Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 : Salah paham
Setelah hari dimana sang papa mengirim pesan ke Sera. Aland sibuk untuk mengatur ulang jadwalnya di kantor. Karena dia akan berencana menemani Sera bertemu papanya sekaligus meminta restu.
Bianca masuk dan membawa sebuah map berisikan pengaturan jadwal ulang pertemuan dengan beberapa klien dan ada sebuah tiket untuk dua orang di dalamnya. Bianca hanya sekilas melihatnya.
“Maaf bapak Aland saya barusan mendapat jadwal baru bapak dari asisten pribadi bapak. Bolehkah saya tau akan kemana bapak selama seminggu?” Tanya Bianca masih dengan sopan .
“Saya akan cuti untuk pergi ke London. Ada urusan keluarga yang sangat penting. Selama saya pergi kepala divisi serta Davin yang akan menghandle semua.” Jelas Aland tanpa melihat ke arah Bianca. Dia masih sibuk membaca dan menyelesaikan urusannya sebelum keberangkatan besok.
Bianca diam dan tak ingin membuat Aland kembali marah. Dirinya berencana akan menemui Aland setelah pulang. Dan sebuah ide terlintas di pikirannya. Map yang dibawanya tadi disimpan lagi tanpa menyerahkan kepada Aland.
“Baik kalau begitu saya permisi.”
Aland tertegun saat tak mendapat protes dari Bianca namun sepersekian detik dia melanjutkan pekerjaannya.
****
Sera kini sedang berada di kediaman Atmajaya. Suasana mansion ini cukup tenang. Hanya ada kakeknya dan sang mama yang kini berada di ruang tengah setelah Sera meminta untuk berkumpul.
“Kakek. Aku akan berangkat ke london besok bersama Aland. Papa kemarin mengirim pesan untuk aku hadir di acara ulang tahunya.” Pamitnya.
“Untuk apa lagi kamu kesana Sera. Yang ada nanti Harry akan menghalangi rencana pernikahan kamu.” Jawab Hatta Atmajaya dengan tenang.
“Tapi pi.. Sera harus tetap meminta restu. Bagaimana pun Harry adalah ayah kandungnya.” Bela Nadin
“Cih... Ayah kandung yang tega meninggalkan istri dan anaknya demi ja lang si alan itu... aku tidak akan sudi dia menginjakkan kakinya di acara Sera nanti.”
Sera menghela nafas kasar, “Aku akan meminta papa untuk tidak hadir. Aku hanya menghormatinya untuk terakhir kali sebelum aku menikah kek.. aku mohon pengertiannya ya...” Sera berdiri dan duduk memegang tangan Hatta dan duduk di hadapannya.
Hatta pun sebagai kakek tidak akan pernah menolak apapun yang dikatakan anak dan cucu perempuannya. Tentunya Hatta tidak ingin Sera kembali merasakan trauma saat bertemu dengan Harry.
“Baiklah. Tapi kakek minta jangan pernah mau kalau kamu ditawarkan untuk kembali tinggal disana.”
“Hahaha mana mungkin pi pi... wanita ja lang itu tidak akan mau harta warisan Harry jatuh ketangan Sera.” Ucap Nadin sarkas.
“Bukankah warisan kakek dan mama jauh lebih banyak ya. Aku bahkan belum tau sekaya apa calon suamiku.” Balas Sera mencoba menenangkan Hatta.
“Jam berapa besok kamu berangkat?” taya Hatta menarik tubuh Sera untuk duduk disampingnya.
Sera meletakkan bahunya di bahu Hatta. “Sekitar jam 4 sore. Semuanya sudah di urus oleh Aland. Aku hanya harus bersiap.”
“Sepertinya calon cucu menantu papi bucin ke Sera deh.. kamu di ratukan sekali sayang.. semoga kamu bahagia ya bersama aland.” Timpal Nadin.
Sera mengangguk, “Kalau begitu aku akan pulang dan menyiapkan barangku.”
“Hati hati swetheart..”
*****
Saat akan menuju parkiran Aland bertemu dengan Davin yang telah menyiapkan mobilnya.
“Apakah tiketnya sudah di berikan oleh Bianca, Pak?” tanya Davin.
“Saya tidak menerimanya dan Bianca tidak mengatakan apapun.”
“Kalau begitu maafkan saya pak. Saat akan masuk ke dalam Bianca yang meminta untuk memberikannya langsung kepada anda.” Jelas Davin
“Bianca..” desisnya. “Kamu boleh pulang. Untuk urusan Bianca saya yang akan menemuinya.” Lanjut Aland.
Aland pun masuk ke dalam mobil. Sebelum melajukannya Aland mencoba menghubungi Bianca.
‘Apakah kamu menyembunyikan tiket pesawat saya Bianca?’
‘Oh iya Al aku lupa. Terselip diantara berkas lainnya. Aku akan mengantarkannya ke apartemen kamu sekarang.’
‘Tidak perlu. Kamu dimana aku akan mengambilnya sendiri.’
‘Aku sudah berada dekat dengan aparteemmu Al.. aku tunggu ya disana. Bye..’
Klik..
Aland pun segera memacu mobilnya. Dia tidak ingin Sera sampai bertemu dengan Bianca.
35 menit kemudian Aland sudah sampai di parkiran mobilnya terlihat Bianca sudah berdiri di samping mobilnya dengan bermain dengan ponsel.
Aland pun segera keluar. Diliriknya sebentar di tempat biasa Sera parkir. Beruntung Sera belum pulang.
“Mana tiketnya?” tanya Aland.
Bianca menyerahkan sebuah map pada Aland namun saat akan menerimanya Bianca pingsan. Aland pun dengan sigap memegang tubuh Bianca.
Tak ada satupun orang disana. Aland mencoba membangunkan Bianca dan tercium bau alkohol.
Aland pun segera menggendong Bianca menuju apartemennya sebelum Sera melihatnya. Namun saat akan masuk ke dalam lift mobil Sera masuk ke dalam parkiran dan bisa melihat Aland menggendong ala bridal seorang gadis lalu masuk ke dalam lift.
“Bianca?”
Sera pun segera berjalan keluar namun matanya mendapati sebuah map dan terlihat sebuah kertas berisikan tiket. Sera pun membawa map itu lalu nik ke lantai apartemennya.
Aland yang sudah masuk lalu meletakkan tubuh Bianca di sofa.
“Bianca bangun.. bisa bisanya kamu minum sambil menyetir.”
Bianca pun setengah sadar dan melihat Aland. Dirinya duduk dan mengalungkan tangannya di leher Aland.
Ttiitt titt
Bunyi seorang sedang membuka pintu dan.. ya Sera melihat adegan itu lalu Aland segera mendorong Bianca sehingga terhempas di sofa.
“Oh maaf kalo mengganggu. Ini sepertinya ketinggalan di parkiran. Silahkan lanjutkan lagi.” Ucap Sera meletakkan map tersebut lalu berbalik.
Aland segera menahan tangan Sera. “Tolong ini hanya salah paham Sera. Aku bisa jelaskan..”
Sera merasa jengah, “Tidak perlu di jelaskan. Aku paham dan tidak akan marah. Cuma yang aku minta satu hal.”
“Katakan...” Aland masih menggenggam erat tangan Sera.
“Aku tidak ingin wanita itu berada di hadapanku lagi. Jika sampai ke depannya aku masih melihatnya berada di sekitar kita, aku kan menembak tepat dibagian tengah kepalanya.” Ancam Sera.
Lalu menghempaskan tangan Aland dan masuk ke dalam unit apartemennya sendiri.
Aland mengacak rambutnya dan menelpon seseorang.
“Davin cepat kemari. Tidak perlu menggunakan mobil. Aku ingin kamu membawa Bianca keluar dari apartemenku sekarang.”
Sedangkan Sera memegangi dadanya dan mengatur nafas untuk lebih tenang.
“Apa Aland selingkuh ya?”
“Tapi katanya Bianca sudah menolaknya.”
“Lalu kenapa si ja lang itu bisa disana?”
“Kenapa jantung ku berdebar gini ya...”
Sera bermonolog sendiri hingga dia dengan kesal mengganti password pintu unitnya agar Aland tak mengejarnya masuk. Lalu menyiapkan semuanya.
Rencana berubah. Sera berangkat malam ini.
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.