Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29: Disaster On Final Stage (Part 1)
"Tapi... ."
"Tidak apa! Lanjutkan saja dan ambil benderanya!" Desak Melody sambil menunjukan sedikit senyum di balik ekspresi wajah paniknya. Berusaha meyakinkan Abigail untuk tidak perlu mengkhawatirkannya.
Samar mengangguk, "Bertahanlah Oke?!" Abigail kembali melanjutkan. Pergi melompat berpindah ke dataran yang tepat dan berusaha ke tingkatan yang lebih tinggi.
"Tidak akan kubiarkan!" Eric mendongak. Melihat Abigail hampir sampai di puncak.
"Mahkota agung! Cahaya langit ketujuh !!" Seru Eric mengucapkan kalimat kekuatan. Seluruh tubuhnya lalu diselimuti cahaya begitu terang sampai benar-benar menyilaukan mata.
Mereka semua yang sedang menyaksikan dari bawah sana pun ikut terkena efeknya.
"Apa ini?!" Salah satu dari kelas Leprechaun memperisai matanya. Mereka semua reflek melindungi matanya.
Dan ikatan tanaman rambat dari balik lengan seragam Clover_ yang sebenarnya itu bagian dari tangannya_ langsung mengendor dan terlepas seketika. Eric dan Luna pun terbebas.
Setelah terlepas, Eric langsung bergegas menyusul yang sudah duluan hampir ke puncak. Mengejar Abigail. Sedangkan Luna tidak suka dan tidak kuat dengan cahaya terlalu terang. Itu kelemahannya. Melihat cahaya terlalu terang akan membuat pandangannya terganggu. Pandangannya akan terasa kabur. Yang paling buruk, itu dapat membutakan pandangannya sementara, atau bahkan bisa saja permanen.
Dan yang terjadi padanya adalah buta. Tapi dia tidak tahu apa itu hanya sementara atau permanen.
Jadi dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Abigail. Sedangkan Embun baru saja mengalami penetralan sihir karena ilmu yang dilancarkan oleh si kembar. Miranda dan Sophia.
"Bintang Kembar! Dewi perkusi !!" Seru mereka bersamaan. Miranda dan Sophia memunculkan alat musik berupa biola dan seruling. Memainkan musik yang membuat sayap-sayap Embun kehilangan sihirnya. Begitu juga dengan jimat perubahannya yang kemudian mengalami masalah.
Kembali ke penampilan dengan seragam akademi.
Setidaknya Abigail sudah sampai di puncak. Melihat bendera yang tertancap di tengah-tengah dataran sana. Tapi dirinya sudah memperkirakan kalau mengambilnya bukanlah perkara yang mudah.
Beberapa menyusulnya.
Ruth dari kelas Penyihir baru saja memijak puncak_ di sisi lurus berlawanan. Mereka berdua saling menatap fokus pada bendera di tengah-tengah mereka, dan juga satu sama lain. Sampai satu lagi kemudian muncul tiba bersama mereka.
Eric dari kelas kerajaan tadi baru saja datang. Memutar-mutar pedangnya.
Crysella mendongak. Dia juga hampir sampai ke puncak. Akan tetapi, baru dirinya berusaha melompat tinggi-tinggi... Dirinya Kedatangan tembakan sihir yang tidak terduga, mengenainya dan membuatnya terpental jatuh. Melenceng dari arah pijakannya.
Crysella terjun jatuh dari ketinggian tingkat sebelas. Tapi untung saja dia sigap menancapkan trisulanya pada salah satu samping dataran di tingkat tujuh.
Tubuhnya menggantung. Sambil terus berpegangan pada trisula, dia mendongak memandang atas sana. Bisa terlihat salah satu dari kelas penyihir yang sempat di lawannya sudah hampir di puncak sana.
Nova! Dia sempat menatapnya dari atas sana dengan tatapan yang menyiratkan ledekan. Sebelum kemudian dia lanjut melompat ke atas sana... Memijak puncak. Empat sisi saling berlawan terisi. Dan bendera berkibar di tengah-tengah mereka.
Empat murid dari empat kelas yang berbeda saling berhadapan. Momen yang sungguh menegangkan. Apalagi bagi diri Abigail yang belum dua minggu berada di sana. Mythtipia! Dirinya bahkan belum pernah melakukan aksi seperti akrobat atau parkour sebelum semua itu. Memang tidak pernah ahli.
...----------------...
Kaki Abigail mulai mengambang dari pijakan, Aura ungu gelap mulai menyelimuti trisula Ruth, Pedang besar Eric dialiri energi emas terang, dan batu kristal pada ujung tongkat sihir Nova semakin terang... walaupun itu masih sempat mengeluarkan percikan karena bekas pertarungan sebelumnya.
Suasana ala Wild West kembali. Mereka untuk sesat saling menatap dan ancang-ancang bersiap. Lalu mereka serentak maju menyerang melawan satu sama lain yang sama-sama berada di puncak sana.
Sedangkan yang berada jauh dibawah hanya bisa berharap kepada satu anggota mereka yang sedang bertarung memperebutkan bendera.
Melody sudah dapat kembali naik tanpa bantuan. Tapi itu nyaris saja. Pegangan tangannya hampir tergelincir karena tenaga yang terkumpul di tangannya sudah terkuras banyak.
Walaupun selamat, Melody masih merasakan tubuhnya samar bergemetaran. Membuatnya sulit bergerak maupun berdiri. Jadi dia untuk sejenak hanya bisa duduk lemas menenangkan di dataran sana.
"Hey!!! Apa yang kau lakukan?! Mereka semua sudah berada di atas sana!!" Siera dari arah tingkatan bawah sana. Berteriak kepada Melody yang dilihatnya hanya duduk terdiam.
Dia mendesaknya. Tapi Melody sebenarnya memang sudah tidak mau melanjutkan.
Sedangkan di saat yang di atas sana sedang bertarung dengan seriusnya... Si Clover sedang mengurus Luna yang tadi masih berada di salah satu tingkat dataran yang sama. Dia panik karena pandangannya masih belum pulih.
Clover berusaha untuk memulihkan pandangannya.
"Kenapa kau malah membantu?! Kau itu Underground!" Selip Luna yang hanya bisa duduk diam bersimpuh.
"Salah satu temanku pernah bilang... Menjadi jahat bukan berarti jahat. Dan itu tidaklah buruk. Lagi pula... tidak semua di kelas underground jahat seperti yang kalian alam lain duga. Seperti aku! Kami hanya berbeda. Itu saja! " Ucap jelasnya sambil mulai melakukan keahliannya dalam penyembuhan. Walaupun dirinya masih pemula, tapi Clover berusaha semampu mungkin.
"Apa kau yakin Eric bisa mengatasi mereka sendiri?!" Miranda mendongak.
"Entahlah," Sahut Sophia. Tapi kemudian pandangannya teralihkan pada kristal besar di tengah-tengah antara dataran yang melayang. Kristal yang seharusnya memberi kekuatan agar semua itu tetap melayang dan tidak terjatuh terlihat mulai bergetar.
Dan kembali pada yang di atas sana...
...THRAAAKH...!!! ...
Ruth menancapkan trisulanya dalam-dalam ke dataran yang sedang dia dan lainnya pijak.
Energi seperti aliran petir ungu menyelimuti trisulanya dan membuat ketiga lawan lainnya tersetrum hebat. Eric, Nova, dan Abigail berteriak kesakitan.
Membenarkan kaca matanya, "Apa itu diperbolehkan?!" Theo dari bawah sana mendongak. Berbicara kepada beberapa teman dari kelas Leprechaun lainnya. Bela samar menggeleng.
Di saat setruman energi dari trisula Ruth masih terus menyetrum mereka bertiga... Kekuatan dari trisulanya menembus sampai ke bawah dataran puncak sana. Aliran petir jug sampai menembus menyambar tingkatan-tingkatan dataran lainnya yang berada di bawahnya. Semuanya! Memantul dari satu dataran ke dataran yang lain. Sampai pada akhirnya itu kemudian menyambar tepat mengenai kristal besar di tengah-tengah sana.
Miranda dan Sophia yang barada paling dekat dengan kristal itu sampai terkejut. Seperti suara dentuman yang keras dan kilatan yang melonjakan kejut jantung mereka.
Memandang Kristal yang rusak berlubang. Serpihan-serpihan kristal mulai jatuh berhamburan.
Situasi buruk yang tidak diinginkan mulai terjaidi.
"Oh tidak," Asterion dan para guru lainnya terpaku memandang kekacauan itu dari bawah sana.
Dan sampai akhirnya, cahaya pada batu kristalnya berkedip-kedip mulai memudar. Membuat beberapa dataran yang melayang di atas sana mulai kehilangan ketinggiannya.
Satu persatu mulai jatuh kebawah sana.
"Ho oh!" Raquel mendongak. Yang masih hanya menyaksikan di permukaan air mulai panik.
"Semuanya keluar dari danau!!" Gegas Bridon. Dia dan murid-murid lainnya yang bernasib sama terjebur di danau tadi, bergegas keluar dari sana. Berenang cepat ke tepian.
Semua dataran yang ada di tingkat satu sampai enam mulai runtuh. Sebagian besar luasnya danau di bawah sana mulai tertutupi bebatuan dataran yang berjatuhan. Itu mulai menumpuk di bawah sana.
"Hah!" Rebeca tersengal. Melihat itu, dia dengan sendirinya berubah menjadi kelelawar. Selalu seperti itu jika dirinya melihat momen yang berbahaya ataupun terkejut.
Yang masih berada di arena pertarungan pada setiap tingkatan mulai waspada karena getaran pada pijakan mereka. Melody menoleh-noleh memeriksa yang lainnya. Terutama arah Abigail di atas sana yang dirasanya dalam masalah.
"Apa yang terjadi?!!" Miranda dan Sophia panik. Dataran yang mereka pijak terjun terjatuh semakin cepat ke bawah. Dan karena pijakan mereka bergoncang kuat, Embun, yang dari tadi masih berada di sana bersama mereka tergelincir jatuh dari sana.
Mereka terlambat menyadarinya. Jadi mereka tidak bisa menolong.
Clover yang sedang melihat ke arah bawah dari tingkatan tujuh, "Oh tidak!"
"Biar aku saja!" Luna yang sudah pulih langsung terbang ke bawah sana. Ya walaupun belum sepenuhnya. Pandangannya masih agak terganggu.
Dia berhasil mendapatkan Embun. Tapi ada salah satu puing dari dataran yang runtuh tepat membentur punggungnya. Puing yang cukup besar. Diapun lemas dan mulai kehilangan keseimbangan.
"Luna?!" Embun menyadari teman yang menolongnya dalam masalah. Mereka berdua lalu jatuh terpisah di bawah sana. Terjatuh di dekat kerumunan penonton yang juga panik... berusaha menjauh menjaga jarak dari pinggir danau.
Jack Frost dan murid-murid dari kelas peri lainnya memang ingin menolong. Tapi puing-puing bebatuan dari dataran yang runtuh itu akan menggores dan melukai sayap-sayap mereka.
Dan yang masih di puncak atas sana tadi...Ruth baru saja mencabut Trisulanya. Menyimpan kembali senjatanya.
Tiga yang lain terbebas dari aliran setruman tapi mereka langsung lemas dan tidak sadarkan diri. Penampilan perubahan mereka juga kemudian lenyap dan kembali berganti pada seragam khusus akademi dengan sendirinya.
Eric, Nova, dan Abigail terjatuh lemas dari puncak sana.
Siera sebenarnya melihatnya! Menyadari mereka terjatuh dari atas sana tapi dia menghiraukannya. Dia lebih memilih menyelamatkan dirinya sendiri. Lagi pula dia tidak akan bisa karena sebelah sayapnya sedang tidak dalam kondisi bagus.
Bahkan ketika tiba turun di bawah sana, pendaratannya tidak mulus. Dia jatuh tersungkur dengan keras. Samar mengerang kesakitan.
Heqet langsung menghampirinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...