Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERSANDARLAH KEPADAKU
Seminggu sejak kejadian itu, aku sudah mulai beraktifitas kembali di kantor. Urusan wanita masa lalu Sandy dan Pria yang menipu Ayah Bayu sudah menemukan titik terang. Rupanya mereka menjalin hubungan, dan pria tersebut termakan omongan Tiara, wanita iblis tersebut.
Rekaman video Sandy pun sudah berada di tangan Om Hermawan, Cakrawala dan Om Hermawan tidak membiarkan Sandy ikut campur dalam masalah ini. Kesehatan mentalnya lebih penting. Aku tidak akan meninggalkannya. Sejak saat itu dia tinggal bersama denganku. Aku juga mengantar jemput dia ke kampus, sungguh aku tidak ingin dia terluka lagi. Aku benar-benar ingin dia bahagia sekarang.
DI KANTOR
"Cutimu kali ini sungguh menguras air mata...!" kata Jihan, kami berada di atap gedung, ini waktunya istirahat.
"Mau makan siang? Kita pesan online saja, aku malas jalan ke kantin..!" jawabku, pandanganku tertuju pada gedung-gedung tinggi di sekitar bangunan kantorku.Badanku memang di sini, tapi pikiranku ada di kampus sebrang sana, tempat Sandy berada.
"Bagaimana perkembangan kasusnya?" Jihan menanyakan kasus waktu itu.
"Videonya sudah ada di tangan Om Hermawan Ji, aku lega! Sungguh jika aku bertemu dengan wanita iblis itu, aku pasti akan menjambaknya sampai mati!" jawabku penuh emosi.Tanganku mengepal kuat.
"Akan aku bantu agar dia lebih cepat mati!" ucap Jihan yang membuatku sedikit terkejut.
"Kamu yakin?" tanyaku penasaran.
"Misal dipenjara pun aku tidak menyesal, toh pasti kita akan dipenjara bersama..hahahaha!" balasnya tertawa.
"Baiklah, ayo kita lakukan jika bertemu wanita itu!" kataku lagi, aku yakin Jihan hanya bermaksud menghiburku.
"Biarkan aku menikah dengan Adit dulu..!" kilahnya sambil mengambil minuman di dekatnya. Aku tersenyum mendengar jawabannya. Iya, kamu harus menikah dengan Adit, pria pujaan hatimu. Aku pun sama, aku akan selalu di samping Sandy.
Lamunanku terhenti, panggilan telepon dari Luna mengagetkanku.
"Oh hai Luna. Bagaimana? Ada yang bisa aku bantu?" tanyaku memulai percakapan.
"Bisakah kamu menemaniku ke Rumah Sakit nanti? Aku harus memastikan kondisi Ayah Bayu sudah mulai stabil agar bisa pulang ke apartemen, katanya beliau minta rawat jalan saja.." kata Luna di telepon. Meski dia seorang CEO, dengan segudang kesibukan, namun dia tidak meninggalkan tanggung jawabnya terhadap Bayu dan Ayahnya.
"Tentu, aku pasti akan menemanimu. Tapi nanti aku jemput Sandy dulu ya.."
"Bisakah nanti kamu drop Sandy di rumah Ibu, Ibu bilang ingin makan malam bersama nanti. Sampai saat ini aku sudah berusaha untuk menghilangkan berita terkait wanita dan video itu.Untungnya dia belum pernah mengunggahnya ke situs apapun.." ucap Luna.
"Ibu juga belum tahu kan?"
"Ibu tidak boleh tahu, jika sampai beliau tahu, Sandy akan dibawa ke Prancis..." Luna menghentikan kalimatnya. Dia sadar bahwa apa yang barusan dia sampaikan akan membuatku kepikiran.
"Maka dari itu, ayo kita rahasiakan ini dari Ibu, aku juga tidak ingin melihat kalian berpisah.." lanjut Luna lagi.
"Terima kasih Luna, aku akan berusaha mempertahankan Sandy di sampingku.." kataku semangat.
"Baiklah, kita bertemu di Rumah Sakit ya, jangan lupa untuk datang makan malam, bye..!" Luna mengakhiri teleponnya. Kata-katanya yang tadi bilang bahwa Ibunya akan membawa Sandy ke Prancis jika masalah ini sampai ke telinga Ibunya, benar-benar membuatku kepikiran.
...*****...
Aku kembali ke ruanganku dengan segala keruwetan baru dari Luna. Membayangkan aku tidak bisa berjumpa dengan Sandy sehari saja sudah membuatku GILA!
Beruntungnya aku, novel ke-25 yang aku tulis sudah selesai tercetak, dan siap diluncurkan. Hanya saja aku meminta untuk diundur satu minggu lagi. Aku masih enggan berjumpa dengan banyak orang. Aku seperti ada di lautan, pikiranku terombang-ambing dengan masalah yang menguras emosi dan tenagaku.
CLING (suara notifikasi pesan masuk)
Aku sedikit lega karena Jimmy satu fakultas dengannya.Setidaknya dia punya teman yang bisa diajak bicara. Sandy memang ramah dan mudah bergaul, tapi hanya sewajarnya saja. Untuk sampai menjalin pertemanan seperti dengan Bayu, Jimmy atau bahkan dengan Steve dkk, itu butuh waktu yang lama.
Lagipula ini adalah masa-masa bahagia, aku pun waktu kuliah sangat menikmati momen-momen bersama teman mahasiswa yang lain. Aku juga pertama kali suka dengan seniorku yang seorang ketua BEM saat aku menjadi mahasiswi baru.
Tapi itu hanya cinta anak muda biasa, hubunganku dengannya terlalu banyak drama. Akhirnya aku memutuskan untuk mengakhirinya. Aku pun berharap kehidupan kampus Sandy berjalan lancar dan bahagia.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku barusan, suara yang terdengar dari luar terasa familiar.
"Permisi Bu Aruni!" sapa seorang pria dari luar ruangan.
Aku segera merapikan meja kerjaku yang lumayan berantakan. Setelahnya aku pun mempersilakan orang tersebut untuk masuk.
"Silakan masuk!" jawabku dari dalam. Saat hendak berdiri, sosok yang baru masuk itu memintaku untuk tetap duduk.
HENDRA WIJAYA rupanya..
"Anda duduk saja..!" katanya begitu melihatku berdiri dari kursi.
"Oh Pak Hendra, ada apa ya? silakan duduk!" pintaku, setelah dia duduk, aku pun segera menanyakan apa yang ingin dia sampaikan sampai harus bertemu seperti ini. Kami biasanya bertukar pesan di messager kantor.
"Saya tadi sudah mengirim pesan di messager kantor, mungkin belum sempat Bu Aruni baca.." jawabnya sedikit gugup. Aku pun merasa tidak enak, dan akhirnya buka messager kantor, memang benar ada pesan dari Pak Hendra Wijaya.
"Maafkan saya Pak,saya tidak cek, karena notifikasinya suka mati sendiri.." jawabku sedikit tidak enak.
"Saya hanya mau mengajak anda makan malam, ada hal penting juga yang ingin saya sampaikan.." ucap Hendra Wijaya serius.
"Sebelumnya mohon maaf Pak Hendra, malam ini saya sudah ada janjian makan malam dengan keluarga pacar saya.." ujarku,aku merasakan kekecewaan di matanya. Ini sudah kali kedua aku menolaknya.Wajahnya terlihat kecewa,aku bukannya sengaja untuk menolaknya, tapi memang undangan makan malam keluarga Sandy datang lebih dulu.
"Apakah selama cuti anda baik-baik saja?" tanya Hendra Wijaya tiba-tiba. Kenapa sikapnya berbeda, aku merasa tidak nyaman, apa karena aku sempat menolak saat diharapkan menjadi pembicara seminar bersamanya? Atau karena ada hal lain yang dia tahu?
"Yah, saya menghabiskan waktu dengan keluarga Sandy, kenapa Pak Hendra tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanyaku balik.
"Eehmmm..pria itu, mantan pacar anda! Saya melihatnya di lobi kantor sewaktu anda cuti..!" jawab Hendra Wijaya sedikit ragu, dia takut menyampaikan hal tersebut, namun di satu sisi dia ingin agar aku tahu.
"Mantan pacar saya? Robin?" tanyaku lagi. Untuk apa si Bajingan ini kemari? Jika dia ingin mengorek info apa pekerjaanku yang sebenarnya, dia berbahaya.
"Benar, pria yang membuat masalah dulu.Dia sepertinya masih penasaran dengan anda..!" jawabnya sedikit khawatir.
"Karena kami putus tidak secara baik-baik. Jadinya dia seperti itu!" kilahku. Aku yakin dia mencari informasi tentang aku.
"Bagaimana hubungan anda dengan Sandy?" dia seperti mengintrogasiku.Aku yang lelah berbicara hanya memjawab sekenanya.
"Kami baik-baik saja!" jawabku singkat. Aku mohon keluarlah segera, kepalaku rasanya mau pecah.
"Saya adalah tipe orang yang jika suka,saya akan total dan loyal kepada pasangan. Saya tidak pernah terpaku pada usia..." ujarnya tiba-tiba lagi.
"Langsung ke intinya saja Pak Hendra,apa anda sedang butuh teman curhat? Atau bagaimana?" tanyaku, kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Saya menyukai anda Bu Aruni!" jawab Hendra Wijaya. Wajahnya saat mengatakan itu terlihat tenang, matanya memancarkan ketulusan. Aku terdiam menatapnya.
"Sejak kapan? Sejak kapan anda menyukai saya?" Aku sudah berusaha untuk tidak terlibat emosi apapun dengan pria dewasa sepertinya.
"Apa itu penting? Selama ini saya mencoba mengabaikan rasa itu, bahkan setelah tahu anda sudah mempunyai hubungan dengan pria muda yang ternyata disukai adik saya. Saya tetap tidak bisa untuk tidak menyukai anda.." jawabnya serius. Berarti selama ini, dia diam-diam menyukaiku, kenapa? Aku jadi tidak nyaman jika seperti ini.
"Maaf,saya tidak bisa menerima perasaan anda! Anggap saja saya tidak pernah mendengar apapun yang baru saja anda katakan.." ucapku, aku menghela nafas dalam-dalam. Anehnya tidak ada sorot mata kecewa di wajah Hendra Wijaya.
"Saya tidak meminta anda untuk menerima atau membalas perasaan saya. Saya hanya mengungkapkan apa yang saya rasakan. Pertama kali dalam hidup saya, saya berani bersuara atas nama hati saya. Anda adalah cinta pertama saya, jadi biarkan saya menyukai anda secara sepihak, itu cukup!" katanya lagi,dia tersenyum, senyuman paling manis yang belum pernah dia berikan selama ini. Hal ini makin membuatku terbebani.
"Bisakah anda kembali ke ruangan anda? Saya sedang ada pekerjaan, maaf sebelumnya.." aku mencoba membuatnya pergi.
Hendra Wijaya segera bangkit dari duduknya begitu mendengar aku memintanya meninggalkan ruanganku, sepertinya dia menangkap sesuatu hal yang mengganggu pikirannya.
"Bu Aruni, saya akan selalu ada 1 langkah lebih dekat dari anda, jadi jika anda lelah, bersandarlah kepada saya..!" ucapnya sebelum berpamitan kepadaku. Apalagi ini Tuhan, tidak bisakah apa yang barusan terjadi dan terucap engkau hilangkan?
Bagaimanapun, aku hanya akan fokus dengan Sandykala, dia adalah duniaku sekarang.