Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Joe memasuki ruang kelas, dia baru saja kembali dari ruang guru mengantar tugas teman sekelasnya.
Selain ketua OSIS, Joe merupakan ketua kelas di kelasnya.
Baru saja dia duduk di bangkunya, tiba-tiba salah satu teman sekelasnya masuk ke dalam kelas dengan berlari. Nafasnya terengah, seperti abis di kejar anjing.
"Wee.. Wee.. Eve pingsan!"
Deg.
Satu kelas heboh, penasaran dengan apa yang terjadi.
"Serius lo?" tanya salah satu dari mereka.
"Iyalah, Lo gak lihat emang. tadi Eve di angkat ke UKS " tuturnya sambil mengatur nafas.
Joe tampak terkejut, tapi dia tidak memberikan reaksi apapun.
Sedangkan Leo, dia langsung berdiri dan keluar dari kelas.
Joe tahu, Leo pasti pergi ke UKS.
"Lo gak liat Eve?" tanya Brain.
"Ngapain?" jawab Joe santai. Padahal dia merasa sedikit khawatir dengan kondisi Eve.
"Ngapain Joe peduli, sudah jelas Eve bukan siapa siapa. kecuali jika dia membuat onar!" Sela Jia datang menghampiri mereka.
"Nenek lampir. Diam Lo!" sergah Brain kesal pada Jia.
Jia cemberut, lalu duduk di samping Joe. Dia tidak peduli dengan brain atau teman teman Joe yang lain. Dia hanya peduli dengan Joe dan memikirkan bagaimana cara mendapatkan pria ini.
"Joe, nanti malam Lo ada waktu gak?" tanya Jia dengan suara manja nya. Jia juga memeluk lengan Joe yang sibuk dengan bukunya.
"Apaan sih Lo, gue gak ada waktu!" Tepis Joe pada lengannya.
Seketika brain tertawa, mengejek Jia yang langsung cemberut.
"Hahaha.. Makanya Jan kecentilan Lo!"
"Apaan sih Lo." Dengus Jia. Dia kembali pura pura manis di depan Joe. Dia tidak akan putus asa dan akan terus berusaha sampai Joe luluh kepadanya.
"Joe, lo kenapa sih selalu nolak gue?" Jia merengek.
"Apaan sih Jia. Stop yah, jangan ganggu gue!" bentak Joe kesal.
Pria itu pun segera bangkit dan kemudian meninggalkan ruang kelas.
Joe memutuskan pergi ke ruang OSIS. Karena mereka sudah selesai mengerjakan tugasnya. Guru memperbolehkan mereka free. Asal jangan membuat keributan atau berkeliaran di luar kelas.
Di lorong kelas, Joe tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya menatap ke depan, melihat seorang gadis berdiri di hadapannya.
"Udah puas Lo?"
Joe melongo, dia tidak mengerti dengan ucapan gadis ini.
"Maksud Lo apa?" tanya Joe tidak mengerti.
"Udah puas Lo buat Eve hampir mati?"
"Hana Lo ngomong apa sih?" tanya Joe semakin tidak mengerti. Ya, gadis itu adalah Hana adik kandungnya.
"Lo gak tahu kan, Eve di larikan ke rumah sakit. Magh nya kambuh dan tidak bisa di tangani di sini." tutur Hana dengan nada kesal dan penuh penekanan.
Joe tersentak, ada rasa cemas di dalam hatinya. Bukan karena suka atau gimana. Tapi, Joe sudah berjanji pada kedua orang tua Eve untuk menjaga putri mereka.
"Lo gila apa, kenapa malah menyalahi gue?"
"Lalu, gue harus menyalahkan siapa? Lo yang jadi Ketos gak becus! andai saja cewe gila itu Lo bisa tangani, Eve gak akan sampai seperti ini!" Cerca Hana semakin emosi.
Eve memang di larikan ke rumah sakit. Penyebab dia pingsan adalah magh. Eve lupa mengisi perutnya sejak semalam. Bahkan hari ini dia berencana ingi. makan banyak malah terganggu oleh permasalahan kecil di kantin tadi.
"Kok Lo nyalahin gue sih?"
"Terus gue harus nyalahin siapa huh?"
"Awas aja yah, kalau sampai terjadi apa apa sama Eve. Habis Lo!" ancam Hana berlalu pergi sambil menabrak bahu Joe.
Sedangkan Joe, dia hanya melongo melihat sikap sang adik.Dia tidak menyangka akan di ancam oleh adiknya sendiri.
"Gue terlihat seperti pria bodoh kalau sudah berhadapan dengan nya" gumam Joe menggeleng melihat tingkah sang adik.
Joe tiba di ruang OSIS, duduk tenang dan mencoba fokus mengerjakan proposal untuk acara akhir sekolahnya. Ini adalah tugas terakhirnya sebelum jabatannya habis.
Joe terus berusaha fokus, namun pikirannya malah terus tertuju pada Eve.
"Sial, kenapa gue terus memikirkan gadis itu?" gumam Joe mengacak acak rambutnya.
Sementara di rumah sakit, Eve sudah di tangani dan di pasangkan infus agar tubuhnya mendapat tenaga.
"Bagaimana kondisi murid saya dok?" tanya Bu Jenita setelah dokter memeriksa Eve.
"Pasien baik baik saja. Hanya butuh istirahat beberapa waktu saja. Usahakan agar pasien makan dengan teratur." Tutur sang dokter.
Bu Jenita bernafas lega, Eve tidak apa apa.
"Syukurlah dia baik baik saja"
"Oh iya Bu, tolong kabari orang tua pasien dan suruh menghadap pada saya." Ucap dokter.
"Baiklah dok, nanti saya akan menghubungi keluarga nya."
"Kalau begitu saya permisi." pamit dokter.
Bu Jenita mengangguk dan mengantar dokter hingga ke depan pintu.
Melihat pintu terbuka dan dokter keluar. Nadia dan Tiara langsung mendekatinya. Mereka sejak tadi menunggu hasil pemeriksaan Eve di luar karena dokter hanya memperbolehkan satu orang saja yang masuk.
"Bagaimana kondisi sahabat kami Bu?"
Dokter tersenyum dan mengisyaratkan Bu Jenita yang menjelaskan pada muridnya. Lalu, dokter pun berlalu pergi karena ada banyak pasien yang harus ia tangani.
"Bagaimana Bu?" ulang Nadia karena tak kunjung di jawab oleh Bu Jenita.
"Eve baik baik saja, beruntung kita cepat membawanya ke rumah sakit" tutur Bu Jenita.
"Syukurlah " Nadia dan Tiara bernafas lega.
Setelah Eve di pindahkan ke ruang rawat, barulah mereka masuk ke dalam dan menjaganya.
Pukul 16.30
Eve mulai tersadar, dia melihat ke sekelilingnya. Ruangan asing dan bau obat obatan merasuk ke dalam Indra penciumannya.
"Di mana gue?" Gumamnya seraya berusaha bangun.
"Eve, Lo udah sadar?" Tiara, Nadia dan juga Hana mendekati Eve. Mereka menahan Eve agar tetap berbaring.
"Tia, gue dimana?"
"Eve, Lo di rumah sakit. Tadi di sekolah Lo pingsan." Jelas Tiara.
"Huh?" Eve sangat terkejut, dia tidak ingat mengapa ia bisa pingsan.
"Eve, Lo gila yah. Sampai gak makan sejak kemarin?" Omel Nadia.
"Tau ih, gak biasanya Lo mogok makan seperti ini!" Sahut Nadia.
"Kalian apa apaan sih, gue cuma lelah dan lupa makan."
"Tapi magh Lo udah akut bego!" Nadia menggeram.
Bukannya merasa bersalah Eve malah terkekeh melihat sikap kedua sahabatnya.
Sedangkan Hana, dia melihat kamar Eve yang sama sekali tidak ada menunjukkan tanda tanda kedatangan kedua orang tuanya.
"Lo cari siapa?" tanya Eve.
"Huh? Gak ada." jawab Hana menggeleng. Dia takut Eve tersinggung jika dia jujur.
Hana memang sudah lama mengenal Eve ketika kecil. Tapi, dia tidak tahu bagaimana kondisi keluarga Eve yang sebenarnya.
Dari luar, Leo menatap Eve khawatir. Dia tidak berani masuk ke dalam takut di kira yang tidak tidak.
Leo memang sangat menyukai Eve, tapi dia tidak mau orang orang tahu tentang perasaannya.
Jia yah yg datengin Leo ,mau ajak sekongkol 😏😏😏
Joe juga ,udah tau Eve cwe yg dia tunggu dan cinta ,ko masih mentingin ego sih ,gga bisa lembut halus ggt sikapnya ,malah marah marah mulu 😒😒😒
Joe ,semangat yah 👍👍👍