NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 15

Helaan pada ke dua tangannya menyeret Jeane ke depan. Ia mencoba melawan dan  tali itu seketika menggigit ke dalam dagingnya sehingga memaksanya untuk patuh.

    "Tunggu dulu," Jeane memohon. Pria Amerika itu berhenti dan memandang Jeane dengan alis terangkat. Jeane melemparkan pandangan ke arah mayat Edgar. "Kalian tidak akan meninggalkannya begitu saja, bukan? Sehingga binatang binatang........" Jeane tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya, tidak mampu menggambarkan sesuatu yang mengerikan yang terlintas dalam pikirannya.

    Sebuah kilatan kejam menyala dalam sepasang mata biru itu. "Kami baru saja menghabisinya," pria itu mengingatkan, mulutnya tersenyum sinis. "Apakah kau mengharap bahwa kami akan berubah menjadi orang Kristen yang baik dan memberikan penguburan yang layak padanya?"

    Jeane memejamkan mata mendengar jawaban pahit itu dan membuka kembali matanya untuk memandang pada tubuh yang tergeletak tak bernyawa itu. "Tidak patut meninggalkannya dalam keadaan seperti itu."

    Suatu sentakan membuat Jeane tersandung maju ke depan. Seseorang dari antara para penunggang kuda itu memegang tali kekang kuda pemuda Amerika tersebut selagi Jeane dengan setengah diseret ditarik ke sebelah kiri pelana kuda yang tak bermuatan. Sebelum ia memperoleh kembali keseimbangan badannya, sepasang tangan yang kuat telah memegang pinggangnya dan meletakkannya ke atas pelana.

    Sambil memegang tanduk pelana kudanya, Jeane memandang kepada pria Amerika itu. Dia membalas tatapan mata Jeane lalu mengatakan sesuatu dalam bahasa Spanyol kepada pria yang memegang tali kekang kuda itu.

    Tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Jeane, pria Amerika itu berputar dan berjalan ke arah mayat Edgar. Dia membungkuk kemudian mengangkat dan memanggul mayat itu di atas bahunya, bagai membawa sekarung beras, ke arah mobil Bugatti itu.

    Sekelebat gerakan dan suatu suara marah dalam bahasa Spanyol membebaskan Jeane dari tatapan mata itu ketika perhatian pria Amerika itu beralih ke suatu gejolak lain. Tanpa dia sadari Jeane menegang selama beberapa detik, tapi kini otot ototnya yang seperti kejang itu mulai mengendor. Ia melihat ke arah yang membebaskan dirinya dari pukauan pria Amerika itu.

    Orang Spanyol dengan gigi kekuning kuningan, pria yang membunuh suaminya, berada di atas kuda di tengah tengah lingkaran penunggang kuda yang lain. Dari mulutnya keluar kalimat kalimat tuntutan yang ditujukan kepada pria Amerika yang beberapa detik sebelumnya telah menyihir Jeane dengan tatapan matanya. Kuda yang ditunggangi pembunuh Edgar itu bergerak gerak gelisah, seolah bereaksi pada kemarahan penunggangnya.

    Pria Spanyol yang menakutkan itu menunjuk pada Jeane dan kemudian menepuk dadanya sendiri. Pada saat itu Jeane menyadari bahwa orang itu telah menempatkan kudanya sedemikian rupa sehingga menghalangi pria Amerika itu kembali pada Jeane. Walaupun Jeane tidak mengerti kata katanya, maksudnya sudah jelas sekali. Pria Spanyol itu mengklaim Jeane sebagai miliknya.

    Kengerian merambati tulang punggung Jeane. Ah mustahil mereka akan menyerahkan dirinya kepada pembunuh Edgar. Setidaknya, orang Amerika itu, telah memperlihatkan sentuhan rasa kasihan.

    Mata Jeane yang membelalak lebar karena ketakutannya itu mencari wajah pemimpin gerombolan itu. Keputusan agaknya memang terletak ditangannya. Tapi pria itu menoleh kepadanya saja tidak! Dia cuma mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh dan menjalankan kudanya meninggalkan lingkaran penunggang kuda itu. Dan dengan suatu teriakan kemenangan, pembunuh Edgar itu menyepak lambung kudanya serta melarikannya ke arah Jeane.

    Pria Spanyol itu menghentikan kudanya di samping Jeane. Mata Jeane mencari orang Amerika itu, mengharapkan dia akan memprotes atau melindunginya. Tetapi tidak ada tanda tanda seperti itu pada pria Amerika itu. Lengan pria Spanyol itu segera menyambar dan melingkari pinggang Jeane.

    "Tidak! Tidak!" Jeane diseret dari pelana kuda orang Amerika itu walaupun ia melawan dengan menjerit jerit dan menendangkan kakinya.

    Jeritan Jeane tidak dihiraukan oleh pria yang menguasainya. Tubuhnya ditarik menyamping ke atas pelana kuda orang Spanyol itu. Lingkaran lengan yang sekeras besi itu mengencang pada pinggangnya seolah olah hendak memotong tubuh Jeane menjadi dua. Sepatu pria itu menyentak lambung kudanya, membuat binatang itu melompat ke depan dan melemparkan tubuh Jeane ke dada pria itu. Pada tiap ayunan kaki kuda itu, tanduk pelana terasa menusuk nusuk paha Jeane.

    Pria pembunuh itu tertawa menyaksikan perlawanan Jeane karena mengetahui bahwa tawanannya tidak akan dapat membebaskan diri dan bahwa sia sia saja semua usaha yang dilakukan oleh Jeane dalam usaha melepaskan diri dari cengkeraman pria Spanyol itu. Jeane terisak, frustrasi dan merasa tak berdaya. Akhirnya ia berhenti melakukan perlawanan dan meronta lalu mengendorkan tubuhnya, pasrah di pangkuan orang Spanyol itu.

    Rombongan itu mulai bergerak perlahan, meninggalkan tempat dimana barusan mereka melakukan kejahatan.

Dua orang penunggang kuda menyusul rombongan yang berada di depan. Api keemasan dalam mata Jeane berkilat kilat penuh teguran ketika pria Amerika itu mendekat dengan kudanya dan lewat begitu saja. Ia tidak menoleh sama sekali kepada Jeane ketika diarahkannya kudanya ke sisi pemimpin rombongan itu.

    Dengan ke dua tangan terikat dan dalam posisi miring, Jeane terpaksa menyandarkan diri pada topangan lengan orang Spanyol itu. Bahunya bergesek gesek pada dada pria itu. Nafasnya berbau tidak sedap dan Jeane memalingkan muka agar tidak harus menghirup bau busuk itu.

    Rombongan itu berjalan melalui medan yang sukar ditempuh dan sejajar dengan jajaran pegunungan Pyrenees yang tinggi. Seakan akan ada perintah yang tak terucap membuat rombongan itu melambatkan lari kudanya.

    Tanduk pelana itu tidak lagi menusuk nusuk paha Jeane. Lelaki itu mengatakan sesuatu kepada Jeane dengan bahasa Spanyol, nadanya rendah dan sugestif, dan napasnya yang panas berhembus di atas wajah Jeane. Jeane melemparkan pandangan sekilas penuh kebencian kepada pria itu. Tetapi dia segera menjadi tegang ketika melihat mata pria itu dengan ganas memandang ke bawah.

    Posisi Jeane yang menunduk pada dada pria itu membentuk suatu belahan dalam di antara buah dadanya. Jeane mengangkat lengan depannya untuk menutupi potongan leher blus yang dalam itu dengan ke dua pergelangan tangannya yang masih terikat.

    "No, no, senora," kata pria itu dengan senyum mesumnya. Ditariknya tali itu untuk menurunkan ke dua tangan Jeane. Dengan bergeser di atas pelana, tangan pria itu dengan sengaja memegang buah dada Jeane.

    "Jangan sentuh diriku!" Jeane mengumpat marah. "Kau binatang keparat!"

    Pria itu tertawa lagi dan dengan sengaja meremas buah dada Jeane. Dua penunggang kuda mendekat untuuk melihat lebih jelas apa yang terjadi sambil mengucapkan kata kata pada pria Spanyol yang mereka panggil dengan nama 'Jerome'. Jeane menyepak nyepak kan kakinya pada kaki pria itu, menendang nendang udara dalam usahanya mengenai sasaran.

    Jari jari pria itu bergerak melepaskan kancing kancing blus Jeane, menarik blus itu dengan tidak sabar hingga akhirnya blus itu robek. Ketika melihat Jeane dalam ketelanjangannya, pria itu berteriak kepada anggota rombongan yang lain seakan akan memamerkan kehebatan hadiah yang diterimanya.

    Merasa malu dan ternoda, Jeane kini melawan dengan lebih liar. "Ayahku tidak akan membayar sepeserpun!" teriaknya dengan suara tercekik. "Tidak sepeserpun! Kalian mendengar?" Ia berteriak kepada penunggang kuda di depan dan kepada pria Amerika di sampingnya.

    Kuda orang Spanyol itu melompat ke samping karena pergumulan dua penunggang yang berada di atas punggungnya. Jeane menyadari bahwa tidak akan ada yang menolongnya. Dirinya telah diserahkan kepada binatang berwujud manusia itu dan ia lebih suka mati daripada dinodai.

    Kuda itu melompat lompat dengan gelisah. Cuma ada satu jalan untuk meloloskan diri dari tangan tangan kotor yang menjijikkan itu, pikir Jeane. Ia mulai mengarahkan tendangan tendangan kakinya pada bahu dan leher kuda. Dengan meringkik kaget, kuda itu setengah mendongak, tetapi ditahan oleh kekang yang ditarik kencang. Juga gigitan sepatu orang Spanyol itu menyebabkan kuda itu semakin liar. Jeane terus menendang, dengan napas megap megap dan terisak isak dalam kenekadan nya untuk dapat melarikan diri.

    Kuda itu nyaris tidak dapat dikuasai lagi. Jeane dapat melihat, wajah pria itu menjadi semerah api saking geramnya. Para penunggang kuda lainnya ramai ramai menertawakan kesulitan yang dihadapi pria Spanyol itu.

    Tumit Jeane berhasil mengait tali kekang yang terentang tegang itu. Ketika ia menjejakkan kakinya, kepada kuda itu tersentak ke samping. Kaki kakinya berusaha mengikuti arah putaran kepalanya, tetapi melakukan perubahan arah secara tiba tiba tidaklah mungkin. Akhirnya kuda itu bertekuk lutut dan jatuh dengan berat ke atas tanah.

    Jeane tidak menyia nyiakan kesempatan itu. Ia meronta melepaskan diri dari lengan yang mengurungnya ketika mereka jatuh bersama sama.

    Kehilangan keseimbangan, Jeane hampir saja terjungkal, tetapi gerakan itu segera dilanjutkan dengan ayunan kakinya ke depan. Tanpa menghiraukan dirinya yang setengah telanjang, ia melarikan diri sekuatnya. Ya, ia harus bisa menolong dirinya sendiri kalau tidak mau dipermainkan dan dinodai oleh binatang bernama Jerome itu.

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!