Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Cute girl?
Mata Barra tak lepas memandangi seorang gadis imut itu di depannya sekarang. Matanya tak berkedip sama sekali. Selalu memperhatikan gerak gerik gadis itu.
Sangat imut! Rambut coklat yang bergelombang dan di kuncir dua dengan menyisakan rambut lainnya itu. Lalu anak rambut yang di sisihkan di dahinya membuatnya semakin lucu.
F*ck! So cute! Batin Barra
Tapi anehnya gadis itu sangat berbeda penampilannya dengan kemarin malam. Tidak tampak su lucu saat ini. Bahkan semalam itu sedikit sexy, jalan kaki pula gadis itu.
Wah, pasti semua orang tertipu dengan wajah imutnya itu. Padahal kelakuannya nggak imut. Pikir Kevin. Entah mengapa ia jadi sewot sendiri.
Gilang yang menjadi sahabatnya dan juga inti dari geng motor Wolf. Gilang duduk disampingnya, ia melirik Kevin yang seolah terheran-heran melihat Calista.
"Imut kan anaknya? Lo tertarik ya?" Bisik Gilang.
Barra mendecih mendengar ucapan Gilang. Benarkan semua orang sudah tertipu dengan wajahnya.
"Wajahnya doang yang imut. Paling di belakang juga ani-ani!" Sahut Barra dengan senyuman miringnya.
Gilang tentu tidak terima dengan ucapan Barra. Pasalnya Calista adalah seorang siswi berprestasi, dan tak pernah mendapati kasus aneh-aneh. Bahkan Calista juga sering ke bar atau pun club dan itu pun tak pernah aneh-aneh. Bahkan jika ada pelanggan yang macam-macam Calista mampu mengatasinya. So, Calista bukan cewek ani-ani seperti yang Barra pikirkan.
"Lo yang belum kenal anaknya. Gausah nethink ntar naksir Lo nyesel pernah ngomong gini!" Kata Gilang mengingatkan Barra agar menjaga omongannya. Takutnya ke makan sendiri.
Barra yang di nasehati itu mendecih seolah tak Sudi buat jatuh cinta pada gadis itu. "Lo lupa selera gue yang kayak gimana?" Ucap Barra pada Gilang. Tentu Gilang tau Barra lebih menyukai cewek-cewek di Bar atau di Club. Mereka semua lebih sexy dan menggoda. Tidak seperti yang ada di sekolahnya ini, anak-anak dan biasa saja. Tidak ada yang menarik di matanya.
Maka dari itu Barra tidak suka sekolah, lebih suka di club atau bar. Bisa cuci mata.
"Imut loh!" Puji Gilang.
"Makan Sono yang imut. Gue lebih suka tante-tante sexy!" Ucap Barra, ia berdiri dan ingin pergi dari lapangan ini.
Upacara bendera sudah selesai. Semua siswa siswi yang ada di lapangan telah di bubarkan.
Calista kini mengikuti pelajaran pertama hingga ke dua dengan baik. Lalu kemudian jam istirahat pertama, Calista ingin pergi ke kantin karena merasa perutnya kosong.
"Kita ke kantin yuk, gue yang traktir!" Ucap Calista pada Deolinda. Deolinda adalah sahabat Calista sejak SMP sampai SMA sekarang. Awalnya sahabat mereka bertiga namun yang satunya berkhianat.
Deolinda yang di panggil Linda itu pun tersenyum. "Oke. Untung banget gue punya teman kayak elo!" Canda Linda.
"Cal, traktir kita juga dong! Jangan cuma Linda doang!" Ucap salah satu teman sekelasnya
"Iya, kita kan juga teman Lo!"
Dengan senang hati Calista akan mentraktir mereka. "Oke deh, satu kelas ini gue yang bayar makan apa aja di kantin." Kata Calista yang membuat mereka semua bersorak gembira. Inilah sebab mengapa Calista di sukai banyak orang karena memiliki kepribadian yang baik, dan juga nggak pelit. Meski kadang galak. Tapi tetap saja Calista adalah gadis yang baik.
Sesampainya di kantin. Calista memesan beberapa makanan. Dan kini meja yang di pilih Calista di duduki oleh 5 orang.
"Eh, Cal kayaknya jangan duduk disini deh!" Ucap salah satu temannya.
Calista mengerutkan keningnya. "Kenapa?" Tanyanya. Sepertinya selama dia dua tahun sekolah disini Calista tak pernah tau ada sesuatu yang terjadi di kantin. Termasuk tempat duduk.
"Iya Cal, ini sebenarnya tempat duduknya geng nya Barra!" Sahut Linda. Ia tau siapa Barra karena terkenal dengan ketampanannya itu.
"Barra?" Calista membeo seolah benar-benar tidak tau siapa Barra.
"Iya. Itu loh anaknya pemilik sekolah ini. Biasanya kan nggak masuk, dan kalau pun masuk tuh geng mereka makannya di rooftop. Tapi kadang-kadang disini juga sih." Jelas mereka pada Calista.
Calista masih tak peduli terhadap itu. Memangnya kenapa jika si Barra itu adalah anak dari pemilik sekolah? "Emang dia udah booking tempat ini sebelumnya? Terus apa pihak sekolah juga bilang meja ini nggak boleh di tempatin anak lain selain si Barra itu?" Tanya Calista. Ia melihat teman-temannya merasa ketakutan.
"Ya enggak juga sih. Tapi mereka tuh bisa apa apain kita kalau pakai meja ini ketahuan di pakai orang lain. Ntar kita di usir mending kita ganti aja deh!"
Calista tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Selagi tidak ada aturan ini milik siapa semua orang berhak memakainya. "Gausah takut. Kita udah duluan duduk disini!" Kata Calista.
"Tapi cal..." Salah satu dari mereka ingin protes namun Calista segera menghentikannya. "Sstttt stop. Gausah takut makan dengan tenang. Tuh makanan udah datang!" Ucap Calista melihat seorang petugas kantin membawakan makanan mereka.
Air muka teman-teman Calista pun berubah menjadi senang melihat beberapa makanan datang. "Makasih mbak.." ucap Calista ramah. "Sama-sama." Jawab pegawai kantin itu juga tak kalah ramah.
"Sebelum makan doa dulu yuk."
"Semoga geng nya Barra nggak kesini sebelum kita selesai makan. Aamin."
"Njir! Ngapain pada takut sih!" Sahut Calista, lagi-lagi dirinya ini dibuat bingung oleh para teman-temannya.
Entahlah yang mana si Barra Barra itu Calista tidak tau. Mengapa? Karena Calista sibuk belajar di sekolahnya, ia cukup aktif di SMA Garuda ini. Lagipula si Barra itu juga jarang masuk sekolah. Wajar saja jika Calista tidak mengetahuinya. Calista sempat mendengar anak pemilik sekolah yang katanya tampan itu namun itu tak penting bagi Calista. Meskipun di idolakan banyak orang sekalipun.
Mereka pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing. Mereka memesan beberapa makanan pedas dan manis. Seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, dan juga es coklat, pisang goreng dan dll. Kapan lagi kan bisa makan all you can eat.
Tak lama dari itu kantin tiba-tiba jadi sangat ramai Karena geng Barra datang. Banyak siswa siswi yang mengkode bangku Calista untuk pergi. Namun mereka tak mendengarnya karena sibuk makan.
Barra sendiri sudah menatap galak pada Calista yang sangat santai makan di mejanya itu. Meja yang selalu bersih dan rapi dengan di hiasi karya-karya coretan anak geng motor. Calista pikir itu hanyalah coretannya anak-anak nakal hahahhaa....
Daren menepuk pundak Barra. "Biarin aja di pakai mereka!"
"Wah tempat kita di pakai sama cecan." Sahut Gilang.
Barra tidak peduli apa kata teman-temannya. Ia pun menghampiri meja Calista.
"Pergi!" Kata Barra dengan tegas. Semua teman-teman Calista sudah ketakutan.
Calista mendongak, ia sempat terkejut melihat cowok yang ada di depannya sekarang. "Elo kan?" Ucap Calista dengan wajah galaknya. Lalu kemudian Linda membisik. "Dia Barra!"
Seketika Calista tersenyum remeh. "Oh, jadi ini anaknya pemilik sekolah!" Ucap Calista membuat Barra semakin emosi.
"Lo pergi atau gue seret!"
"Nggak! Kita duluan disini. Kalau Lo mau makan tunggu sampai kita selesai. Kalau Lo mau, kalau nggak ya tinggal cari meja lain." Ucap Calista tanpa takut, ia kembali meminum es jeruk yang dia pesan tadi.
Linda meminta Calista untuk mengalah saja, ia sudah ketakutan. Ia tak mau punya masalah dengan Barra. "Nggak usah takut!" Ucap Calista.
"Heh ani-ani. Ini tempat gue! Lo nggak lihat tulisannya beda dari meja lain?"
Mendengar nama ani-ani membuat Calista emosi. Ia tau mengapa ia di bilang begitu, pasti karena pertemuannya semalam. "Siapa yang ani-ani?" Tanya Calista galak!
"Elo lah! Cewek nggak jelas. Sok pinter padahal lont*."
Byur! Calista berdiri dan menyiram es jeruknya itu pada wajah Barra. Seketika Barra terkejut dan reflek diam saja.
"Lain kali kalau punya mulut dijaga! Anak pemilik sekolah tapi nggak punya sopan santun! Belagu pula!" Ucap Calista lalu kemudian pergi.
Barra tentu emosi, ia tak akan membiarkan Calista pergi. Ia menahan tangan Calista tanpa menoleh. Ia mencekeram kuat lengan Calista.
"Cewek jalang!"
Plak! Calista menampar wajah Barra seketika. Lalu menghempaskan tangannya begitu saja.
Barra terkejut yang kedua kalinya, ini pertama kalinya ia berurusan dengan cewek yang sangat berani padanya.
Semua siswa siswi kini terkejut melihat adegan tersebut.
Calista berani banget....