Helena harus berpisah dengan pria yang paling dicintainya selama satu tahun. Ingatannya yang hilang membuat Helena hidup sebagai seorang wanita singel bernama Celine.
Pertemuannya dengan seorang pria bernama Jason justru menjadi jalan untuk Helena kembali bertemu dengan masa lalunya. Kehidupan yang tidak lagi tenang dan penuh dengan ancaman.
Akankah Helena bisa bertahan saat begitu banyak pembunuh yang mengincar nyawanya? Siapa yang sudah mengirim pembunuh tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 Helenaku
Aberzio masih menatap tajam ke arah wanita bergaun merah yang kini ada di panggung. Helenanya yang sudah lama pergi kini muncul kembali. Kali ini Aberzio semakin yakin kalau wanita yang pernah dia lihat saat ada di Sisilia saat itu memang benar adalah Helena. Begitupun dengan wanita yang ada di Swiss. Dia adalah Helena. Wanita yang selama ini sangat sangat dia rindukan.
Dari kejauhan, Jason telah menyudahi peresmian gedungnya. Semua orang bertepuk tangan mengucapkan selamat. Sedangkan Aberzio masih pada posisinya. Dia masih belum mau melangkahkan kakinya untuk memberi selamat kepada rekan bisnisnya itu.
"Bos, ekspresi anda seperti orang ingin membunuh," bisik Strike memperingati.
Kini sepasang kekasih itu berjalan menghampiri mereka. Strike tidak mau ada keributan di sana. Ditambah lagi, mereka juga belum yakin apa wanita itu benar-benar Helena atau bukan.
"Tuan Aberzio, perkenalkan. Ini Celine. Calon istri saya," ucap Jason penuh rasa bangga.
Celine tersenyum ramah memandang Aberzio. Wanita itu mengulurkan tangannya. Aberzio masih mematung. Namun Strike segera mengambil tindakan untuk menghilangkan rasa curiga di diri Jason. "Nona Celine, anda sangat cantik hari ini."
Aberzio tersadar. Dia memandang tangan Celine dan menyambut uluran tangan wanita itu. Sebuah desiran aneh membuat Celine mematung sejenak. Wanita itu menatap ke arah dua bola mata Aberzio yang kini memandangnya dengan tatapan penuh arti.
"Senang bertemu dengan anda. Nona Celine," ucap Aberzio. Pria itu juga berusaha bersikap setenang mungkin. Meskipun rasanya detik ini dia ingin menarik tubuh Celine dan memeluknya.
Celine mengangguk. Wanita itu merangkul lengan Jason lagi. Dada Aberzio semakin panas. Dia cemburu. Bagaimana mungkin Helenanya setega itu padanya.
"Sayang, aku mau ke toilet," bisik Celine. Dia butuh air untuk menenangkan pikirannya.
"Ya. Ben akan menemanimu," jawab Jason.
"Jangan. Aku bisa sendiri." Celine melepas tangan Jason. Wanita itu berputar dan segera pergi menuju ke toilet. Aberzio memandang Strike dengan tatapan penuh arti.
"Strike, sepertinya ponselku ketinggalan di mobil."
"Akan saya ambilkan, Bos." Strike menunduk hormat sebelum pergi. Sedangkan Aberzio mengajak Jason mengobrol ringan. Dia juga tidak mau sampai Jason curiga dan menyadari rencananya kali ini.
"Tuan, bagaimana keadaan anda? Lukanya sudah kering?" Jason terlihat khawatir. Tapi sekaligus kagum. Dia mengakui kalau Aberzio memang pria yang kuat. Luka tembak semalam, jika dialami oleh orang biasa mungkin berminggu-minggu baru bisa sembuh. Tapi kini, tubuh Aberzio terlihat biasa saja. Seolah-olah dia tidak pernah tertembak.
"Bagaimana dengan luka anda?" Bukan menjawab justru Aberzio kembali bertanya.
"Sudah kering, Tuan. Celine yang mengobatinya hingga membuat luka saya lekas sembuh." Jason benar-benar bangga saat mengatakannya.
Aberzio mengepal kuat tangannya. Beraninya dia meminta Helenanya untuk mengobatinya? Aberzio merasa sesak napas karena tidak sanggup menahan emosi yang ingin segera dia lampiaskan ke Jason.
"Apa anda baik-baik saja, Tuan?" Jason menyadari sesuatu yang aneh dengan Aberzio saat ini. Biasanya pria itu lebih banyak tersenyum.
"Tidak terlalu baik, Tuan. Dimana anda menemukan wanita itu?" Ekspresi Aberzio benar-benar sulit diajak kerja sama. Rasanya dia ingin menonjok wajah Jason detik ini juga.
Jason terlihat kebingungan. "Wanita mana, Tuan? Celine maksud anda? Calon istri saya?"
Aberzio kembali sadar. Dia harus sabar agar rencananya tidak sampai ketahuan. "Para pelayan wanita itu. Mereka memiliki senjata api."
Jason tertawa mendengarnya. Dia menepuk lengan Aberzio. "Orang seperti kita harus selalu waspada bukan? Musuh bisa muncul kapan saja. Aku tidak mau wanita yang aku cintai celaka, Tuan. Kalau begitu, selamat menikmati hidangan yang telah disediakan." Jason pergi untuk mengobrol dengan rekannya yang lain.
Kesempatan emas itu tidak disia-siakan begitu saja sama Aberzio. Pria itu segera pergi menuju ke toilet. Dia sudah tidak sabar untuk menemui Celine. Dia ingin memeluk wanita itu. Saat ini Aberzio sangat-sangat merindukannya.
Di dalam toilet, Celine kembali membayangkan wajah Aberzio. Wanita itu menggeleng tidak percaya. Bisa-bisanya di saat seperti ini dia memikirkan pria lain. Bahkan pria itu adalah teman dekat calon suaminya. Celine membasuh wajahnya lagi dengan air dingin.
"Aku harus kembali ke dalam. Jason pasti sangat mengkhawatirkanku."
Celine melangkah keluar meninggalkan toilet. Wanita itu memasukkan parfum mini ke dalam tas. Dia berjalan sambil menunduk.
Tiba-tiba Aberzio muncul di belakang Celine. Pria itu menarik lengan Celine. Membalikkan tubuhnya dan memeluknya dengan penuh kerinduan.
"Helena sayang, kau masih hidup?"
Celine yang saat itu kaget berusaha memandang wajah pria yang telah berani memeluknya. Akan tetapi, gerakan Aberzio jauh lebih cepat. Satu tangannya menarik kepala Celine sebelum melumat habis bibir merah wanita itu.
Celine mendorong tubuh pria itu. Dia berontak. Bahkan ingin menendang pria itu agar melepasnya. Akan tetapi Aberzio seperti sudah tahu apa yang akan dilakukan Helenanya. Dia mendorong Celine hingga tubuhnya bersandar di dinding. Mengunci kedua kaki Celine hingga tidak bisa memberikan perlawanan sedikitpun.
Celine masih tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk seperti ini. Saat itu dia benar-benar panik. Tidak tahu harus bagaimana. Kedua tangannya di kunci dan diletakkan di atas kepala. Aberzio dengan leluasa menciumnya. Pria itu sangat-sangat merindukan wanitanya. Helenanya.
"Lepaskan aku," lirih Celine sambil memejamkan mata. Buliran air mata mulai menetes.
Aberzio tahu kalau ada yang jalan menuju ke arahnya. Pria itu segera pergi meninggalkan Celine yang masih belum mau membuka mata. Dia akan pikirkan cara lain untuk membawa Celine pergi meninggalkan Sisilia.
"Kau Helenaku. Aku yakin kalau kau adalah Helenaku, sayang," batin Aberzio. Pria itu berjalan tenang tanpa menimbulkan kecurigaan sedikitpun.
"Nona." Ben terlihat khawatir saat melihat Celine duduk di lantai sambil menangis. Dengan cepat dia menghubungi Jason.
"Nona, apa yang terjadi? Apa ada yang berniat mencelakai anda?"
Celine masih belum mau mengeluarkan kata. Dia hanya menangis sambil terus membersihkan bibirnya dengan tangan. Jason baru saja tiba. Pria itu terlihat khawatir. Dia segera berjongkok dan memegang lengan Celine.
"Sayang, ada apa? Kenapa kau menangis? Siapa yang menyakitimu?"
Celine segera memeluk Jason. "Dia menciumku, Jason."
"Menciummu? Siapa?" Dada Jason seakan mendidih mendengar pengaduan Celine. Pria itu tidak habis pikir siapa yang sudah nekad melakukan semua ini? Apa dia mau cari mati?
Ben segera berlari menuju ke ujung lorong. Pria itu ingin segera menangkap pelakunya.
Celine diam sejenak. Samar-samar dia seperti melihat wajah Aberzio. Namun wanita itu juga tidak yakin. Tidak mungkin pria terhormat seperti Aberzio melakukan hal murahan seperti itu.
"Sayang, kau melihat wajahnya? Siapa yang melakukannya?"
Celine menggelengkan kepalanya. "Aku tidak melihat wajahnya. Tiba-tiba saja dia muncul dari belakang. Menarik tanganku dan ...."
Jason menarik tubuh Celine ke dalam pelukannya. "Ben pasti bisa menemukannya. Aku akan memberi pelajaran yang setimpal padanya nanti. Tenanglah."
Di dalam mobil, Aberzio hanya diam memandang ke pintu keluar. Hatinya sedih saat wanita yang dia cintai itu tidak lagi mengingatnya. "Dia merasa jijik saat aku menyentuhnya. Apa yang terjadi padanya?" umpat Aberzio kesal.
"Bos, tenanglah. Kita akan segera mendapatkan jawabannya nanti. Sekarang sebaiknya anda kembali masuk ke dalam. Kita harus berpamitan sama Tuan Jason sebelum pergi meninggalkan Sisilia. Jika tidak, nanti Tuan Jason bisa curiga."
"Itu urusanmu. Melihat Jason menyentuh Helena membuatku ingin segera membunuhnya," sahut Aberzio kesal.
"Apa sekarang kau percaya dengan apa yang aku lihat selama ini? Kau masih mau bilang aku berhalusinasi? Karena kebodohanmu itu, aku hampir saja kehilangan Helenaku. Dia mau menikah dengan Jason. Bajingan sialan! Berani sekali dia menikahi Helenaku. Apa dia tidak tahu kalau Helena milikku. Aaaarrgh!"
Aberzio benar-benar kesal. Ditambah lagi dengan sikap Helena yang tidak mengenal dirinya. Bahkan wanita itu dengan beraninya merangkul lengan pria lain di depan Aberzio.
Strike mengatur napasnya. Pria itu segera mengambil ponselnya dan menekan nomor Ben. Tidak ada cara untuk membela diri. Kini dia harus siap mendengar Aberzio terus menyalahkannya.
"Ben, kami harus segera pergi. Ada acara di Inggris yang harus kami hadiri malam ini. Sampaikan salam Tuan Aberzio kepada Tuan Jason."
Setelah menghubungi Ben, Strike segera melajukan mobilnya. Setidaknya malam ini mereka harus pergi meninggalkan Sisilia sebelum memikirkan rencana selanjutnya. Strike juga harus menyelidiki sosok wanita yang kini menjadi tunangan Jason Lionidas itu.
Dari spion Strike mengintip keadaan Aberzio. Kini pria itu merasa bersalah karena tidak pernah mempercayai apa yang dilihat oleh bosnya selama ini.
"Bukankah waktu itu jenazah Nona Helena telah dikebumikan? Lalu, wanita tadi siapa? Jika dia benar-benar Nona Helena, aku bisa mati dibuat Bos Aberzio."
ditunggu notifnya kak sis.....semangat up semoga di novel berikutnya bs gajian🤲🤲🤲💪💪💪
gak kebayang gimana kecewanya helena nanti kalo orang yg ia percayai lebih dari apapun ternyata berkhianat..
apa clause n clara ?!
strike gk cutiga sama sekali karna clara sepupu aberzio
kalo x ini nanti hamil brati murni anaknya aberzio😉semoga disegerakan aamiin..