Maksud hati merayakan bridal shower sebagai pelepasan masa lajang bersama teman-temannya menjelang hari pernikahan, Aruni justru terjebak dalam jurang petaka.
Cita-citanya untuk menjalani mahligai impian bersama pria mapan dan dewasa yang telah dipilihkan kedua orang tuanya musnah pasca melewati malam panjang bersama Rajendra, calon adik ipar sekaligus presiden mahasiswa yang tak lebih dari sampah di matanya.
.
.
"Kamu boleh meminta apapun, kecuali perceraian, Aruni." ~ Rajendra Baihaqi
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - Never!!
Dahi Aruni berkerut, kabar ini jelas saja menggemparkan dunia persilatan. Sedikit pun dia tidak memerintahkan Rajendra untuk mengakhiri hubungan dengan pacarnya, siapapun itu.
Walau memang benar semalam mereka sempat membahas tentang hal itu, tapi seingat Aruni tidak ada sepatah katapun perintah yang terlontar dari bibirnya.
"Enggak kok."
"Boong, ini kok bisa pas gitu momennya ... pasti kam-"
"Eh, Guys ... kayaknya bukan cuma Agnes deh, Kadita sama Kirana juga diputusin loh!!"
"What?"
Kali ini tak hanya Aruni, tapi Aliya dan Dea juga sama-sama menganga tatkala mendengar berita terupdate dari Anjani.
"Iya, lihat ... di jam yang sama, dan mereka diputuskan dengan kata-kata yang sama."
"Mana? Coba lihat!" Dea sedikit tak percaya hingga berusaha merebut ponsel Anja di tangannya.
Tak mau ketinggalan, Aruni juga ikut penasaran hingga mencocokkan unggahan tiga cewek yang cukup terkenal di kampus itu.
Sempat tak percaya dengan ucapan Anjani dan juga Dea, kali ini mata Aruni benar-benar terbuka.
Dengan begitu jelas, mereka bertiga menerima pesan di jam yang sama, dan kalimatnya juga sama persis. "Kita selesai, jangan pernah datangi aku lagi."
Sama persis, bahkan tanda bacanya pun mirip. Entah kepada siapa Rajendra mengirimnya lebih dulu, tapi yang pasti pesan tersebut hanya sekadar dia salin dan kirim demi mempersingkat waktu.
"Wah, cogan memang beda ya kalau mutusin pacar ... semudah itu!!" seru Dea yang lagi-lagi masih memuji Rajendra.
Maklum saja sedari dahulu Dea memang termasuk Rajendra lovers, hanya tidak fanatik dan nekat mengejar cinta Rajendra sebagaimana ketiga pacar yang kini sudah menjadi mantannya.
"Ntar dulu, pasti ada alasan kenapa Kak Rajendra sampai mutusin mereka secepat itu," ucap Aliya terdengar sedikit lebih serius dibanding Dea yang hanya fokus pada pesona Rajendra sebagai playboy kampus di sini.
Anjani yang paham maksud Aliya sontak menatap ke arah Aruni segera. Tak ayal, wanita itu salah paham dan menggeleng pelan. "Bukan, demi Tuhan aku nggak nyuruh dia mutusin pacarnya, sumpah!!"
Aruni sampai berani bersumpah karena dia memang tidak meminta Rajendra untuk memutuskan pacarnya sebagaimana yang Aliya tuduhkan.
"Jangan sembarangan pakai nama Allah deh, kalau-"
"Ih, kalian tu ya ... dibilangin enggak kok ngeyel banget? Lagian ngapain aku nyuruh kak Rajendra mutusin pacarnya coba?" Aruni mulai emosi, hal itu terjadi lantaran ketiga temannya kompak melayangkan tatapan penuh curiga seolah dia memang pelaku utama di balik keputusan yang Rajendra ambil.
Aliya yang sadar bahwa Aruni mulai marah, tidak ingin mencari petaka dengan memancing kekesalannya. "Ya sudah, sekarang kita ganti istilahnya ... bukan nyuruh, tapi kamu jadi alasan Kak Rajendra mutusin ketiga pacarnya, gimana?"
"Masuk akal sih," sahut Dea mengangguk pelan, sebagai tim ngalir dan ikut arus, Dea tampaknya setuju dengan hal ini.
"Menurutku juga bisa jadi, dan kalau iya berarti Kak Rajendra patut diacungi jempol dong."
Mulai, pujian itu kembali tertuju pada Rajendra dan Aruni yang mendengar sampai muak rasanya.
Sejenak, dia menghela napas panjang dan kembali melihat list menu yang ada di depannya.
"Ehm, udang goreng enak sih ... tapi cumi juga, jadi bingung mau yang mana ... kira-kira aku pesen apa ya?" Ketiga temannya masih sibuk membahas tentang Rajendra, mereka masih mempertimbangkan apa yang terjadi dan Aruni sudah terlihat bingung memilih antara udang atau cumi.
Hal itu dia lakukan dalam rangka sindiran kepada teman-temannya untuk berhenti membahas hal itu karena tujuan mereka datang ke sini untuk makan.
"Eh bener juga sih kata Dea, kenapa aku merasa Kak Rajendra sweet banget ya?" Usaha Aruni sia-sia, nyatanya ketiga temannya hanya diam sesaat dan melihat ke arahnya sewaktu sibuk memilih menu makanannya, setelah itu lanjut lagi bahas Rajendra.
"Iya, ngeh 'kan maksud aku?"
"Hem, jadi tanpa diminta dia mutusin ketiga pacarnya karena sudah ada istri ... aaaw, nggak kuat!!"
"Sisain satu yang kayak Kak Rajendra ya Allah, satu ajaaaa!!"
"Dua dong, aku mau juga, Dea."
"Etdah, kok dua? Tiga dong!! Aku juga mau lah."
Sibuk sekali mereka bertiga, hanya dalam hitungan menit Rajendra tapi pemeran utama dan lebih menarik dibanding semua menu yang ada di sini.
Seketika, Aruni hanya menjadi tim nyimak karena mereka bertiga yang justru kejang-kejang dan salah tingkah seolah merasa diperlakukan istimewa.
"Run, kamu harusnya bersyukur ... ini cowok keren banget sumpah!!" Dea berseru dengan wajah yang memerah.
Sedari tadi memang dia yang paling semangat, meski ketiganya sama-sama semangat. "Bener kata Dea, karena duh ... Rajendra, Runi, ini Rajendra!! Aku sih jujur ya, kalau dibanding kakaknya mending Rajendra ke mana-mana."
"Ehm kelaz!! Ganteng, keren, berwibawa apalagi pas dia orasi beuuugh!! Aura pejuangnya luar bias-"
"Heleh, playboy begitu mending dari mana?" Aruni balik bertanya karena memang tak habis pikir dengan pola pikir temannya.
"Ini nih, kamu tu cuma lihat bagian itu saja ... padahal kalau dibilang playboy nggak sepenuhnya benar, karena menurut rumor yang beredar ceweknya ngebet, itu buktinya mereka ga keberatan berbagi. Logikain deh, kalau kak Rajendra beneran pakai perasaan, dan memang dia yang mau mulai hubungan nggak akan begitu."
"Terus video yang viral waktu itu gimana? Dia godain adik tingkat kan pas di ruangan itu cuma mereka berdua?"
"Aduh, gitu doang percaya ... kita kan nggak tahu apa yang dibicarakan, rekaman video tanpa suara, belum tentu juga kak Rajendra menggoda, bisa jadi cuma bicara empat mata biasa," jelas Dea terpantau masih menjadi pendukung Rajendra garis keras, dan Aruni terdiam beberapa saat.
Sampai pada akhirnya dia mendadak malas karena telinganya terasa panas. "Ah udah deh!! Kalian mau makan atau gosipin dia sebenarnya?"
"Aku sih gosip ya, kebetulan lagi diet," sahut Dea secara terang-terangan yang kemudian diikuti oleh Anjani.
"Sama, tidak ada yang lebih menarik selain berita tentang Rajendra Baihaqi."
"Preeet!!"
"Ye Aruni jangan begitu, kita tidak tahu bagaimana ke depannya ... bisa jadi nanti dia akan jadi orang terfavorit dan cerita tentangnya akan selalu menarik menurutmu."
Aruni menggeleng, dia begitu yakin tentang pendiriannya dan dengan tegas pemilik mata bulat itu menjawab. "Never!!"
Jawaban yang cukup lantang, dan ketiga temannya saling pandang. "Oke, kita lihat aja nanti, awas ya sampai kamu jilat ludah sendiri."
.
.
- To Be Continued -