Seorang istri yang merasa lelah dengan tingkah suami serta keluarganya. Hatinya begitu sakit melihat sang suami lebih menyayangi keponakannya di banding anaknya sendiri. Arumi layaknya seorang pembantu di dalam rumah mertuanya sendiri.
Suatu hari tanpa sengaja iya melihat putri kecilnya terjatuh karena didorong oleh keponakannya ingin meminta pertolongan, namun siapa sangka malah suaminya memilih membantu dan mengendong keponakannya tersebut. Puncak dari semua, ketika suami Arumi datang. kerumah membawa Siska pulang kerumah dan mengenalkannya sebagai calon istri Nico.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvazkha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 14
Arumi, Michelle dan juga suster Neni tela siap. Mereka segera keluar dari kamar milik Michelle dan segera menuju ke tempat di mana mereka akan menghilangkan beban. Saat mereka akan melewati ruang keluarga. Mereka masih saja di cepat oleh Bu Sartika dan juga Monic.
"hey, Arumi. Mana cepat berikan kami uang. Kami mau beli makanan. kami sudah sangat lapar sekali ini. Dan untuk kamu, cepat segera bersihkan seluruh rumah ini. Jangan lupa cuci itu seluruh baju kotor kami. terus ada juga baru yang telah kering kamu setrika, bajunya ada di ruang laundry." ujar Monica dengan wajah pongahnya. Dia benar benar berlagak menjadi seorang nyonya besar di ruang tersebut.
"uang apa yang kalian minta. bukankah tadi aku sudah bilang jika uang adik ipar mbak sudah habis. Lalu, jangan seenaknya memerintah susternya Michelle. Dia sini dia aku yang memperkerjakan dirinya. Dan untuk gaji, kak Jonathan yang menggaji suster Neni.
Jadi, jika kalian ingin di layani oleh susternya Michelle. Atau suster Neni. Siapkan uang lebih untuk menggaji dirinya" ujar Arumi dengan tegas.
"loh, kenapa kami juga harus mengaji dia. Lagian dia sudah di gaji sama Kaka kamu. yasudah, sekalian saja di suruh untuk membereskan rumah sekalian. Toh kamu sekarang juga tidak mau membereskan rumah lagi" ujar Bu Sartika sambil menunjuk suster Neni.
"Maaf Bu, tapi dalam surat perjanjian antara penyalur dan juga si bos saya. Di sana jobdesk saya sudah jelas. Jika saya bekerja untuk nona Michelle. Jika saya bekerja melebihi apa yang sudah di tetapkan. Saya bisa lapor ke pihak penyalur. dan pihak penyalur bisa melaporkan perbuatan keluarga ini ke kantor polisi. Di tambah lagi, jika keluarga ini membutuhkan pembangunan atau baby sitter seperti saya. maka mereka akan sulit mendapatkannya di seorang penyalur" kali ini suster Neni sendiri yang menjawab.
"cih, baru jadi pembokat saja sudah berlagak macam itu. lagian kami juga masih mampu kok menyewa seorang art. hanya saja, kami tidak terlalu percaya dengan mereka. Bisa saja kan, secara diam diam mengambil barang berharga kami, di sana kami lengah. Jadi, lebih baik kami memberikan ruah sendiri saja. Emang dasarnya Arumi nya saja, yang sok sokan pakai acara panggil suster segala. Toh saat dirinya bekerja di luar ya kami ini yang menjaga putri tak tahu diri nya itu" ujar Monic secara terang terangan tidak menyukai Arumi dan putrinya.
"dan ini alasan aku lebih memilih ambil suster dari yayasan. Yang sudah jelas seperti apa kelayakannya dalam menjaga anak. Dari pada harus menitipkan lagi kepada kalian. Bisa jadi putri ku ini akan bapak belur lama lama jika di asuh oleh nenek dan juga Tante macam kalian" jawab Arumi membuat kedua orang yang ada di depannya itu terkejut.
Padahal mereka sudah menyembunyikan segala perbuatan buruk mereka pada Michelle dari Arumi. Tapi, masih aja tetap ketahuan. Mereka menatap Arumi sejenak, terlihat jika Arumi tampak tak peduli dengan pembicaraan orang dewasa itu. Dan memilih untuk bermain dengan suster barunya.
"gawat, sejak kapan Arumi tahu jika kamu selalu berlaku kasar pada Michelle. apa Arumi juga tahu kalau Michelle jarang sekali mendapatkan makanan yang layak untuk di makan!" batin Monic mulai tegang. Dia hanya takut, jika Arumi memiliki bukti kelakuannya dan juga sang mertua dan Arumi aka melaporkan perbuatan mereka.
"sial@n memang Arumi ini. Kenapa dia bisa sampai tahu jika aku dan Monic selaku berlaku buruk pada Michelle. Saat Arumi pergi bekerja. Ini lagi, babu kurang ajar. Sepertinya aku akan memberinya pelajaran besok saat Arumi sudah berangkat kerja. Dan untuk Michelle, jika dia sampai ketahuan mengadu. Maka jangan salahkan aku jika kau akan semakin aku kasari" batin Bu Sartika sudah menaruh dendam dengan bocah kecil yang tidak tahu apa apa.
"sudah sus, lebih baik kita pergi sekarang mumpung masih jam segini. pasti tempat bermain di saja juga belum terlalu ramai" ujar Arumi mengajak suster Neni dan juga putrinya segera berangkat.
"mau kemana kamu Arumi. Jika kamu mau jalan jalan dan makan siang di luar. lebih baik kita sama sama saja. Sekalian kamu traktir kami makan siang. Kami juga sudah merasa lapar. " ujar Bu Sartika langsung mendapatkan sindiran halus dari Arumi.
"sejak kapan mama mau pergi bersama dengan Arumi. Bukannya Arumi ini tidak pantas ya, bersanding dengan kelurga mama. Apalagi Arumi hnya pekerja kantor. sudah pasti Arumi bau keringat dan juga tidak pandai dalam berdandan.
Heh, lagian mama ini aneh. jelas saja aku tidak bisa dandan. Toh semua pekerjaan rumah, mulai dari nyapu, ngepel, nyuci, setrika, masak, dan jaga anak pun kulakukan sendiri. Lalu, apakah aku punya waktu untuk diriku sendiri. Tidak, waktu untuk bisa mandi dengan tenang saja tidak pernah aku dapatkan. Malah ini Wahyu bersantai untuk dandan.
Sudah lah suster, kamu bawa Michelle masuk ke mobil dulu. Kasihan kalau dia berdiri terus" pinta Arumi pada suster Neni.
"baik, Nona besar" jawabnya langsung membawa Michelle ke mobil yang di maksud Arumi. Gak lupa, Arumi juga memberikan kunci mobil tersebut. Karena seingat Arumi mobil dalam keadaan terkunci.