Tak ada jalan untuk kembali
Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerjaan Di Luar Kota
*****
Sesampainya di rumah, Killa tak menghiraukan rasa lelahnya. Killa langsung bergegas menggeledah semua isi lemari milik Diantoro, tapi disana Killa tak menemukan apapun. Hanya ada kotak perhiasan berisi cincin yang sempat Killa temukan tempo hari.
"Tidak ada apa-apa disini, apa mas Toro menyimpannya di kantor?" ucap Killa. "Dan cincin ini masih ada disini, sebenarnya buat apa mas Toro beli perhiasan ini?" Killa bertanya-tanya pada diri sendiri.
"Apa benar apa yang dikatakan sama mbak Gina? Tapi kenapa mas Toro harus bohong sama aku?" Banyak sekali pertanyaan yang terlintas dalam benak Killa.
Killa perlu menenangkan diri sesaat, dia bersandar di atas sofa membuat dirinya merasa lebih rileks hingga Killa tak sengaja tertidur disana.
******
Disisi lain, Salpa tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Diantoro. Semakin hari kandungan Salpa semakin membesar, Salpa sudah tidak bisa lagi menutupi dirinya.
Pernikahan antara Diantoro dan Salpa akan dilakukan di rumah pinggiran kota milik Diantoro esok hari.
Acara yang Salpa siapkan hanyalah acara sederhana, Salpa juga hanya mengundang orang-orang sekitar dan beberapa orang penting saja.
*** Flashback ***
2 hari yang lalu ...
"Mas, besok lusa aku akan siapkan semuanya buat acara pernikahan kita ..." ucap Salpa.
"Kenapa harus ada acara segala sih? Kamu gak takut kita ketahuan?" tanya Diantoro.
"Aku gak peduli, Mas! Lagipula aku cuma undang beberapa orang aja, gak banyak." Sahut Salpa.
Diantoro hanya bisa menghela nafas berat, tak ada cara lain selain menuruti semua keinginan Salpa.
"Pokoknya aku gak mau tau, Mas! Nanti sehabis kita nikah aku mau kamu tinggal sama aku selama seminggu!" pinta Salpa.
"Salpa, bisa gak kamu jangan minta sesuatu hal yang gak mungkin?"
"Gak mungkin gimana maksud kamu, Mas?" tanya Salpa.
"Gak mungkin aku bisa tinggal sama kamu selama seminggu, Salpa ... mau bilang apa aku sama kakak kamu?"
"Ya terserah! Itu urusan kamu, Mas." Salpa tak peduli dengan apapun.
"Ok, aku akan berusaha." ucap Diantoro.
*** Flashback selesai ***
****
Sore hari ...
Kring ... kring ... suara panggilan masuk dari handphone milik Killa.
Killa terbangun mendengar suara dering handphone miliknya yang terdengar nyaring.
'Ah aku ketiduran! Siapa yang telepon?' Gumam Killa sambil meraih handphonenya di atas meja.
'Mas Toro? Tumben jam segini telepon aku?' pikir Killa.
Tak pikir panjang, Killa segera menerima panggilan masuk itu.
"Halo, Mas?" sapa Killa.
"Kamu lagi apa Sayang? Suara kamu serak, apa kamu sakit?" tanya Diantoro.
"Aku baru bangun, Mas! Tadi aku gak sengaja ketiduran." sahut Killa. "Ada apa, Mas? Tumben kamu telepon aku jam segini ..." tanya Killa.
"Oh syukurlah kalau gitu. Enggak apa-apa, Sayang ... aku cuma mau kasih tau, sore ini aku harus pergi ke luar kota, ada acara kerjaan mendadak! Kamu nggak apa-apa kalau aku tinggal sendiri 'kan, Sayang?" tutur Diantoro.
"Ke luar kota? Berapa lama, Mas?" tanya Killa.
"Iya, mungkin sekitar semingguan, Sayang ..." sahut Diantoro.
Killa terdiam sesaat. Sore ini Killa berniat untuk bertanya tentang rumah pinggir kota itu pada Diantoro, tapi Diantoro lebih dulu memberi kabar pada Killa, Diantoro akan pergi ke luar kota selama seminggu.
'Mas Toro mau pergi ke luar kota? Kalau gitu aku harus cari tahu sendiri soal rumah itu!' pikir Killa.
"Sayang? Kamu kok diem aja? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Diantoro.
"Eh iya, Mas?" Killa tersadar dari lamunan. "Em ... ya udah kalau kamu emang lagi ada kerjaan. Tapi kamu hati-hati disana, jangan lupa selalu kabarin aku kalau ada apa-apa ya, Mas?" pesan Killa.
"Iya, Sayang ... aku pasti selalu kasih kabar sama kamu, sekaligus aku juga harus tau kabar kamu dan calon bayi kita selama aku jauh disana ..." ucap Diantoro.
"Iya, Mas." tutur Killa.
Killa tak ingin berburuk sangka pada Diantoro, sebelum Killa mendapatkan bukti yang jelas dari rasa penasarannya tentang rumah itu.
Usai berbicara dengan Diantoro, Killa segera menghubungi Fanny.
"Halo, Kill?" sapa Fanny.
"Sore ini Lo sibuk gak, Fan?" tanya Killa.
"Gue santai sih, kerjaan juga udah beres, aman!" sahut Fanny.
"Ada hal yang mau gue omongin sama Lo, Fan." cetus Killa. Killa langsung menyampaikan niatnya tanpa basa-basi.
"Ada apa emang, Kill? Roman-roman nya kayaknya ada hal penting nih!" tanya Fanny, penasaran.
"Iya, penting ... kalau Lo ada waktu, kita ketemu di cafe biasa, gimana?" ajak Killa.
"Ok, gas! Kalau gitu gue on the way sekarang ya? Kebetulan gue udah mau balik." Fanny langsung menyetujui ajakan Killa tanpa pikir panjang.
"Ok, nanti kita ketemu di tempat biasa. Gue juga mau on the way sekarang!" ucap Killa.
"Sampai ketemu nanti!" Tutur Fanny.
Usai membuat janji temu dengan Fanny, Killa segera mempersiapkan diri, kemudian bergegas pergi.
Tak butuh waktu lama untuk Killa, sampai di cafe sesuai janji, begitupun dengan Fanny. Keduanya saling bertemu dan menyapa.
Killa langsung mencari tempat yang nyaman dipojokan untuk berbincang-bincang dengan Fanny.
"Kita duduk di situ aja, Fan?" Ajak Killa sambil menunjuk salah satu tempat di dalam cafe.
"Boleh, kayaknya disitu enak juga tuh ...lumayan sepi." cetus Fanny.
Tak banyak basa-basi mereka segera menempati tempat yang masih kosong di paling pojok, tempat yang sedikit terpisah dari beberapa meja lainnya, kemudian memesan beberapa menu yang tersedia disana.
"Jadi, hal penting apa yang mau Lo omongin sama gue, Kill?" tanya Fanny.
Fanny sudah sangat penasaran dengan apa yang ingin Killa sampaikan padanya.
"Em ... Lo ada orang kepercayaan gak atau orang suruhan yang handal gitu?" tanya Killa.
"Orang suruhan? Emang buat apaan, Kill?" Fanny mengernyit heran.
"Ada sesuatu yang mau gue selidiki dan gue butuh bantuan Lo, Fan!" Pinta Killa, to the point.
"Kalau gue bisa, gue pasti bantu Lo, Kill! Tapi, Lo harus jelasin dulu ke gue, emang sebenarnya ada apaan, sih?" Fanny penasaran.
"Ok, gue bakal cerita semuanya sama Lo, Fan! " tutur Killa.
"Ok, gue dengerin!" Fanny dengan seksama menunggu Killa bercerita.
"Jadi, waktu itu awalnya niat gue cuma mau ketemu sama adek gue, Salpa. Tapi waktu itu kebetulan Salpa malah pergi ke suatu tempat, jadi gue sama Rangga kepaksa ngikutin Salpa diam-diam sampe Salpa nyampe di salah satu rumah pinggiran kota. Gue pikir pemilik rumah itu orang yang udah bikin adik gue hamil, Fan! Ternyata setelah gue selidiki, informasi yang gue dapat bikin kepala gue pusing, Fan ... rumah itu ternyata suami gue yang beli tempo hari." Killa berusaha menjelaskan sesingkat mungkin pada Fanny.
Fanny terdiam sejenak. 'Ternyata Killa udah tau soal rumah itu." pikir Fanny.
"Tunggu ... tunggu! Maksud Lo rumah itu punya do'i Lo, Kill? Terus hubungannya sama adik Lo, apa?" tanya Fanny.
"Entahlah, Fan! Makin gue cari tau, makin gue pusing sendiri, Fan." Killa mulai mengeluh.
"Jadi sekarang, tujuan Lo cari orang suruhan itu buat cari tau soal itu?" tanya Fanny.
"Iya! Yang mau gue cari tau sekarang itu sertifikat rumah itu, Fan! Kalau bisa, gue mau besok udah ada hasilnya. Makanya gue butuh orang yang handal dan terpercaya buat masuk ke perusahaan Mas Toro dan ngambil sertifikat itu." ucap Killa.
jangan lama² lah thor