One Night With Mr.R

Sudah hampir satu minggu lamanya Lea mengikuti semua kegiatan para pengusaha di Paris. Wanita muda itu selalu terlihat cantik dan segar di setiap harinya, padahal jauh di lubuk hatinya dia itu merasa sangat lelah.

Bahkan siang hari ini tubuhnya terasa sangat panas, tapi udara yang ia rasakan justru membuatnya menggigil kedinginan.

"Oh tuhan, jangan sekarang" gumamnya lemah. Lea memang tipe orang yang jarang sakit, tapi sekalinya sakit maka akan parah.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Lea mencoba menghubungi Fanny supaya datang ke kamarnya. Tak lama kemudian gadis mungil itu tiba di kamar Nonanya dengan nafas yang terlihat ngos-ngosan.

"Apa aku menganggumu?"

"Tidak sama sekali Nona. Barusan saya ada di bawah untuk mencari makanan dan saya sangat terkejut saat mendengar suara Nona yang terdengar lemah. Saya sangat khawatir Nona kenapa-napa"

Lea mengangguk mengerti, "Aku hanya sedikit kurang sehat. Tolong belikan obat penurun demam dan beberapa cemilan ringan!"

"Siap Nona, ada lagi yang anda perlukan?"

"Tidak, itu saja dulu. Dan satu lagi, tolong jangan beritahukan ini pada Raff"

"Baik Nona. Saya permisi"

Lea hanya menjawab dengan isyarat mata saja, setelah Fanny pergi Lea langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Rasa pusing yang mulai melanda dan satu lagi rasa mual yang bergejolak di dalam perutnya.

"Aku benci situasi seperti ini!" lirihnya.

...---...

"Hei kau!" panggil seorang pria saat melihat Fanny keluar dari apotik.

"Anda berbicara pada saya Tuan?" tanya Fanny yang mengingat betul siapa pria ini. Dia adalah pria sama yang menegur Nonanya saat di bandara waktu itu.

"Ya, dimana calon istriku?"

"Hah calon istri?" tanya Fanny kaget.

"Ya, dimana dia sekarang?"

"Maaf Tuan, tapi saya tidak mengerti apa maksud anda. Atau sepertinya anda salah orang"

"Allea. Dimana dia?"

"Nona Lea?"

"Ck, kau sekretarisnya bukan? Harusnya kau tahu siapa saja orang-orang penting untuk Nonamu itu. Perkenalkan, aku Alexander Smith, calon suami Allea"

"Maaf Tuan, tapi saya memang tidak mengenal anda" sesal Fanny karena sudah berlaku tak sopan pada Alex.

"Ya sudah tidak apa-apa, sekarang katakan dimana calon istriku? kenapa aku tidak melihatnya hari ini?"

"Nona ada di kamarnya Tuan, dia sedang.."

"Sedang apa?"

"Se-se.. Sedang istirahat Tuan. Iya Nona sedang beristirahat"

"Lalu ada apa kau datang ke apotik?"

"Saya baru saja membeli vitamin"

"Untuk Lea?"

"Tidak Tuan, untuk saya sendiri"

"Ya sudah pergi sana, katakan pada Nonamu itu aku akan berkunjung ke kamarnya malam ini"

"Baik Tuan nanti saya sampaikan, kalau begitun saya permisi"

"Hm"

Alexander terus menatap langkah kaki Fanny yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi sudahlah tidak penting juga, lebih baik dia bersiap untuk berkunjung ke kamar calon istrinya malam ini.

"Kau kalah satu langkah dariku bung!" ucap seseorang dari arah belakang seraya menepuk pundak Alex dengan keras. Tentu saja pria itu tidak suka, dia mencengkram balik tangan yang sudah lancang menepuk pundaknya tapi sang pemilik malah tertawa meremehkan.

"Mari bersaing secara sehat" tantangnya kemudian. Membuat Alex tergelak mendengarnya.

"Aku tidak perlu bersaing denganmu brother, karena mau bagaimana pun Lea sudah menjadi milikku. Bahkan restu kakeknya pun sudah berada padaku"

"Ck, tapi tetap saja wanita itu tidak luluh padamu kan? Bahkan secara terang-terangan dia bercerita tentang kekasihnya di depan calon suaminya hahaha itu lucu sekali" balas Justin dengan gelak tawanya.

"Berani sekali kau mentertawakan aku!" decih Alex tak suka, pria itu mencengkram kerah baju Justin dengan kuat.

"Hei, bukankah belum ada pernikahan disini? Maka sah-sah saja kan kalau aku ingin mengajakmu bersaing? Lagipula bukan hanya aku saja yang menjadi pesaingmu, tapi juga kekasihnya yang sampai saat inipun kita belum tahu wujudnya seperti apa, benar kan?"

Alex melepaskan cengkramannya karena omongan Justin ada benarnya juga, pria itu pergi dengan emosi yang menggebu-gebu tapi sebelum itu dia sempat mengarahkan jari tengahnya pada Justin "Fu*ck you!"