NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:908
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Di lorong sebuah sekolah, kali ini bukan mirik Spanca. Terlihat beberapa siswa berlalu lalang saat jam istirahat tiba. Di salah satu tangga menuju lantai dua, tampak Bima dan Zayyan yang seperti biasa tengah nongkrong di tempat favorit mereka.

“Gue kasihan sih, sama cewek yang sekarang lagi dideketin Sagara.” ujar Bima tiba-tiba.

“Kenapa kasihan?” Zayyan bertanya, alisnya sedikit mengkerut.

“Ya Lo pikir lah. Sagara masih gamon sama anak cewek yang deket sama dia dulu, siapa tau kan dia deketin tuh cewek cuma karena mirip sama pacar masa kecilnya.”

Zayyan terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya terkekeh kecil. “Kebanyakan mikir lo.”

Bima menghela napas, dia memandang lurus ke arah depan. “Ya sih, ngapain gue pikirin? Toh susah juga dikasih tau tuh anak.”

Zayyan tertawa kecil. “Lo ngomong kayak gak pernah nakal aja.” ujarnya, melirik sekilas ke arah Bima.

“Asal lo tau, senakal-nakalnya gue. Gak pernah sampe mainin perempuan.” jawab Bima cepat.

Tawa Zayyan terdengar renyah, “Jangankan mainin perempuan, yang mau sama lu aja gak ada.”

“Anj*ng lo.”

“Tuh kan.., kalian pasti tau sesuatu.” Suara itu terdengar penuh penuntutan.

Seorang gadis dengan mata cokelat, rambut terikat ke belakang, dan tangan yang dipasangi gips melangkah ke arah mereka.

“Zea?” ujar Bima sedikit kaget.

“Dimana Sagara?” Gadis bernama lengkap Zeana Soraya itu langsung bertanya to the point.

Zayyan dan Bima saling pandang, mereka tau gadis ini sangat menyukai Sagara bahkan bisa dibilang terobsesi. Jika mereka memberi tahu, dimana Sagara sekarang. Tidak menutup kemungkinan, Zea akan pindah juga ke tempat Sagara bersekolah sekarang.

Zayyan berdehem kecil. “Udah lah Zea, dia udah pindah. Mending sama Aa Zayyan aja.”

“Udah gak usah ngalihin pembicaraan, gue denger yang kalian omongin tadi. Cepet kasih tau, Sagara pindah kemana?” tanya Zea lagi, nadanya benar-benar tidak bisa diajak bernegosiasi.

Bima menelan ludah, “Gue gak bisa kasih tau detailnya. Intinya dia pindah ke Jogja.” katanya akhirnya.

“Gitu kek, dari tadi.” Zea langsung melangkah pergi begitu mendapat jawaban.

“Kampret, kok lo kasih tau.” Zayyan menepuk bahu pemuda di sebelahnya. Ia ingat betul, sebelum pindah, Sagara berpesan agar jangan sampai Zea tau, dia sepertinya sudah benar-benar muak dikejar-kejar oleh gadis itu.

“Lagian.., lama-lama juga bakal ketahuan.” ujar Bima pasrah, matanya menatap kepergian gadis itu.

****************

Saat jam pulang sekolah tiba, seisi kelas XII IPA 1 terlihat bersorak gembira. Detik-detik menegangkan dari jam pelajaran biologi biologi akhirnya berakhir.

“Tris. Lo hari ini latihan basket kan?” Alleta menghampiri Tristan yang tengah merapikan alat pelajarannya.

“Iya.” jawab Tristan.

“Yaudah, lo langsung latihan aja. Gue biar minta pak Edo jemput, biar lo gak bolak-balik.” ujar Alleta pengertian.

“Gak apa-apa, gue anterin lo pulang dulu, abis itu baru latihan.” kata Tristan kekeuh.

“Gak usah. Lagian, pak Edo udah deket kok.” Alleta kembali menolak.

“Yaudah kalau gitu, hati-hati ya.” balas Tristan akhirnya.

“Iya. Gue duluan ya.” Alleta tersenyum kecil.

Tristan mengangguk, dia melihat gadis itu melangkah keluar kelas dengan tas yang tersampir di bahunya.

Langkah Alleta terdengar ringan lantai koridor. Beberapa siswa masih berlalu lalang, sebagian besar sudah bergerak menuju gerbang sekolah.

Baru beberapa langkah berjalan, langkah seseorang terdengar menyusul dari belakang.

“Alleta..”

Alleta menoleh, pemuda dengan tinggi 180 cm, bermata elang muncul di belakangnya.

“Hai.” Gadis itu tersenyum. “Belum pulang?”

“Belum.” Sagara menyamakan langkahnya dengan Alleta. “Tumben gak bareng Tristan?”

“Iya, dia ada latihan basket.” balas Alleta santai.

“Ohh.., terus Lo pulang bareng siapa?” Pemuda itu bertanya lagi.

“Pak Edo.”

“Kenapa gak bareng gue aja?” respon Sagara cepat.

Alleta melambatkan langkahnya.

Dia menoleh ke arah Sagara dengan alis sedikit terangkat.“Boleh?”

Sagara langsung tersenyum, dia mengangguk cepat. “Boleh dong, kalau enggak, ngapain gue ngajakin?”

Melihat ekspresi Sagara, Alleta menahan senyum. “Yaudah… tapi bentar, gue kabarin Pak Edo dulu.”

Ia merogoh saku rok, menelpon cepat. Beberapa detik kemudian panggilan ditutup.

“Oke, beres.”Alleta menatap Sagara. “Yuk pulang.”

“Ayok.” Keduanya melangkah menuju parkiran motor, langkah Sagara pelan, namun terlihat jelas bersemangat.

Motor sport hitam milik Sagara terparkir dibawah pohon mahoni di parkiran depan. Dia mengambil satu helm yang tergantung di motornya dan memberikannya pada Alleta.

“Nih pake.” katanya sembari dia juga mengenakan helm satunya.

“Lo emang selalu bawa dua helm ya?” Alleta menanggapi helm yang diberikan dan memakainya.

“Enggak. Emang khusus hari ini aja.” kata Sagara santai.

“Emang hari ini kenapa?”

Sagara mengulum senyum. Tangannya sudah berada di setang motor, namun matanya melirik ke arah Alleta yang kini berdiri di sampingnya, helm sudah terpasang rapi.

“Karena gue ngerasa… bakal butuh satu helm tambahan.”

Alleta memicingkan mata. “Hah?”

“Buat lo.”

Alleta mendengus kecil. “Alasan apaan.”

Sagara tertawa pelan, lalu menaiki motornya. “Kan biasanya gue bawa mobil. Udah naik, ntar keburu macet.”

Alleta menurut, ia duduk di belakang Sagara dan merapikan posisi kakinya. Begitu motor menyala, Alleta refleks memegang sisi jok, menjaga jarak yang cukup aman.

Ketika motor mereka mendekati gerbang, Alleta melihat Aru yang tengah berdiri di depan gerbang sembari tangannya menggenggam ponsel dan matanya menoleh kanan dan kiri.

“Aru?” sapanya memastikan.

Gadis itu menoleh, dia memang Aru. “Eh, tumben Lo sama nih anak?”

“Iya, Tristan lagi latihan.”

“Ohh…” Aru melirik Sagara sekilas, lalu kembali menatap Alleta dengan senyum penuh arti. “Terus pulangnya sama dia sekarang?”

“Iya,” jawab Alleta santai. “Lo sendiri nungguin siapa?”

Aru tersenyum kemudian mengibaskan rambutnya. “Nungguin my pacar lah..”

Belum sempat Alleta merespon, sebuah mobil jazz berwarna putih berhenti tepat di depan gerbang.

Semuanya menoleh. Saat kaca diturunkan, Dirga langsung terlihat dengan senyum lebarnya ketika melihat Aru.

“Sayang...” Aru berseru girang, gadis itu langsung naik ke dalam mobil.

“Sejak kapan Lo disini?” Sagara mengerutkan kening melihat sepupunya itu yang tiba-tiba ada di Jogja.

“Sejak my bubub Aru bilang kangen.” kata Dirga, mencolek dagu gadis di sebelahnya, membuat Aru tersenyum salting.

“Udah ya gays, kita duluan. Bye..” Aru melambaikan tangan dari dalam mobil.

“Bye.” Alleta membalas, meskipun dia terlihat bingung.

Kaca mobil tertutup, mobil itu perlahan melaju meninggalkan gerbang sekolah.

Alleta menatap mobil yang perlahan menghilang di tikungan jalan itu.

“Kenapa?”

Suara itu kembali menyadarkan Alleta, “Eh, gapapa.” balasnya.

“Pegangan.” Sagara mengingatkan.

Alleta kembali menurut, tangannya menggenggam erat hoddie yang dipakai Sagara.

Motor mereka mulai melaju di jalanan kota Jogja. Alleta terlihat menikmati angin sore yang berhembus dan bertabrakan dengan wajahnya, langit tampak tenang, awan-awan tebal menyembunyikan matahari dibaliknya.

“Sumpah ya, kok bisa sih orang-orang seeffort itu buat pacaran.” celetuk Alleta tiba-tiba.

Sagara yang masih fokus pada jalanan, terkekeh pelan. “Maksudnya?”

“Noh, sodara Lo. Dia rela jauh-jauh dari Magelang kesini, cuma buat nyamperin pacarnya.” Nada Alleta terdengar sedikit lesu.

“Lo iri?” tanya Sagara santai.

Alleta terdiam beberapa detik, “Bukan iri, tapi kok bisa ya? Mereka seserius itu buat pacaran?”

Sagara tersenyum kecil, “Emang Lo gak pengen punya hubungan yang serius?”

“Pengen sih pengen, tapi belum saatnya gak sih? Kan masih sekolah.” balasnya cepat.

Sagara tersenyum, dia terdiam sesaat sebelum akhirnya berkata lagi. “Iya sih, tapi kalau gue pengen serius sekarang gimana?”

“Hah.” Sontak Alleta tersedak udara.

“Gak, gak usah dipikirin. Eh mau mampir bentar gak?” kata Sagara mengalihkan pembicaraan.

“Mampir kemana?” Alleta bertanya bingung.

Sagara tak menjawab, namun dia segera menepikan motornya di dekat penjual eskrim, di taman kota. Deretan bangku taman terlihat teduh di bawah pepohonan, dan suara lalu lintas terdengar lebih pelan di sini.

Alleta turun dari motor, membuka helmnya, lalu menoleh bingung. “Ngapain kesini?”

Sagara menunjuk ke gerobak kecil di depan. “Eskrim”

“Hah?”

“Lo kebanyakan mikir, butuh yang manis-manis.” Sagara melangkah terlebih dahulu ke arah gerobak eskrim tersebut.

Di belakangnya, Alleta mengintil. Pemuda itu memesan dua eskrim cup rasa matcha dengan toping buah stroberi segar di atasnya.

“Nih, satu buat lo.” ujarnya menyerahkan satu cup eskrim pada gadis itu.

Alleta langsung tersenyum lebar, “Makasih.” ujarnya menerima dengan senang hati.

Mereka berdua kemudian duduk di salah satu bangku taman. Di bawah pohon rindang, keduanya nampak seperti sepasang sejoli yang tengah menghabiskan waktu setelah jam sekolah usai.

Alleta menyendok eskrim nya pelan, rasa manis dan dingin bercampur segar dari buah stroberi, benar-benar membuat moodnya kembali naik.

“Ee, Sa. Gue boleh tanya sesuatu?” ujar Alleta, nadanya terdengar ragu-ragu.

“Boleh.”

“Lo pindah kesini, beneran karena di-DO?” Alleta terdengar sangat hati-hati dengan ucapannya, dia takut jika Sagara mungkin tidak suka ditanya tentang masa lalunya.

Benar saja, ekspresi Sagara yang tadinya santai mendadak menegang. Dia terdiam seolah sedang berpikir keras, “Eh, gak usah dijawab juga gak apa-apa.” ujar Alleta cepat.

“Iya, gue emang di-Do.” Sagara menjawab, nadanya sendu. “Gue sering berantem, gue gak bisa ngontrol emosi.”

Alleta terpaku mendengarnya, Sagara yang tampak selalu tenang, sangat sulit mempercayai perkataannya yang mengatakan dia sering berantem. “Apa ini ada hubungannya sama kejadian di pantai waktu itu?” Alleta bertanya, dia terdengar lebih berhati-hati, meskipun penasaran masih terlihat jelas.

Sagara kembali mengingat yang dialaminya di pantai, saat bipolar yang dia alami kembali kambuh. Dan ya, memang ada hubungannya dengan hal tersebut.

Dia kemudian menoleh ke arah Alleta, tatapannya lebih dalam. “Maaf ya, kayaknya gue belum siap buat cerita semuanya sama Lo.” ujarnya jujur. “Gue banyak trauma All, gue benar-benar gak siap untuk kembali mengingat semua itu.”

Alleta semakin tertegun mendengarnya, kini dia benar-benar melihat sisi lain dari Sagara. Sagara seperti menunjukkan sedikit sisi lemahnya.

“Iya, gak apa-apa.” jawab Alleta, gadis itu tersenyum–senyum yang terasa menenangkan. “Emang gak semua bisa diceritain, ada hal yang rasanya bakal lebih tenang kalau dipendam.”

Sesaat setelah percakapan mendalam itu, langit tiba-tiba bergemuruh. Awan hitam melayang gagah di atas mereka.

Alleta mendongak.“Hujan?” gumamnya.

Sagara ikut menoleh ke langit. Angin sore berhembus lebih kencang, menggoyangkan dedaunan di atas kepala mereka. Aroma tanah basah mulai tercium samar. “Yuk balik.” Sagara menarik pergelangan Alleta lembut, mengajaknya kembali sebelum hujan turun.

Namun langkah pemuda itu terhenti, saat gadis yang ditariknya tak bergerak. “Nanti dulu.”

“Keburu hujan.” Sagara menatap Alleta bingung.

“Dari ekspresi Lo. Kelihatan banget gak pernah mandi hujan.” ucap Alleta, dia menatap pemuda itu serius.

Sagara mengerutkan kening.

“Terus?”

Alleta mengangkat bahu kecil. “Sekali-sekali cobain lah, seru tau.”

Belum sempat Sagara menolak, rintik pertama jatuh ke pundak mereka. Satu… dua… lalu semakin rapat.

Alleta segera berlari kecil, menjauh dari pohon yang menghalangi air hujan yang hendak membasahi mereka. Gadis itu berdiri merentangkan kedua tangannya, wajahnya terangkat memandangi langit yang menjatuhkan setiap material cair yang dikandungnya.

“Tapi Lo gampang sakit All.” Sagara mengingatkan.

Alleta langsung menoleh, “Justru itu. Jangan pernah bosan melakukan hal yang lo suka, meskipun itu bikin sakit, kan masih bisa berobat.” balasnya keras kepala.

Sagara memandangi gadis itu, yang kini berdiri di tengah hujan, seragamnya mulai basah, rambutnya menempel di pipi, tapi senyumnya justru terlihat lebih hidup dari sebelumnya.

Perlahan dia melangkah mendekat, membiarkan air hujan membasahi tubuhnya. “Lo suka banget sama hujan.”

Alleta tersenyum, “Iya, rasanya tenang banget, hujan gak pernah bohong, dia gak pernah pura-pura cerah.”

Sagara berdiri tepat di sebelah Alleta, hoddie yang dikenakannya ikut basah oleh tetesan hujan. Dia mengusap wajahnya, menyeka air yang memburamkan pandangannya. “Tapi kalau sakit, emangnya Lo gak bosen berobat terus?” tanyanya pelan.

Alleta langsung menggeleng. “Enggak, jangan bosen berobat. Sakit, berobat, sembuh, hujan-hujanan lagi, sakit lagi, berobat lagi, terus hujan-hujanan lagi. Lakuin aja terus-menerus, sampe Lo bosen sama hujannya.” Alleta berkata santai, namun seperti ada makna tersirat dibalik perkataannya.

Sagara terdiam.

Kata-kata Alleta terdengar sederhana, tapi entah kenapa terasa seperti mengetuk sesuatu yang sudah lama ia kunci rapat di dadanya.

Hujan makin deras. Bunyi rintiknya menenggelamkan suara kota. Seragam mereka basah, sepatu mulai lembap, rambut Alleta jatuh di keningnya. Tapi tak satu pun dari mereka bergerak untuk meneduh.

Sagara ikut menikmati bermain hujan, genangan genangan air mulai muncul. Alleta melompat ke genangan yang berada tepat di sebelah Sagara, membuat percikannya membasahi pemuda itu.

Tak mau kalah, Sagara melakukan hal yang sama. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan, suara tawa mereka sedikit meredup karena tetesan hujan.

Untuk kesekian kalinya, Alleta berhasil menyentuh bagian terdalam dari diri Sagara, membuat pemuda itu semakin membuka diri.

...Bersambung......

...–Orang yang Memahamimu jauh lebih berharga, daripada orang yang hanya sekedar Mencintaimu–...

1
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!