" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 19
Sedangkan itu di Indonesia, orang yang sempat diingat oleh Alna sedang tidak mengenakan seragam. Penampilannya kali ini sangat berbeda dari keseharian. Sebuah celana panjang formal dengan baju batik berlengan panjang. Bersama ibu dan kakaknya, Bimo tengah berada di rumah Mila.
Ya, hari ini adalah hari dimana Bimo berjanji akan melamar Mila. Secepat itu dia berpaling dan langsung bergerak menuju jenjang serius.
Padahal hati seorang gadis sudah ia sakiti. Entah sadar atau tidak, Bimo benar-benar telah menorehkan sebuah luka.
" Kami datang kemari untuk mengantar putra bungsu kami melamar putri Bapak dan Ibu."
Kata-kata pembuka yang sudah menjadi hal yang lumrah disetiap acara lamaran.
Setelah dimulai seperti itu, kini Bimo sendiri yang bicara. Dan di depan Bimo, Mila tampak tersenyum lebar. Di tempat itu hanya satu orang yang tidak memiliki wajah bahagia, yakni Sani sahabat dari Mila.
Bukannya dia tidak suka sahabatnya menikah dengan orang yang dicintai, namun awal dari Bimo mendekati Mila itu adalah salah. Walaupun memang benar jodoh tidak ada yang tahu.
" Semoga pilihan kamu nggak salah, Mil," ucap Sani lirih.
Wajah bahagia dari Mila begitu terlihat jelas namun tidak dengan Bimo. Dari kaca mata Sani, pikiran pria itu tidak sepenuhnya ada di sini. Namun Sani pun tidak peduli dan tidak mau ambil pusing. Apapun yang terjadi diantara mereka bukanlah urusannya.
" Jadi mari sekalian kita tetapkan tanggal pernikahan," ucap ayah dari Mila.
" Iya begitu saja, bagaimana kalau Nak Mila saja yang memutuskan kapan menikah."
Ucapan ibunya Bimo sungguh lembut, membuat Mila semakin yakin dengan pernikahannya ini.
" Jika tidak keberatan bagaimana jika sebulan lagi saja. Kita tidak perlu pesta besar tidak masalah. Yang penting sah dan sakralnya saja."
" Mila, tidak bisa secepat itu. Untuk menikah, harus banyak persiapan yang dilakukan. Jika Mila siap menikah dengan Aa' berarti Mila harus siap menjadi anggota persit. Dan syarat menikah dengan tentara harus ada pernikahan dinas juga. Kita harus mengajukan permohonan dan lain-lain. Setidaknya total 3-4 bulan."
Semua terdiam sejenak. Menikahnya seroang anggota tentara tentu tidak seperti orang kebanyakan. Biasanya masyarakat sipil menikah hanya mengajukan persyaratan yang ada di KUA saja. Sedangkan untuk anggota TNI, mereka harus mengajukan permohonan dulu, dimana permohonan tersebut bisa disetujui ataupun ditolak. Adapun syarat yang dibutuhkan juga banyak. Setidaknya ada 19 syarat, dan setelah itu juga ada tes juga.
Pada intinya untuk menikah dengan anggota tentara, membutuhkan waktu yang tidak singkat karena banyaknya dokumen yang harus dipersiapkan.
" Baik A', Mila manut saja. Dan Mila juga siap kalau harus mengurusnya."
Semua orang nampak lega. Meskipun prosesnya lama, tapi mereka sudah setuju untuk menikah. Itu berarti Bimo dan Mili sudah siap melakukan prosedurnya.
Acara lamaran dilanjutkan dengan makan-makan bersama. Kini Bimo tengah duduk berdua dengan Mila. Bibir Mila sedari tadi mengukir sebuah senyuman dan sejenak membuat Bimo terpanah.
" Jadi kapan kita mau nyiapinnya A' Bim?"
" Secepatnya, nanti aku tulis dulu permohonan untuk menikahnya dulu. Setelah disetujui nanti Aa bakalan ngabarin Mila, dan Mila harus siap buat semuanya."
Mila hanya mengangguk, agaknya gadis itu sungguh sudah tidak sabar untuk menikah dengan Bimo.
Degh!
Bimo membulatkan matanya saat melihat dua orang melintas di depan rumah Mila. Matanya jelas tidak salah, dua orang itu adalah orangtua Alna.
Bimo hanya terpaku, tidak bisa bergerak maupun berbicara apapun.
Tubuhnya bahkan sedikit bergidik ngeri ketika matanya beradu dengan mata Alsaki-ayah dari Alna.
" Kenapa A' Bim. Aa' lihat apa sampai kayak takut gitu."
Bimo hanya menggelengkan kepalanya. Dia belum mampu membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Mila.
Mila yang menjadi khawatir karena sikap Bimo itu, langsung melihat ke arah mata Bimo melihat. Namun di depan sana Mila sama sekali tidak melihat apapun.
" A' iIm?"
" Ah, ya maaf Mila. Tadi Aa' tiba-tiba inget sesuatu. Inget kalau Aa' lupa ngabarin teman kalau Aa' sekarang lamaran."
" Oh gitu, kirain Mila ada apa."
Tubuh Bimo mendadak terasa begitu dingin. Dan wajahnya pucat pasi. Dia bingung bagaimana menghadapi keluarga Alna. Memang mereka sudah putus, namun Bimo belum sekalipun bicara kepada Alsaki dan Dita.
" Kurang ajar! Bajingan itu orang! Baru aja dia putus dari anak kita, sekarang udah ngelamar wanita lain! Dasar pria brengsek!"
Alsaki sangat marah, dia hanya memastikan saja saat ucapan temannya mengatakan bahwa Bimo mau melamar wanita, dan ternyata itu benar.
Ia marah bukan kepalang, ternyata putusnya sang anak karena pria itu punya wanita lain.
" Apa Alna udah tau ya Mas, tapi kenapa anak itu nggak ngomong apa-apa? Ya Allah."
Dita tergugu, dia tidak menyangka anaknya mendapat pengkhianatan seperti ini. Meskipun belum menikah, tapi tetap saja rasanya sakit.
Di sisi lain Dita juga bersyukur karena Alna bisa lepas dari pria semacam itu.
" Aah anak itu, dia pasti nggak mau buat kita kepikiran. Dasar."
Alsaki mengusap wajahnya kasar. Dia sungguh merasa gagal jadi Ayah karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak gadisnya.
" Assalamualaikum."
Sreet
Drap drap drap
Bugh bugh bugh
" Mas!"
Dita berteriak histeris saat Alsaki melayangkan sebuah pukulan pada orang yang baru saja datang. Orang itu sampai jatuh terjerembab karena ulah Alsaki.
" Bajingan! Masih berani kamu kesini hah! Pergi dari rumahku! Aku nggak sudi lihat wajahmu! Pergi!"
Alsaki tampak kalap saat melihat wajah Bimo. Entah apa yang ada dalam pikiran Bimo sehingga dia berani datang ke rumah Alna masih menggunakan baju yang tadi ia pakai untuk melamar Mila.
" Ayah, saya mau minta maaf."
" Ayah? Siapa yang ayahmu hah! Nggak sudi aku dipanggil ayah sama mulut bajingan kayak kamu. Pergi dari rumahku sekarang juga sebelum aku benar-benar lepas kendali."
Bimo menciut, dia langsung berangsur mundur dan menjauh dari kediaman Alna.
Dita yang saat ini memeluk Alsaki dari belakang juga tidak mampu bicara apapun. Di pun sama marahnya dengan sang suami. Tapi Dita masih bisa berpikir secara rasional sehingga dia bisa menahan suaminya.
" Mas udah Mas. Percuma kita marah, semua udah selesai."
Alsaki kini yang tergugu, dia sungguh tidak menyangka putrinya mengalami hal yang menyakitkan seperti ini. Dan ya benar apa yang dikatakan istrinya bahwa semua sudah selesai. Percuma juga dia marah.
" Setidaknya dia merasakan pukulan ku. Aku nggak peduli dia mau melapor atau apa. Aku nggak peduli. Bahkan kalau bisa aku ingin memukulnya lebih parah lagi."
" Iya Mas aku tau, tapi kalau gitu malah Alna nanti yang repot. Sudah kita tutup buku aja. Aku yakin Allah tuh nggak tidur kok. Biar Allah yang bales rasa sakit hati Alna."
TBC
Note: Untuk proses pernikahan dinas, mohon maaf jika salah dan kurang. Semua itu karena kurang pemahaman Othor meskipun sudah riset melalui mbah gugel. Mohon dimaklumi ya.
kak alurnya berasa cepet deh
km salah lawan tuan yg km blng lemah itu hanya kamuflase saja
semoga berjalan sesuai harapan Yusuf