KESAYANGAN TUAN MAFIA

     Alice terbagun saat merasakan ingin membuang hajat, namun dia merasakan sesak seakan badannya tengah terlilit sesuatu.

       Perasaan aku tidur di kamar bukan di hutan, tapi apa yang melilit di pingang ku?, dengan berlahan Alice mencoba mengumpulkan kesadarannya.

       Wangi, Alice tak jadi membuka mata dia malah membenam kan wajahnya di dada bidang Rega.

    Eh.... Tapi kok rada aneh ya? Ini bau parfum pria?!,

     Merasa ada yang gak beres Alice langsung terbangun.

      Brukkkk

Arrrtkkkkk

     Dengan gerak kan sepontan Alice menendang Rega, Rega sendiri juga cukup terkejut padahal dia masih menikmati setiap hembusan nafas Alice.

    Awwww... Shittt.... Badan ku?, gumam Rega saat merasakan sakit di sekujur badannya.

         "Kamu siapa? Kenapa di kamar ku?!", Alice berteriak tanpa ada niatan menolong Rega yang tengah menahan sakit.

        Huhhh..... Kalau bukan istri udah aku tembak kepalanya. Alih-alih marah Rega malah menatap Alice dengan wajah dinginnya.

       " Apa begini cara seorang istri membangunkan suaminya?"

      "IS.... ISTERI? WHATTT??!"

   Gimana aku bisa lupa, dia pria yang aku tolong tempo hari! Aku juga lupa dia kan memang sudah kembali.

       Alice mencoba menyembunyikan ras gugupnya, bagaimana pun itu bukan sepenuhnya salahnya, siapa suruh pria itu dengan lancang tidur di sebelahnya, kan dia jadi refleks nendang.

         "Istri? Ada gak salah tuan?! Atau anda sedang Amnesia ?!"

      Rega mengerutkan kening dia mencoba menerka apa maksud dari ucapan wanita di depannya.

       "Bukannya kita sudah menikah satu tahun lalu?! Jelas saya tidak mungkin lupa nona Alicia", Rega menjawab dengan dengusan malas.

       " Oh... Berarti ada ingat jika punya istri?! Lalu anda kemana saja satu tahun ini? Padahal saya sudah berniat mengajukan gugatan cerai", Alice berucap santai lalu dia memilih berjalan pergi meninggal kan Rega yang masih berdiri dengan kening mengerut.

       "Cerai?! Jangan harap ada perceraian di antara kita karna itu semua tak akan pernah terjadi"

        Alice yang sudah berada di dekat pintu sontak berhenti saat mendengar suara dingin dari Rega, jantungnya berdegup kencang entah mengapa ucap Pria itu membuat dia salah tingkah, seakan ucapan itu bagaikan harapan baru untuk hidupnya, dalam hati Alice mencoba menenangkan diri.

      Apa aku boleh berharap jika kata-katanya bisa di percaya? Bisa kah dia menjadi tempat ku berpulang dan mengaduh!, Alice tak menangapi dia bergegas pergi menuju lantai bawah.

       Rega sendiri menghela nafas berat, sepertinya mulai sekarang dia harus berjuang untuk meluluhkan istrinya.

        Andai aku tau sedari awal wanita yang aku nikahi adalah dia, tak mungkin aku pergi menjauh.

     Rega memutuskan pergi ke arah balkon kamarnya, mencoba menenangkan diri dan pikirannya.

      Tut...

    (Hallo)

    (Bagaimana informasinya?)

   (Tuan benar Queen Al yang selalu tuan awasi dan tuan bantu adalah nyonya muda)

     (Baiklah, simpan rapat informasi itu jangan sampai ada yang tau siapa sebenarnya Queen Al, bila perlu siapkan sosok penganti jika sewaktu-waktu kita perlukan)

      (Baik tuan)

Setelah panggilan terputus Rega kembali kedalam kamar, dia ingin membersih kan diri karna sebentar lagi waktu nya jam makan malam.

       Ceklek

   "Kemana dia?", Alice baru saja kembali dia menelisik sekitar area kamar guna mencari keberadaan Rega.

     Terdengar suara air dari dalam kamar mandi Alice akhirnya bernafas lega ternyata orang yang dia cari sedang mandi.

      Ku kira dia bakalan pergi lagi tanpa pamit.

    Alice mengelengkan kepala, merasa konyol dengan ucapannya sendiri. Mungkin karna efek ucapan Rega tadi membuat Alice menjadi sedikit berharap untuk di prioritas kan oleh pria itu walau bukan yang pertama.

      "Kamu sudah kembali?"

    Suara tegas penuh bass membuat lamunan Alice terhenti. Alice masih terdiam dia malam menikmati pemandangan di hadapannya bau harum sabun dan sampo pria itu membuat Alice blank, apa lagi roti sobek yang terpampang jelas di hadapnya membuat pikiran Alice menjadi travelling kemana-mana.

  Rega yang melihat Alice termenung dia mencoba memperhatikan arah pandang wanita itu, saat menyadari arah pandangan Alice, Rega berjalan mendekat.

       "Ingin menyentuhnya?", Rega berbisik di telinga Alice dia juga sesekali meniup leher Alice dan hal itu berhasil mengembalikan ke warasan Alice yang sempat teralihkan.

      Alice yang tadinya menganguk mendadak gugup, dia segera mendorong Rega yang kini sudah berdiri setelah mengodanya.

      "Apaan sih gak jelas banget", wajah Alice bersemu merah karna malu, untungnya dia berhasil menyembunyikan kegugupannya.

   Tok tok

    " Tuan muda dan nyonya muda di minta turun untuk makan malam", suara bik Ratna dari depan pintu membuat Alice bernafas lega.

    Untung bik Ratna manggil, kalau gak bakalan jangung aku nya karna ketauan terpesona dengan roti sobek dia.

      "Duluan bik, bentar lagi kami nyusul", Rega menjawab tak lupa kini dia berdiri sambil memasuk kan kedu tangannya di kantong celana.

...****************...

     Di meja makan tanpak begitu ramai bukan hanya keluarga Laxman bakan keluarg Swan ada di sana.

       "Mas Rega mau makan pakai lauk apa? Biar Karin ambilkan, itu ada saus udang manis dan capcay ke sukaan mas Rega"

       Karina mecoba memberi perhatian pada Rega dia berharap Rega merespon dan bila itu terjadi maka bisa di pastikan dia menang dari Alice.

      "Tak perlu ada Alice istri saya"

 UUUUHHUUUKKKK

    Alice yang mendengar ucapan Rega jelas langsung tersedak bisa-bisanya pria itu berkata demi kian malah di hadapan semua orang yang ada di sana lagi.

      Apa tadi katanya? Aku di minta mengambilkan nasi dia gitu? Kayaknya memang konslet otaknya.

    Alice megerutu tanpa menjawab dia tetap melanjutkan makannya tanpa menghirau kan ucapan Rega.

    Sementara Karina sudah mengempalkan kedua tangannya, dia merasa tersingung akibat penolakan dari Rega sang pujaan hatinya.

         Sial.... Apa hebatnya wanita kampung itu? Tapi aku harus besabar jangan sampai semuanya menjadi kacau.

      "Ingat sorang istri harus patuh dan berbakti pada suaminya, benar kan Mom?!", Rega berucap dan bertanya pada nyonya Bestari.

    " Ya, tugas seorang istri bukan hanya melayani suami di atas ranjang tapi juga semua kebutuhan suami seperti menyiapkan pakaian dan menyiapkan makanan masih banyak lagi tugas seorang istri agar suami semakin cinta dan betah di rumah", sahut nyonya Bestari tanpa sadar dia telah memberikan nasehat yang membuat dia akan menyesalinya sebentar lagi.

      "Dengar kan sayang! Apa kata Momy! Jadi mengambilkan makanan juga menjadi tugas mu untuk menyenangkan aku", Rega berucap penuh sindiran tak lupa tangannya menyentuh tangan Alice.

    UUUHHHHHUUUUKKKK

     " HAHH???!!! "

   Kini bukan hanya Alice yang kaget nyonya Bestari pun kaget sebab tanpa sengaja ucapannya telah memberi restu dan wejangan untuk Rega dan Alice.

      "Dad?!", kini nyonya Bestari memandang tuan Andra guna meminta bantuan.

       " Huhhh.... Kita lihat nanti bagaimana Mom?! ", tuan Andra mengelus tangan sang istri agar tetap tenang.

      Karina semakin terbakar cemburu dan rasa kesal karna ucapan dari nyonya Bestari yang secara tidak langsung telah memberi restu apa Alice untuk menjadi menantu keluarga Laxman.

      " Selesai makan kita berkumpul di ruang keluarga ada yang ingin Dady sampaikan", pria paruh baya ples kepala keluarga Laxman itu berucap sambil mengandeng sang istri meninggalkan meja makan.