Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Membawa Ellisa (REVISI)

Dulu, aku suka sekali bermain pura-pura jadi ibu bersama boneka kesayanganku. Waktu itu, usiaku masih enam tahun. Aku sering melihat teman-temanku memiliki adik bayi, dan rasanya menyenangkan melihat mereka bermain dan merawat adik mereka dengan penuh kasih.

Karena Ibu tak memberiku seorang adik, aku menciptakan dunia kecilku sendiri. Boneka-boneka di kamarku menjadi bayi-bayi imajiner yang kususui dengan botol susu mainan, kuinangi dengan lembut, kubacakan dongeng, dan kutemani tidur layaknya seorang ibu sungguhan.

Tapi sekarang, aku merasakan sendiri bagaimana...

rasanya...

menjadi...

Seorang ibu. Dan ternyata,

"INI SUSAH BANGEEET!! AKU BENCIII!!" teriakku.

Teriakanku menggema di ruangan hingga membuat Ibu Panti langsung membalas dengan suara tegas, "Ellis, jangan teriak-teriak!"

"Nggak, Ibuuu!!" sahutku membalas.

Aku menghela napas panjang, "Haaah... nyusuhin beneran itu capek juga, ya…"

Di pelukanku, seorang bayi mungil bernama Ciara yang sedang kususui menatapku dengan mata bulatnya yang jernih. Lalu, dengan suara lucunya, ia menyeloteh, "Ta ta ta ta…" seraya menepuk-nepuk pipiku dengan tangan kecilnya yang lembut.

Aku terdiam. Kemarahanku luntur begitu saja. Bagaimana bisa aku tetap kesal jika melihat wajahnya yang begitu imut dan menggemaskan?

Meski keadaan ini melelahkan, meski aku sempat ingin menyerah, hatiku terasa hangat. Aku bahagia. Bahagia karena bisa mendonorkan ASI ini untuk bayi-bayi yang sangat membutuhkannya di Panti ini.

"Sekarang, tolong kamu antarkan pesenan kue ini ke toko oleh-oleh di seberang jalan itu," pinta Ibu panti seraya menyerahkan keranjang kontainer berisi 25 kotak kue.

"Baik, Ibu..." jawabku.

"Sini, Ciara biar Ibu yang gendong."

Aku pun memberikan bayi berusia 6 bulan itu. Kedua tangan mungilnya terus meraih-raih lucu.

Ellisa Melati Salsabila.

Seorang gadis berusia 18 tahun yang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Pada usia 15 tahun, saat masa pubertasnya, ia mengalami kondisi langka yang membuat tubuhnya memproduksi ASI meskipun usianya masih remaja.

Tiga tahun sudah Ellisa mendonorkan ASI-nya, tetapi hal itu tidak pernah menjadi sesuatu yang mudah baginya.

Setiap hari, ia harus bertahan menghadapi rasa nyeri yang mendera saat dadanya penuh namun belum sempat disalurkan. Ia juga harus menelan kelelahan yang terus menggerogoti tubuhnya, karena menyusui bayi-bayi di panti asuhan bukan sekadar tugas, melainkan lingkaran tak berujung yang mengikatnya tanpa pilihan.

Kadang, saat malam-malam sunyi menyelimuti, ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ini anugerah Tuhan atau sebuah kutukan?

Namun, ia tak pernah berani mengucapkan pertanyaan itu dengan lantang.

Jalan raya di depan panti cukup besar dan ramai. Ellisa harus menunggu cukup lama hingga menemukan celah aman untuk menyeberang. Begitu kesempatan itu datang, ia segera melangkah dengan hati-hati menuju seberang dan masuk ke toko oleh-oleh yang tampak ramai.

"Oh, dari Panti Cahaya Mentari, ya?" sambut seorang wanita paruh baya, pemilik toko.

"Iya, Bu," jawab Ellisa sopan sambil menyerahkan pesanan kue.

"Baik, totalnya 25 kotak, kan?"

"Iya, Bu."

"Ini uangnya. Terima kasih sudah mengantar, ya," ujar pemilik toko sambil menyodorkan amplop.

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu, saya pamit."

"Iya, hati-hati nyebrangnya. Jangan buru-buru," pesan sang pemilik toko.

Ellisa mengangguk dan bergegas keluar. Saat berdiri di pinggir jalan, menunggu waktu yang tepat untuk kembali menyeberang, langit yang tadinya hanya mendung kini mulai mengguyur hujan deras.

"Astaga, hujan?! Mana deras banget... Aku kan nggak bawa payung," keluhnya putus asa, menatap lalu lintas yang masih padat.

Ellisa menoleh ke sekitar, mencari tempat berteduh. Sayangnya, semua terlalu jauh dari pinggir jalan. Sementara itu, ia ingin segera kembali ke panti daripada menunggu hujan reda. Terpaksa, ia berdiri di sana, membiarkan tubuhnya basah kuyup.

Dari kejauhan, sebuah mobil berhenti di tepi jalan, tak jauh dari tempatnya berdiri. Di dalamnya, seorang pria mengamati suasana jalanan yang kini terlihat lebih berbahaya akibat genangan air.

"Udah 1 minggu gue baru bisa pulang, eh malah disambut hujan deras gini. Jalanan jadi makin licin dan berbahaya kan," gumamnya, tangannya tetap menggenggam kemudi.

Tatapannya kemudian beralih pada sosok gadis yang berdiri menggigil di pinggir jalan. Pakaian tipisnya basah kuyup, tubuhnya sedikit membungkuk, memeluk diri sendiri untuk menahan dingin.

"Kasihan... Kenapa dia nggak berteduh?" pria itu bergumam pelan, merasa iba.

Ellisa semakin gelisah. Ia merapatkan pelukan ke tubuhnya, menggigil hebat. "Dingin sekali... Aku nggak kuat kalau begini terus," ucapnya lirih sambil menggosok-gosok lengannya yang sudah basah.

Pria itu menghela napas, lalu meraih payung dari kursi belakang mobilnya dan keluar menghampiri Ellisa.

Ia membuka payung dan mendekatinya perlahan. Namun, begitu Ellisa mendongak, wajahnya langsung pucat pasi. Bibirnya membiru, tubuhnya gemetar hebat.

"Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya pria itu khawatir, mencoba menyodorkan payung kepadanya.

Namun, kondisi Ellisa semakin memburuk. Kakinya oleng, tubuhnya nyaris tumbang.

"Eh?!" Dengan sigap, pria itu menangkapnya. Payung yang tadi ia genggam terlepas begitu saja, terhempas hujan deras.

Melihat kondisi Ellisa yang semakin lemah, pria itu segera mengambil keputusan. Tanpa ragu, ia menggendong tubuh gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Setelah mendudukkannya di kursi depan, ia buru-buru melepas jasnya dan menyelimuti tubuh Ellisa yang menggigil hebat.

"Ini cewek siapa sih? Mau ke mana dia? Dari mana asalnya?" gumamnya, menatap Ellisa yang masih terpejam. "Gue nggak bisa ninggalin dia begini aja."

Ia menghela napas panjang, lalu menginjak pedal gas, melajukan mobilnya. Namun, dalam kekalutannya, ia lupa memasangkan sabuk pengaman untuk Ellisa.

Saat mobil melaju, tubuh Ellisa yang lemah terhuyung, hingga akhirnya jatuh ke pangkuannya.

"Sial! Ceroboh banget gue." Pria itu tersentak kaget, tapi buru-buru meraih tubuh Ellisa, memastikan gadis itu tidak semakin terluka.

Setibanya di sebuah rumah megah, seorang satpam segera membuka gerbang utama, sementara beberapa asisten rumah tangga bersiap di depan pintu.

Pria itu keluar dari mobil dan menggendong Ellisa. "Seven, bereskan mobil gue," katanya tegas pada pria berseragam hitam yang langsung mengangguk.

"Siap, Bos Sam."

Sam Adhipati melangkah cepat masuk ke dalam rumah, membawa Ellisa ke kamar tamu di lantai bawah.

Ia mendorong pintu kamar, lalu dengan hati-hati membaringkan Ellisa di atas ranjang berseprai putih bersih. Namun, baru saja ia hendak meluruskan tubuhnya, gadis itu tiba-tiba membuka mata perlahan.

"Syukurlah, kau sudah sadar," ujar Sam, nada suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

Ellisa mengerjap bingung. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan. "Ini... di mana?"

Sam mengangkat tangan, memberi isyarat agar Ellisa tetap tenang. "Jangan khawatir. Aku nggak akan menyakitimu."

Ellisa mengeratkan genggaman pada jas yang tadi menyelimuti tubuhnya, berusaha menutupi tubuhnya yang masih menggigil. Matanya tetap menyiratkan kecurigaan, meski jelas kelelahan.

"H-ha... hachiiih!!" Sebuah bersin keras mengakhiri keheningan di antara mereka.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

mampir juga di sini. like plus subscribe👍

2025-04-03

1

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

seperti nya menarik,,,,
lanjut Thor 🥰

2025-03-18

1

mama Al

mama Al

hahaha nyusuin bayi
apa Ellis sudah menikah?

2025-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!