NovelToon NovelToon
PEMBANGKANG SURGAWI

PEMBANGKANG SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:29k
Nilai: 4.8
Nama Author: Almeira Seika

Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?

**

Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14—Jatuh ke Dalam Lumpur

Xu Yin masih berdiri di tengah pelataran, napasnya terengah-engah, namun matanya tetap tajam. Sementara, tubuh Yu Xinyi telah tergeletak tak sadarkan diri beberapa kaki darinya. Pertarungan telah usai.

Para tetua saling pandang, mereka saling berbisik menggunakan giok transfer suara.

"Bukankah itu teknik terlarang?"

"Bagaimana dia bisa menggunakan teknik itu?"

"Itu teknik terlarang tingkat surgawi. Hanya praktisi ranah Golden Core keatas yang bisa menggunakannya. Bocah itu baru Qi Awekening 19. Sangat mustahil." Ucap Ketua Sekte Gaogu, Cao Qiang.

Xu Yin merasa lega karena telah mengalahkan perempuan arogan dan angkuh itu. Walaupun ia tidak tahu kenapa merasakan kelegaan.

Angin berhembus perlahan, membuat rambut dan jubahnya berkibar. Dengan tenang, Xu Yin merapikan lengan jubahnya yang koyak, lalu menangkupkan tangan dan memberi penghormatan kepada para Petinggi Sekte dan Tamu Undangan yang berada di tebing tinggi.

"Terima kasih atas bimbingan dan kepercayaan para tetua sekalian," ucapnya, suaranya dalam namun sopan. Walaupun tidak pernah dibimbing secara langsung, Xu Yin merasa terbantu dengan banyaknya gulungan-gulungan di perpustakaan, sehingga, ucapan itu terucap.

Lalu, ia berjalan perlahan menuju sisi pelataran. Langkahnya ringan, tetapi, dadanya terasa sesak sedikit demi sedikit. Seperti dihujam oleh ribuan pisau.

Di sekitar pelataran, bisik-bisik mulai bergema seperti riak di permukaan danau.

"Siapa dia sebenarnya?"

"Bagaimana mungkin murid baru memiliki kekuatan seperti itu?"

"Aku bahkan melihat teknik itu... bukankah itu..."

Tapi sebelum pertanyaan-pertanyaan itu sempat menemukan jawaban. Dari dalam kerongkongan terasa begitu panas, seperti lava yang mengalir dari bawah perut menuju mulut.

"Urgh!”

Darah merah kental menyembur dari mulutnya, mencipratkan lantai batu arena. Suara Xu Yin membuat para penonton mengalihkan padangan ke arahnya. Ia tiba-tiba terhuyung, merasa seluruh tubuhnya lemas tak beradaya. Ia merasa sesak yang teramat hebat, tangan kirinya memegangi dada. Matanya membelalak sesaat sebelum tubuhnya terkulai jatuh ke tanah.

"Xu Yin!!"

Beberapa murid terkejut, namun tubuhnya sudah tak bergerak. Dunia menjadi gelap gulita.

Beberapa hari kemudian....

Xu Yin terbangun perlahan.

Cahaya lembut mentari menyusup dari jendela, menyinari ruangan kayu sederhana yang dipenuhi aroma herbal. Ia berbaring di atas tempat tidur dan selimut sutra tipis menyelimuti tubuhnya.

Di sampingnya, berdiri seorang lelaki tua berjanggut perak, mengenakan jubah biru terang dengan bordiran silver simbol Sekte Tiangu di lengannya. Sorot matanya tajam namun penuh ketenangan.

"Sudah bangun, anak muda?" suara lelaki itu lembut.

Xu Yin mencoba bangkit, namun nyeri menjalar di sekujur tubuhnya. Seakan-akan ribuan tajam paku menghantam tubuhnya.

"Aku... di mana ini?" tanyanya dengan bisikan yang sangat pelan, nyaris tak terdengar.

"Paviliun Penyembuhan Sekte Tiangu," jawab lelaki tua itu. "Aku adalah Qian Li, tabib sekaligus Tetua dalam sekte ini. Dan kau... hampir mati."

Jantungnya berdebar saat mendengar itu, lalu Xu Yin pun bertanya. "Aku... hampir mati?"

"Lebih dari itu! Kau hampir menghancurkan jiwamu." Tetua Qian mendekat dan meletakkan dua jari di atas pergelangan tangan Xu Yin, memeriksa aliran qi-nya. "Meridianmu... benar-benar langka. Memiliki dua cabang utama yang aktif, bahkan…”

Ia menarik napas, menatap mata Xu Yin dengan tajam.

“Cahaya Primordialmu berwarna ungu. Itu adalah Void Primordial, ruang hampa spiritual yang hanya tercatat dalam gulungan sejarah kuno. Tak ada manusia biasa yang seharusnya bisa memilikinya."

Xu Yin menyipitkan mata. “Bagaimana orang ini bisa tahu?” Gumamnya dalam hati.

"Tapi," lanjut Tetua Qian, nada suaranya berubah dingin, "kau menggunakan metode brutal untuk meningkatkan kultivasi. Kau menyerap Qi dari luar tanpa penyaringan, dengan paksa memampatkannya ke dalam primordial-mu, seperti menuangkan sungai ke dalam kendi retak."

Tetua Qian meletakkan tangannya di belakang punggung. "Akibatnya, salah satu meridian utama tubuhmu... nyaris hancur."

Xu Yin terdiam, seolah mengiyakan perkataan pria tua dihadapannya. Di dalam dirinya, ia bisa merasakan kehampaan. Dantiannya seperti gua kosong, aliran Qi yang dahulu kuat kini hanya percikan samar.

"Tingkat kultivasimu turun," Tetua Qian menatapnya dalam-dalam. "Kau kembali ke Qi Awakening tahap satu."

Xu Yin mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Mendengar kenyataan itu, dadanya terasa sakit, bukan secara fisik, tapi secara batin. Satu setengah tahun bermeditasi, hanya untuk kembali ke Qi Awekening tahap awal.

"Tapi itu bukan satu-satunya masalah," lanjut Tetua Qian. "Teknik yang kau gunakan... Langit Tanpa Bentuk dan Nafas Tanpa Bentuk, bukan?"

Xu Yin menatap Tetua Qian dengan ekspresi rumit. Tak mengiyakan, tapi tak pula menyangkal. Ekspresi wajahnya itu, seakan berbicara pada Tetua Qian, 'bagaimana anda tahu?'

"Tentu saja aku mengenalnya. Teknik itu dikategorikan sebagai teknik terlarang tingkat surgawi. Bahkan di antara para praktisi tua di negara Xuan, hanya sedikit yang berani mengkajinya. Itu adalah teknik... yang bisa membuat penggunanya meledakkan dentian dan meridiannya sendiri dari dalam jika salah jalur."

Tetua Qian mendekat, wajahnya kini lebih serius.

"Kau sangat beruntung, anak kecil. Jika meridianmu tidak seunik ini, mungkin yang tersisa dari tubuhmu hanya abu. Bahkan, jiwamu tidak akan bisa menahannya."

Xu Yin akhirnya berbicara, pelan namun tegas. "Aku... harus melampaui batas. Tak ada jalan lain..."

Tetua itu terlihat sangat baik. Ia ingin mengungkapkan siapa jati dirinya, tetapi... dalam hatinya masih terdapat keraguan, sehingga, ia memilih bungkam dan tidak melanjutkan perkataannya.

Tetua Qian menatapnya lama, lalu menghela napas. "Orang yang ingin melampaui batas harus tahu kapan harus berhenti. Kau tidak boleh menghancurkan pondasimu demi kemenangan sesaat."

Ia berbalik, berjalan menuju pintu. Namun sebelum keluar, ia berkata, "Kau memiliki potensi yang sangat besar, anak kecil. Tapi potensi tanpa kendali... adalah jalan menuju kehancuran."

Suara pintu kayu menutup pelan.

Xu Yin menatap langit-langit kamar, ia kembali tak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Genangan air di matanya nyaris menetes.

**

Di sebuah paviliun megah, markas Sekte Gaogu, aroma teh pahit memenuhi udara. Angin sore berhembus lembut, menggoyangkan tirai sutra berwarna keemasan. Di dalam ruangan, Yu Xinyi duduk dengan anggun, wajahnya dingin, namun senyum kecil tak bisa disembunyikan dari sudut bibirnya.

Di hadapannya berdiri seorang pemuda berwajah teduh, bermata sipit dengan iris emas yang berkilau lembut seperti mata harimau. Ia mengenakan jubah perak bergaris hitam, dengan lambang sekte. Dialah Han Qingshan, senior langsung Yu Xinyi, salah satu Murid Inti dengan ranah Golden Core tahap tengah.

Han Qingshan tertawa. "Tanpa aku datang, Ru Yi sudah menhabisi bocah-bocah sekte rendahan itu."

"Tapi, kudengar kau dipermalukan oleh salah satu Murid Luar yang berada di tahap ke-9 Qi Awekening." Imbuhnya.

Yu Xinyi menghela nafas. "Bocah itu sangat curang! Dia pingsan setelah aku dinyatakan kalah. Bahkan, sekarang dia masih terbaring di paviliun penyembuhan."

"Jadi, anak itu berjuang setengah mati karena ingin menang melawanmu?" tanya Han Qingshan, suaranya rendah namun mengandung tekanan spiritual.

Yu Xinyi tersenyum tipis, menyeruput tehnya. "Benar. Salah satu tetua Tiangu bahkan bilang meridiannya rusak. Kultivasinya kembali ke Qi Awakening tahap satu."

Han Qingshan mendengus ringan. "Aku pernah dengar soal teknik nafas yang digunakan anak itu. Nafas Tanpa Bentuk. Teknik semacam itu hanya digunakan oleh orang putus asa atau... orang yang tak peduli nyawanya sendiri."

"Bagus," Yu Xinyi meletakkan cangkir teh. Matanya memancarkan kilatan puas. "Aku tak perlu mengotori tanganku lagi. Dia sudah menghancurkan dirinya sendiri."

Han Qingshan menatap Juniornya itu sejenak, lalu mengangguk pelan. "Inilah adik Junior kebanggaanku. Menghancurkan meridian lawan tanpa harus menyentuh. Karena lawan yang menghancurkan diri sendiri."

Yu Xinyi tersenyum tipis. "Dia tidak akan pernah bisa berkultivasi lagi, dia hanyalah manusia sampah. Dan praktisi yang kehilangan kekuatan, tak lebih dari kotoran buangan."

**

Sementara itu, di Sekte Tiangu, kabar tentang Xu Yin telah menyebar seperti api yang menyambar ilalang kering.

Wu Ling berdiri di pelataran luar ruang penyembuhan, bersama beberapa murid lainnya yang sempat melihat pertarungan Xu Yin sebelumnya.

"Heh! Jadi bocah sok jagoan itu akhirnya kena batunya juga," ucap Wu Ling, menyeringai. "Qi Awakening tahap sembilan? Hanya mimpi kosong. Sekarang dia bahkan lebih rendah dari kita semua."

Beberapa murid lain tertawa, namun ada juga yang ragu. "Tapi... dia masih bisa mengalahkan Yu Xinyi waktu itu. Itu... tidak main-main."

Wu Ling mendengus. "Itu karena teknik curang yang dia pakai. Tetua sendiri bilang itu teknik terlarang. Siapa tahu dia mencuri atau membunuh seseorang untuk dapat teknik itu?"

Bisik-bisik makin ramai.

"Jangan-jangan dia bukan murid biasa..."

"Kalau dia pecahkan meridiannya sendiri, berarti dia memang tolol."

Wu Ling melangkah maju, berdiri di depan pintu ruang penyembuhan. Tatapannya tajam seperti pisau.

"Kalau dia keluar dari ruangan itu hidup-hidup... aku pastikan dia takkan betah di Sekte Tiangu."

Di dalam ruangan, Xu Yin masih terdiam, memandangi langit-langit. Ia mendengar sebagian percakapan di luar. Walau suaranya tak begitu jelas, namun niat jahat dari Wu Ling dan yang lainnya... tidak bisa disamarkan.

Tubuhnya masih lemah.

Meridian utamanya benar-benar rusak.

Kultivasinya terjun bebas.

Ia hampir

Tapi hatinya...

Belum menyerah.

Bagaimana pun juga, harus bangkit dan tidak boleh lemah. Di dunia ini, yang lemah, hanya akan menjadi sampah.

Xu Yin mengepalkan jari tangannya yang gemetar. Di dalam hening, ia membisikkan satu kalimat kepada dirinya sendiri.

"Jika hanya dengan kekuatan ini aku bisa kembali... maka, aku akan berusaha sampai mati. Menepati janjiku padanya... Aku tidak boleh mati di sini."

Satu bulan berlalu, dengan kondisi tubuhnya yang masih lemas. Jangankan bergerak, untuk bernapas saja sulit. Satu tarikan napas, maka satu ribuan tusukan ia rasakan.

Dua bulan berikutnya, ia mulai bisa duduk.

Tiga bulan… ia bisa berdiri, walaupun dengan gemetar karena sendi-sendi tulangnya belum stabil.

Bulan demi bulan berlalu, dan satu tahun kemudian...

Langit pagi Sekte Tiangu terlihat kelabu. Untuk pertama kalinya setelah satu tahun lamanya, Xu Yin akhirnya keluar dari Paviliun Penyembuhan. Tubuhnya sudah tidak selemah dulu, tapi napasnya masih berat setiap kali mendaki tangga.

Namun, begitu kakinya menjejak lantai luar paviliun, semua mata yang memandang bukanlah tatapan hangat yang menyambut kembalinya seorang murid. Sebaliknya, tatapan dingin, remeh-temeh, dan acuh menghujaninya.

"Eh? Lihat siapa yang kembali dari liang kubur," sindir seorang murid berseragam biru, suaranya keras cukup untuk didengar siapa pun di sekitar.

“Serangga ini kembali?”

1
Donna
apakah mirip dg yg d gambar??
Filanina
maksudnya, pamannya itu pintar karena sudah golden core stlh belajar 16 tahun tapi walau pun pintar ttp blm bisa mengenali primordial keponakannya?
Filanina: tapi kurang pintar karena tidak bisa mengenali primordial kan?

soalnya kok kayak tolak belakang. dikatakan pintar tapi tidak mampu.
LaoTzy: Iya pamannya punya bakat terpendam mungkin😭
total 2 replies
Filanina
kayak orang kurang sopan nggak sih ga jawab pertanyaan. Jatuhnya bukan dingin tapi ga sopan.
LaoTzy: Bener banget
total 1 replies
Filanina
oh... berarti itu khusus pedang kendaraan ya.
LaoTzy: Iya. Terinspirasi dari novel sebelah😭
total 1 replies
B A B Y B U N N D
Uupp
༆ᴛᴀ°᭄ᴠᴇᴇʀᴮᴼˢˢ彡
Gaadsss lanjooottt thorr
Filanina
Kalau dalam novel china kayak gini emang jarang sih ngasih penjelasan... terjadi begitu saja dan diterima begitu saja.
Filanina
ini pedang terbang itu biasanya pedang yg dipakai bertempur atau bukan sih? Atau khusus kendaraan?
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
Filanina
lucu juga ya, siapa yang pertama kali dapat ide pedang jadi kendaraan?

mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
Filanina
mungkin diberikan bukan memberikan. kalau nggak memberikannya. objeknya diganti -nya. subjeknya ttp wanita itu.
Filanina
Thor, ini dalam narasinya bakal ditulis Chen lian terus sementara di sana namanya Xu Yin?
Filanina
owh... yang terkuat bukan yang nomor 1 ya... ?
Filanina
semnanti mungkin typo ya. apa sembari?
Filanina
kalau mau perbaiki, pakailah koma sebelum petik alih-alih titik. trus dialog tag ditulis huruf kecil.
Filanina
saya ngasih koreksian typo
Filanina
kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.
Filanina
wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar
Filanina
cuma basuh muka? /Shame/
Filanina
jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...
Filanina
iya-ya
ibunya jadi hangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!