Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Kuliah
"Kalian saling kenal?" tanya Fazril menatap wajah April dan juga Alena sang adik secara bergantian.
"Tidak." April.
"Iya." Alena.
Mereka mengatakan hal berbeda secara bersamaan. Hal itu tentu saja membuat semua yang berada di sana merasa heran. Terutama Fazril yang kini mengerutkan kening.
"Jadi kalian saling kenal apa tidak? Ko sikap kalian aneh," ujarnya kemudian.
"Eu ... Aku duluan ya, senang bisa ketemu sama kamu di sini, babay ..." ucap April tiba-tiba saja berpamitan dengan wajah pucat, wanita itu pun berbalik dan pergi meninggalkan mereka di tempat itu.
"Tunggu, Pril. Katanya mau gabung sama kami di sini?" teriak Fazril, tapi wanita itu sama sekali tidak mengindahkan teriakannya tentu saja, membuat Fazril merasa kecewa.
"Abang kenal dari mana sama wanita itu?" tanya Alena merasa penasaran.
"Dia itu teman kuliah Abang, gak sengaja ketemu sama Abang di sini tadi."
"Begitu rupanya, tapi Abang gak dekat sama dia 'kan?"
"Entahlah."
"Ko entahlah?"
"Emangnya kenapa kalau Abang dekat sama dia? Si April cantik, baik lagi."
"Gak, dia gak baik. Kalau Abang mau nyari calon istri itu harus lebih hati-hati, jangan cuma melihat dari kecantikannya aja. Kecantikan itu tidak menjamin baik atau tidaknya hati seseorang. Pokoknya, aku gak setuju Abang dekat-dekat sama wanita tadi."
Fazril semakin mengerutkan kening. Dia menatap lekat wajah Alena lalu duduk bersama Lian di dalam pangkuannya kini. Laki-laki itu semakin yakin bahwa ada yang aneh dengan sikap adiknya ini. Jelas sekali terlihat bahwa Alena mengenal wanita bernama April, temannya semasa kuliah sekaligus wanita yang pernah dia sukai pada jamannya.
"Sudah gak usah di bahas lagi, udah sore kita pulang sekarang?" tanya Alvin mencairkan suasana.
"Benar juga. Udah jam 3 sore ini, ya udah kita pulang sekarang ya." Alena menambahkan.
"Mom, boleh nggak kalau aku naik mobil Om Alvin?" pinta Lani dengan begitu polosnya.
"Sayang--" Alena menahan ucapannya saat Alvin tiba-tiba saja menyela.
"Boleh dong, dengan senang hati Om akan mengantarkan kamu dan Mommy kamu pulang," sela Alvin tersenyum lebar.
"Tapi, Pak--"
"Jangan panggil saya dengan sebutan bapak kalau kita sedang di luar kampus, panggil saya dengan sebutan nama aja, Lena. Gak enak banget dengernya."
Alena hanya tersenyum dipaksakan.
"Lian, mau ikut kaka naik mobil Om Alvin tidak?" Tanya Lani kepada sang adik tercinta.
"Tidak, aku maunya sama Om Fazril aja," tolak Lian penuh penekanana.
"Sayang, Om ada keperluan lain. Kamu pulang sama Om Alvin dulu ya, nanti kita ketemu di rumah," pinta Fazril membuat Lian merasa kecewa, tapi dia tidak ada pilihan lain lagi selain menuruti apa yang di katakan oleh Om-nya itu.
"Baiklah, aku akan pulang sama Om ini," jawab Lian dengan nada suara lemah, dia pun berpindah duduk ke dalam pangkuan Alena sang ibu.
"Saya titip mereka ya, Vin. Anggap saja mereka adalah istri dan anak-anak kamu, saya duluan," celetuk Fazril lalu benar-benar meninggalkan mereka di sana.
"Ikh, Abaaaang! Kalau ngomong suka sembarangan deh," umpat Alena mengerucutkan bibirnya sedemikian rupa.
"Kita aminkan saja, Len. Ingat, ucapan adalah doa," sela Alvin tersenyum cengengesan.
"Amiiiin!" Lani tiba-tiba saja mengucapkan kata amin, membuat Alena seketika membulatkan bola matanya seraya membuka mulutnya lebar merasa terkejut.
"Lani?" Tegur Alena.
"Kenapa? Kata Om ganteng ucapan adalah doa, benar 'kan Om?"
"Betul sekali, sayang. Ucapan adalah doa, jadi berucaplah yang baik-baik, dan jangan sekali-kali mengucapkan tentang hal yang buruk, karena apa? Karena Tuhan sesuai dengan prasangka hamba-nya, kalau kita mengatakan hal yang baik-baik maka hal yang baik pun akan menghampiri kita, begitu pun sebaliknya, sayang. Kamu paham apa yang Om katakan? Jadi kita amin-kan saja ucapan Om kamu tadi, oke?" Jelas Alvin panjang lebar.
"Amin, amin, amin," celetuk Lani secara berkali-kali.
"Kalau begitu, jika aku mengatakan bahwa Mommy kembali bersama lagi dengan Daddy, apakah itu akan menjadi sebuah doa juga?" tiba-tiba Lian yang saat ini berada di dalam pangkuan ibundanya ikut berbicara.
Laki-laki yang berprofesi sebagai Dosen itu pun sontak terdiam. Mana mungkin dia mengaminkan ucapan anak berusia hampir 4 tahun itu di saat dirinya menaruh hati kepada ibunya? Alvin tersenyum cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak merasa gatal sama sekali. Kedua matanya melirik wajah Alena, begitu pun dengan wanita itu. Tatapan mata mereka pun seketika saling bertemu dan saling menatap satu sama lain.
"Kalau untuk masalah itu, kamu tanya sendiri sama Mommy kamu yang cantik ini. Om tidak bisa mengaminkan ucapan kamu yang satu itu, karena Om--" Alvin tidak meneruskan ucapannya.
"Karena apa? Karena Om suka sama Mommy aku ya?" celetuk Lani dengan begitu polosnya membuat Alena seketika merasa tercengang.
"Hus! Anak kecil tahu apa soal suka-sukaan? Astaga, Lani. Sejak kapan kamu jadi genit kayak gini?"
"Hehehehe!" Lani hanya tersenyum cengengesan.
"Gak apa-apa, Len. Lani lucu, anak usia segini emang lagi lucu-lucunya. Kalau kata bahasa sunda co'oeun gitu. Mungkin dia mirip ibunya waktu kecil, lucu, imut dan menggemaskan."
Alena seketika tersenyum kecil. Apa iya dirinya sama persis seperti sang putri ketika dia masih kecil? Dia menatap lekat wajah Lani lalu mengecup pucuk kepalanya lembut dan penuh kasih sayang.
"Putri Mommy pinter banget sih, cantik lagi. Sekarang kita pulang dulu ya, kita lanjutkan ngobrolnya nanti lagi, oke?" lembut Alena.
"Baik, Mom. Ade, ayo jalan bareng sama kaka," ajak Lani mengulurkan tangannya kepada sang adik.
Lian menerima uluran tangan kakaknya lalu turun dari atas pangkuan sang ibu. Keduanya pun berjalan saling berpegangan tangan. Alvin yang menyaksikan hal itu pun seketika merasa tersentuh.
Dia yang merupakan anak broken home, korban dari perceraian orang tuanya merasa kagum dengan sikap Lani yang terlihat lebih dewasa dari usianya. Gadis kecil itu menggenggam erat jemari sang adik, sementara dia berjalan beriringan bersama Alena tepat di belakangnya.
"Maaf karena telah merepotkan bapak, eu ... Maksud saya, kamu ..." ucap Alena merasa canggung.
"Gak apa-apa, Lena. Justru saya senang bisa mengantarkan kalian. Melihat kebersamaan kedua anak kamu ini mengingatkan saya akan masa kecil saya. Jujur, saya juga korban perceraian, kedua orang tua saya bercerai ketika saya berusia 9 tahun, hanya bedanya saya ikut ayah saya, sementara mereka lebih beruntung karena bisa ikut dengan kamu, ibunya."
"O ya, jadi kamu juga korban dari--" Alena tidak meneruskan ucapannya.
"Ya begitulah. Saya tahu betul bagaimana perasaan mereka, karena saya pun pernah merasakannya dulu. Kesepian, rindu sama ibu, saya bahkan memiliki ibu tiri lho, tapi tetap saja, sebaik-baiknya seorang ibu tiri rasanya tidak akan sama seperti ibu kandung, kasih sayang yang saya terima juga rasanya berbeda dengan apa yang diberikan oleh ibu kandung saya sendiri."
Alena tertegun, dia menoleh dan menatap wajah Alvin dari arah samping. Entah sadar atau tidak ada rasa kagum yang kini terselip di dalam lubuk hati seorang Alena. Dia pun kian intens menatap wajah laki-laki berkaca mata itu.
"Mommy kenapa ngeliatin Om Alvin kayak gitu? Hayooo ... Mommy suka ya sama Om ganteng?"
Alena seketika tersenyum cengengesan merasa salah tingkah. Dia pun segera memalingkan wajahnya ke arah lain seraya menggaruk kepala yang sebenarnya tidak terasa gatal sama sekali.
'Aduh, Lani apaan sih. Bikin malu aja,' batin Alena menggerutu kesal.
BERSAMBUNG
...****************...
mna ad orang tua yg rela anak x diselingkuhi ..
sdh tepat keputusan mm x alena.
untuk menempa ilmu buat msa depan
ak pun akan berbuat sma sesama .
orang tua
dri pd sakit hati berkepanjangan
klo berpisah bsa jd ad yg sanggup ..
mengobati luka mu..
yg bisa buat bahagia dan tenang..
banyak orang sukses ....
sarjana aj banyak nganggur ..
tergantung keberuntungan ..
contoh x ak bisa dibilang gk sekolah ..
bisa dibilang ak sekses dlm ekonomi..
keberuntungan berpihak pd ku...