Ayah Anakku

Ayah Anakku (22)

Bayu menikmati kopi sambil melihat ke luar. Ia sedang menunggu seseorang yang meminta untuk bertemu.

" Maaf. Tadi jalanan macet," ucap seorang pria sedikit membungkuk meminta maaf.

" Tidak masalah. Saya juga baru sampai,"

Keduanya duduk bersebrangan. Setelah memesankan minuman, Bayu akhirnya bicara.

" Jadi, ada keperluan apa anda meminta bertemu?," tanya Bayu formal.

" Ehmm. Sebenarnya saya malu untuk mengatakannya. Maaf kalau ini tidak tahu diri. Kalau boleh, saya ingin meminta satu permintaan pada, anda Pak Bayu,"

" Apa ini soal proses hukum Yumna? Kamu ingin saya meringankan hukumannya?," Bayu menaikkan satu alisnya. Kalau apa yang ada dipikirannya benar, ia tidak akan segan-segan membuat hukuman Yumna semakin bertambah berat.

" Bukan. Bukan itu," ucap Arnold. " Soal proses hukum, biarlah berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Yumna salah dan dia harus menerima konsekuensi dari apa yang dia lakukan," jelas Arnold tidak ingin Bayu salah paham.

" Lalu?,"

" Saya ingin kalau proses hukum ini tidak rerendus media," pinta Arnold sambil menundukkan kepalanya.

" Kamu tidak ingin dia di cap buruk masyarakat?," sinis Bayu

" Tidak. Saya tidak peduli soal Yumna. Yang saya pedulikan hanya mental Shera. Putri kami,"

Bayu terdiam. Ia ingat gadis kecil yang sempat bertemu di mall tempo hari.

" Saya pikir, Shera tidak mengetahui penangkapan ibunya. Tapi, ternyata dia tahu. Dia bahkan bertanya alasan ibunya di bawa polisi," Arnold menghela nafas sejak. "Yang paling mengejutkan dia sampai tidak mau sekolah. Dia bilang takut di ejek temannya jika mereka tahu ibunya di bawa ke kantor polisi,"

Bayu mengangguk pelan. Ia jadi teringat Aksa. Usia keduanya tidak jauh berbeda.

" Saya ingin menjaga mental Shera. Kalau wajah Yumna terekspos media, lambat Laun keberadaan Shera Sebagai anak Yumna akan terendus juga."

" Aku ingin menghukumnya. Tapi, juga tidak ingin orang yang tidak bersalah terkena dampaknya,"

.

.

Sementara itu, di kediaman Amanda, ia sedang melakukan protes pada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya tetap pada pendiriannya untuk tidak menuruti permintaan Amanda yang ingin menikah dengan Bayu.

" Dia tidak mau makan lagi?," tanya Anjas pada sang istri yang membawa kembali nampan berisi makanan dari kamar Amanda.

" Iya. Bagaimana ini, mas?,' Yurika khawatir karena Amanda sudah dua hari tidak mau makan.

" Kita tidak mungkin menurut permintaannya yang aneh itu. Mau di taruh dimana muka mas kalau meminta Bayu menjadikan Amanda istri kedua?,"

Setelah kenyataan status Bayu yang sudah menikah. Amanda tetap dengan keinginannya dan tak masalah jadi yang kedua.

" Semua salah kita. Dia jadi keras kepala dan merasa harus mendapatkan apa yang ia inginkan,"

" Hmm, kita terlalu memanjakannya selama ini," timpal Anjas.

" Lalu kita harus apa?," tanya sang istri.

" Jika dia ngotot, biarkan saja. Paling berakhir di rumah sakit,"

" Mas..."

" Mas bukannya tega. Tapi, sudah saatnya kita sedikit keras. Didikan kita selama ini membuatnya jadi anak manja. Usia sudah dewasa tapi, kekanak-kanakan," Anjas berlalu begitu saja menuju ruang kerjanya.

Di kamar, Amanda sendiri hanya terbaring di atas ranjang.

" Sudah dua hari tapi belum ada tanda-tanda mommy dan Daddy menuruti keinginanku," gumam Amanda.

Badannya sudah lemas. Sebenarnya Amanda tidak benar-benar mogok makan. Ia masih memiliki camilan yang ia simpan di kamar. Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

" Bayu, bagaimana pun caranya, aku harus memilikimu. Apa kelebihan Kiara daripada aku?,"

Tekad Amanda tetap sama. Memiliki Bayu. Kalau ia bisa menjadi yang kedua maka ia akan melakukan rencana untuk menyingkirkan penghalang yang bisa menjadikannya yang pertama dan satu-satunya.

.

.

" Papi, kita jadi kan menjenguk Mommy?,"

" ya, sesuai permintaan mu princess,"

TBC