Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja harus menjadi pengasuh 3 anak CEO nakal yang tiba-tiba sangat lengket padanya?
Rosetta, seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun, adalah putri seorang bupati yang memiliki keinginan untuk menjalani hidupnya sendiri. Namun ayahnya telah membuat keputusan sepihak untuk menjodohkan Rosetta dengan seorang pria tuatua bernama tuan Bramasta, yang memiliki usia dan penampilan yang tidak menarik. Rosetta sangat enggan dengan keputusan ini dan merasa bahwa ayahnya hanya menggunakan dia sebagai alat untuk meningkatkan karir politiknya.
Hingga puncaknya Rosetta memutuskan untuk kabur dari rumah. Di sisi lain ada Zein arga Mahatma, seorang bussiness man dan single parents yang memiliki tiga anak dengan kenakalan di atas rata-rata. Karena kebadungan anak- anaknya juga tak ada yang sanggup untuk menjadi pelayan di rumah nya.
Dalam pelarian nya, takdir mempertemukan Rosetta dan ketiga anak Zein yang nakal, bagaimana kah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter : 33
Melihat Zein yang masih diam saja, membuat nyonya Sonia akhirnya mengerti, cerita Victoria tentang pengasuh itu memang kenyataan adanya. Dari hanya gerak- gerik dant tatapannya saja nyonya Sonia sudah bisa menangkap keponakannya ini memiliki ketertarikan kepada pengasuh baru yang telah membuat huru- hara hingga Victoria mengaduh sambil menangis padanya.
"Kediaman mu tante anggap sebagai kebenaran, " ujar nyonya Sonia sambil melipat kedua tangan ke depan perut lalu melengos acuh.
"Apapun itu, ingat satu hal ini Zein. Perjodohan mu dengan Victoria sudah di rencakan dari jauh- jauh hari sebelum kedatangan pembantu itu. Tante tidak ingin hanya karena kehadiran nya yang mencuri perhatian mu, kau sampai mengabaikan perjodohan ini, " ujar nyonya Sonia dengan setiap kata yang dia tekankan.
"Dia bukan sekedar pembantu, tante. Dia adalah pengasuh yang sangat baik dan dekat dengan anak-anak, " Zein mengungkapkan, berusaha memperjelas posisinya tanpa membuat keadaan semakin tegang. "Mereka menyukai nya dan itu penting bagiku. "
Nyonya Sonia mendengus lalu semakin memperkuat posisi nya yang sedang bersidekap dada. "Mereka menyukai nya atau kau juga menyukai nya? "
Pertanyaan jebakan dari nyonya Sonia sontak membuat zein memutar bola matanya, malas. Ia mengusap kasar wajahnya dengan perasaan dongkol.
"Ingat Zein, jodoh mu dengan Victoria dan itu sudah di tentukan. Kau tahu kan dari mana kita bisa mendapatkan kejayaan Mahatma group kembali? itu dari tuan Frederick cheng dan tante harap, kau tidak bermain- main dengan hal-hal yang tidak penting di saat- saat seperti ini. "
Zein berdecih, rahangnya mengeras dengan gigi bergemeretak. "Sejak setahun lalu, aku tidak pernah menyetujui apapun tentang perjodohan konyol itu! "
"Zein, jaga ucapan mu! " Desis nyonya Sonia mendelik kaget, karena baru kali ini ia melihat Zein yang meninggikan suara di hadapan nya.
Zein menghela napas panjang. "Jika tante tidak ingin aku seperti ini, maka jangan lagi mencampuri urusan pribadi ku! "
"Tapi semua ini juga demi kebaikan mu, Zein!" nyolot nyonya Sonia, tidak mau kalah.
"Demi kebaikan ku, atau demi kebaikan tante sendiri?!" habis juga stok kesabaran Zein selama ini, sejak dulu ia sudah menahan- nahan untuk tidak berdebat tentang masalah ini dengan tantenya, tapi ia rasa sudah cukup ia bersabar.
"Jangan pikir aku tidak tahu kesepakatan apa yang terjalin antara tante dengan tuan Frederick cheng di balik perjodohan ini! " desis Zein dengan tangannya yang menunjuk ke wajah nyonya Sonia, hingga membuat sorot mata nyonya Sonia begitu di penuhi dengan ke kagetan karena baru kali ini melihat keponakannya yang selalu patuh berubah memberontak di hadapan nya.
"Sabarkan dirimu, Zein, " kata nyonya Sonia kemudian, ia sadar beradu argumen dengan Zein saat ini bukan tindakan yang tepat, walaupun dia sendiri tersulut emosi tapi dia masih membutuhkan kepercayaan dan empati Zein terhadap nya untuk memuluskan rencana nya.
Nyonya Sonia menepuk lembut punggung tangan Zein namun langsung di tepis oleh Zein hingga membuat nyonya Sonia kaget hingga kesekian kali.
Tangannya mengepal dengan wajah mengeras. "Pengasuh kampungan itu, apa yang telah di lakukan nya hingga membuat Zein ku yang selalu penurut berubah menjadi pembangkang seperti ini! " gumam Sonia dalam hatinya, tatapannya saat bertemu dengan Rosetta begitu nyalak, hingga rasanya ia ingin mencabik- cabik perempuan itu sekarang juga.
Zein akhirnya mau duduk kembali dengan lebih tenang, ia membetulkan kembali jas kerjanya. "Aku masih menghormati tante karena almarhum papa, dan jasa tante untuk anak-anak selama ini, tapi jika tante masih mencampuri urusan pribadiku--"
"Tante tau. " nyonya Sonia langsung memotong ucapan Zein. "Tenang kan lah dirimu dulu. Tante hanya ingin yang terbaik untuk mu. "
Rosetta yang jaraknya berada tak jauh dari mereka, bisa mendengar perdebatan itu dan ketegangan yang terasa hingga ke arah nya. Tatapan tak suka nyonya Sonia seolah berhasil menghunus jantung nya hingga saat nyonya Sonia kembali menghunus kan tatapan kebencian itu, Rosetta sontak menunduk.
"Mau sampai kapan tante di sini? "tanya zein setelah sekian lama hening.
Nyonya Sonia mendelik. "Kau mengusir tante?! "
"Tidak, tapi aku ada pekerjaan yang tidak bisa ku tinggalkan jadi aku tidak akan bisa menemani tante, " jawab Zein santai.
"Baiklah, kau selesaikan saja pekerjaan mu. Tante akan menemani anak-anak."
Zein hanya mengangguk, ia kemudian berdiri lalu membetulkan jas kerjanya. "Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. "
Zein berjalan meninggalkan nyonya Sonia yang masih duduk di kursi nya. Ia menyempatkan untuk menghampiri anak-anak. Chiara tampak menunjukkan mainan yang baru ia dapat dari hasil memeriksa satu persatu hadiah dan oleh- oleh dari neneknya. Zein tersenyum lalu mengusap lembut pipi chubby anak perempuannya itu.
Tatapannya mengarah pada Rosetta, lalu tatapan mereka terkunci satu sama lain, dunia di sekitar mereka seolah terhenti, Zein seakan terhipnotis oleh tatapan mata bening itu sampai akhirnya kedatangan nyonya Sonia membuyarkan semuanya.
"Ekhem! " nyonya Sonia sengaja berdeham keras hingga membuat mereka seperti salah tingkah. Zein pun akhirnya memutuskan pergi ke ruang kerja nya, ia tidak bohong saat mengatakan ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal. Karena Refal sudah ada di sana menunggu nya dengan beberapa dokumen di tangan.
Refal yang melihat Rosetta sedikit melambaikan tangan untuk menyapa dan Rosetta menanggapi nya dengan anggukan kepala, sementara nyonya Sonia memperhatikan interaksi mereka berdua.
Setelah Zein dan Refal pergi, tersisa lah Rosetta dengan anak-anak serta nyonya Sonia yang masih berdiri saja di sana.
Rosetta berusaha untuk mengabaikan tatapan intimadasi nyonya Sonia dan fokus bermain dengan anak-anak, sampai akhirnya ucapan nyonya Sonia mengagetkan nya.
"Apa kau menyukai Refal?" tanya wanita setengah baya itu tiba-tiba.
Rosetta yang di berikan pertanyaan mendadak seperti itu, sontak kelabakan. "T- tidak, nyonya. "
"Lalu kau menyukai siapa di tempat ini? " pertanyaan yang di lontarkan nyonya Sonia semakin menyudutkan.
"Saya... tidak sedang menyukai siapa- siapa nyonya. Saya hanya fokus bekerja. "
Nyonya Sonia tampak menghela napas lega. "Syukur lah kalau begitu, artinya kau tau diri. "
Ucapan yang terdengar menohok itu spontan membuat Rosetta mengangkat dagu. "Maksudnya? "
Nyonya Sonia justru tertawa. "Benar kan ucapan ku? jika kau tidak menyukai siapa- siapa berarti kau tidak sedang mengincar keponakan ku, Zein. Tapi apabila kau memiliki niat seperti itu, ku peringatkan status sosial mu dengan Zein sangat jauh berbeda. "
"Tapi cinta tidak tergantung dengan status sosial seseorang. " seru Rosetta ingin mematahkan stigma nyonya Sonia tersebut.
Nyonya Sonia sontak meradang, wajahnya memerah padam. "Kau! berarti kau memang menyukai keponakan ku! "
Rosetta tersenyum tanpa ada rasa takut sama sekali. "Apapun perasaan saya tidak berarti juga untuk anda kan, saya hanya meluruskan apa yang anda katakan, jika status sosial ataupun kasta tidak lah menjadi patokan untuk seseorang mencintai. "
*****