung Layla berdebar setiap kali membayangkan wajah tampan pria itu. Namun, langkah Layla terhenti di depan ruang kerja Adrian. Seorang wanita, dengan mata sembab dan wajah merah, baru saja keluar dari sana.
Tatapan mereka bertemu. Layla bisa membaca kesedihan yang terpancar dari mata wanita itu, sementara wanita itu menatap Layla dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Mulut mereka terkunci, tak ada sapaan atau penjelasan. Wanita itu berlalu, meninggalkan Layla dengan sejuta pertanyaan di benaknya.
Dengan ragu, Layla mengetuk pintu ruang kerja Adrian. "Masuk," sahut Adrian dari dalam.
"Kau sudah datang?" Adrian menyambut Layla dengan senyum hangat, tetapi Layla tidak bisa mengabaikan bayangan wanita tadi.
"Siapa wanita yang baru saja keluar dari ruangan Adrian?" tanya Layla dengan nada hati-hati.
Adrian terdiam sejenak, lalu menghela napas berat. "Dia Monica, mantan kekasihku," jawab Adrian jujur. Adrian tidak mau menyembunyikan apapun pada calon istrinya.
"Mantan kekasih?" Layla terkejut.
Adrian mengangguk. "Hubungan kami berakhir karena dia berbohong dan mengkhianatiku. Dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri." ucap Adrian dengan nada tenang, tak ada kemarahan atau kekecewaan yang terpancar dari wajah tampan Adrian. Adrian sudah bisa berdamai dengan keadaan.
Namun Layla merasakan nyeri di hatinya. Layla bisa merasakan betapa sakitnya dikhianati. Karena Layla dan ibunya adalah korban pengkhianatan dari ayahnya sendiri.
"Maafkan aku Adrian, aku tidak bermaksud mengungkit luka lamamu." ucap Layla dengan nada lirih.
Adrian meraih tangan Layla, menggenggamnya dengan sangat erat seakan tak akan melepasnya lagi.
"Aku hanya ingin kamu tahu, aku tidak ingin mengalami hal itu lagi Layla. Dibohongi dan dikhianati oleh seseorang. Kamu tidak akan membohongi aku kan, Layla?" ucap Adrian, Layla bisa melihat harapan yang begitu besar dari sorot mata calon suaminya itu.
Layla tersenyum, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.
"Tentu saja tidak Adrian, aku tidak akan membohongimu." jawabnya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Hati Layla mencelos. Selama ini, ia mendekati Adrian bukan karena cinta yang tulus, tetapi karena sebuah misi rahasia. Misi yang bisa menghancurkan hati Adrian jika pria itu tahu siapa Layla yang sebenarnya.
Bersambung.