Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Calista sakit
Saat jam kosong seperti ini. Anak-anak lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bermain game. Ada juga yang tidur, dan ada juga yang bermain sosial media.
Daren, dia sendiri sedang bermain game di ponselnya. Namun tiba-tiba saja dirinya ingin pergi ke toilet.
Karena sudah tak tahan, Daren pun langsung Keluar dari area game tersebut dan berlari menuju ke toilet.
Ia sempat menoleh ke bawah sebenarnya karena ada ambulan disana. Namun rasa penasarannya tidak cukup besar, sehingga Daren tak peduli dan lebih memilih untuk lanjut pergi ke toilet.
Sampai di toilet, Daren segera masuk. Dan dia hanya buang air kecil sih. Tak basa basi setelah itu Daren Langsung keluar dari area toilet. Ia juga merasakan kelegaan dibawah perutnya itu.
Daren berjalan santai menyusuri koridor, sembari matanya melihat ke bawah. Daren tersenyum kecil melihat Gilang yang mendekati ambulan itu.
"Njir, tuh anak pasti kepo banget!" Kata Daren sembari geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu.
"Pfffttt kasihan banget sih Calista. Gitu doang langsung ambruk. Makanya, jangan macem-macem sama gue." Ucap seseorang tiba-tiba membuat langkah Daren berhenti. Suara itu sangat di kenali oleh Daren.
Posisi Daren kini berada koridor belokan. Tepat di samping belokan tersebut ia melihat gadis berambut panjang. Daren tau sekali itu Elvina.
Kelas Elvina adalah 12 IPS 5. Yang dimana itu adalah kelas paling pojok dengan adanya belokan seperti pertigaan.
Daren berada di belakang Elvina. Ia masih bingung dengan ucapan gadis itu. Daren tau bahwa Elvina bukan gadis baik. Lalu kejahatan apa lagi yang di rencanakan oleh gadis itu saat ini?
Tak lama dari itu Ponsel Elvina berdering. Lalu kemudian Elvina mengangkat telepon tersebut.
Elvina
Halo ma...
Danita
Gimana El? Berhasil nggak?
Elvina
Berhasil dong ma! Calista langsung tumbang tuh hahahha....
Daren membelalakkan matanya mendengar hal tersebut. Itu sangat jelas bahwa Elvina ada hubungannya dengan Calista.
Kejahatan tidak bisa di biarkan, Daren pun segera mengeluarkan ponselnya untuk merekam Elvina. Suara Elvina juga terdengar jelas. Mungkin, gadis itu berfikir sekarang tidak ada siapapun karena posisi anak-anak berada di kelas. Dan juga mungkin beberapa anak ramai di lantai bawah melihat siapa yang berada di ambulan.
Danita
Nah, gitu loh! Kamu jangan diem aja kalau ada orang yang mau ambil Barra.
Elvina
Iya ma. Terima kasih atas bantuannya. Ini benar-benar bagus. Calista harus di hukum kayak gini biar tau rasa. Hahaha dia pasti sakit kan ma karena ulet yang mama kasih hahaha...
Danita.
Iya, itu ulet bahaya banget bisa buat orang sakit. sekarang mama tutup dulu ya. Mama mau bekerja!
Elvina
Oke ma.
Elvina menjauhkan ponselnya dari telinga. Tanda telepon telah selesai. Daren merasa seperti sudah menemukan satu hal yang penting. Dia pun mundur dan berjalan pergi menjauh dari Elvina. Ia putar balik mencari jalan lain untuk menuju ke kelasnya.
Elvina sendiri merasa ada seseorang yang dari belakangnya. Ia menoleh ke belakang memperhatikan Daren yang berjalan menjauh, namun Elvina tidak tau jika orang itu adalah Daren.
Sedikit merasa was-was. Elvina berharap tidak ada yang mendengar obrolan teleponnya dengan sang mama.
"Yaudahlah paling juga nggak kedengaran!" Ucapnya menenangkan dirinya sendiri yang was-was.
Sampai di kelas 12 IPS 1.
Daren kembali duduk di bangku kursinya. Ia duduk di sebelah Nelson.
"Habis darimana lu?" Tanya Nelson. Meskipun matanya fokus pada hp, namun ia bisa merasakan jika Daren baru saja duduk disampingnya.
"Toilet!" Jawab Daren singkat. Laki-laki itu juga kembali membuka ponselnya dan memainkan game nya.
Tak lama dari itu, Gilang juga kembali ke kelasnya. Ia datang dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Eh, Bar!" Panggil Gilang.
Barra pun merasa risih dengan panggilan itu. Dia lagi fokus dengan game di ponselnya.
"Apaan sih! Jangan gangguin gue!"
"Itu njir si Calista di bawa ambulan!" Kata Gilang yang suaranya itu bisa di dengar oleh satu kelas.
Barra yang sibuk dengan ponselnya itu pun langsung melangkah keluar. Entah apa yang dia rasakan namun berita ini membuatnya terkejut. Mengapa Calista? Bagaimana ini bisa terjadi? Jadi, berita dari tadi adalah tentang Calista.
Bodoh! Barra bodoh. Remaja laki-laki itu meruntuki dirinya sendiri. Harusnya dia lihat dulu siapa yang dibawa oleh Ambulan. Barra hendak melihat, namun mobil ambulan telah keluar dari pagar sekolah. Tak banyak pikir, Barra berlari ke parkiran untuk mengambil motornya dan menyusul Calista. Beruntung cowok itu mengantongi kunci motornya di dalam saku celananya.
****
Di markas Wolf.
Kini Barra dan teman-temannya sedang berkumpul di markas. Ia duduk di kursi sofa panjang bersama dengan teman-temannya.
Nelson telah menceritakan bagaimana perasaan Barra yang tidak terima dengan kondisi Calista saat ini. Kejadian ini telah di buktikan oleh mata kepala Nelson sendiri. Yang dimana sakitnya Calista saat ini di sebabkan oleh Elvina.
"Gue punya bukti rekaman yang lebih kuat lagi. Dia sekongkol sama emaknya!" Ucap Daren.
"Ha!" Semua orang menoleh pada Daren. Daren pun langsung mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman video yang tadi siang dia video.
"Kurang ajar!" Tangan Barra mengepal mendengar bukti rekaman tersebut.
"Ini kelewat batas sih! Masalahnya uletnya bisa sampai buat orang masuk rumah sakit!" Imbuh Gilang. Ia paling benci dengan wanita jahat seperti Elvina ini. Gilang termasuk cowok yang baik, dan dia benci dengan orang jahat.
Sedangkan Nelson dan Niko pun juga tidak habis pikir dengan rencana Elvina. "Udah si Bar! Laporin aja! Gregetan gue!" Kata Niko. Ia juga emosi.
"Kirim ke gue videonya Daren." Ucap Barra ia langsung berduri dari duduknya. Daren pun memegangi bahu Barra. Ia tau saat ini Barra sedang emosi.
"Lo mau kemana? Jangan bertindak gegabah!" Kata Daren memperingati.
"Tenang aja! Gue cuma mau jenguk Calista. Jangan ada yang laporin polisi. Tuh cewek pengen main-main sama gue!" Kata Barra kemudian langsung pergi dari Markas.
Perasaan Galau, sedih, dan marah kini menyelimuti Barra. Ia tidak tega melihat wajah Calista yang pucat sampai sedikit membiru tadi. Dan apa lagi semua ini gara-gara Elvina.
"Sialan bangsat! Keluarga Bangsat!" Umpat Barra. Ia menambah kecepatan motornya hingga kini sudah sampai di rumah sakit sejahtera.
Barra pun masuk ke dalam rumah sakit itu. Ia mencari mamanya yang entah istirahat atau sedang bekerja.
Saat sedang mencari kantor sang mama, tiba-tiba mama Elina muncul dari ruangan.
"Ma!" Panggil Barra. Sepertinya sang mama habis memeriksa pasien.
"Loh bar! Kamu ngapain disini?" Tanya mama Elina.
"Mau jengukin Calista ma!" Kata Barra membuat mama Elina tak percaya. Menjenguk Calista? Selama ini Barra tidak pernah menjenguk teman perempuannya.
"Kenapa ma?"
"Nggak papa. Ini mama juga mau memeriksa kondisi Calista." Kata mama Elina lanjut berjalan menuju ke ruangan Calista. Barra pun ikut berjalan disamping mamanya.
"Apakah Barra suka sama Calista ya?" Pikir mama Elina.