Ustadz Itu Imamku

Didalam mobil yang dikendarai Dayyan hanya ada keheningan. sebab Breena tengah fokus memainkan ponselnya.

"Sayang" panggil Dayyan yang langsung memegang tangan Breena.

"Iya Mas. Kenapa?" tanya Breena tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Ini kita mau langsung pulang atau mau singgah beli sesuatu nggak?"

"Emmm pulang aja deh Mas. Aku uda lelah pengen istirahat Mas"

"Iya uda kalau gitu kita langsung kerumah aja iya" putus Dayyan.

Lalu suasana dalam mobil itu pun kembali hening.

Tiga puluh menit kemudian. Mobil yang dikendarai oleh Dayyan telah sampai didepan sebuah rumah minimalis namun terlihat mewah dengan pagar yang tinggi.

Tin Tin Tin

Dayyan membunyikan klakson mobilnya. Dengan sigap satpam rumah Dayyan langsung membukakan pintu gerbang.

"Assalamualaikum Mang Budi" sapa Dayyan ketika melihat si satpam yang sedang berdiri disamping pos nya.

"Wa'alaikum salam Gus" jawabnya sambil tersenyum.

"Saya masuk kedalam dulu iya Mang" pamit Dayyan yang langsung melajukan mobilnya meninggalkan Mang Budi.

"Alhamdulillah sudah sampai. Ayo kita turun sayang" ajak Dayyan.

Dayyan dan Breena keluar dari dalam mobil secara bersamaan. Sedari tadi mata Breena tak henti hentinya memperhatikan rumah Dayyan.

Rumah dengan model minimalis tetapi terlihat mewah.

Dibagian halaman depan rumah terdapat taman kecil dan kolam kecil juga berisi ikan hias, serta air pancurnya.

Dihalaman samping rumah, ada kebun bunga mawar berbagai warna, juga bunga lili putih dan pink.

Diteras rumah tergantung beberapa bunga anggrek langka kesukaan Breena. Diantaranya anggrek emas kinabalu (gold of kinabalu orchid), anggrek bulan bintang (paraphaleanopsis denevel), anggrek bulan besar, anggrek hitam Papua, dan masih banyak lagi jenis jenis bunga anggrek yang menghiasi teras rumah mereka.

Dan semua bunga bunga itu adalah bunga kesukaannya Breena.

"Masss" panggil Breena yang terkejut karena ada bunga kesukaannya.

"Dalem sayang"

"Mas yang nyiapin semua bunga bunga ini?"

"Nggih sayang. Kan rumah ini mas siapkan untuk kamu. Jadi iya harus sesuai dong dengan rumah impian kamu. Yang ingin perkarangan rumahnya ada taman kecil dan kolam ikan, serta tanaman bunga bunga kesukaan kamu" jawab Dayyan dengan tersenyum.

Ia jadi mengingat ketika menyiapkan rumah untuk istrinya itu, betapa ia sangat antusiasnya. Bahkan ia ikut membantu menanam bunga bunga itu.

"Terima kasih Mas" ucap Breena yang langsung memeluk suaminya.

"Iya sama sama sayang. Ayo kita masuk. Kita lihat dalamnya sudah sesuai dengan keinginan kamu atau belum" ajak Dayyan.

Dengan semangatnya Breena tak menjawab ajakan Dayyan, ia bahkan langsung menarik tangan suaminya agar segera masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum" ucap Breena dan Dayyan berbarengan ketika memasuki rumah.

Terlihatlah ruang tamu dengan gaya Eropa, terdapat sofa yang selama ini diinginkan oleh Breena. Disudut ruangan ada lemari kaca besar yang berisi penghargaan dan piagam milik Breena dan Dayyan.

Setelah dari ruang tamu Dayyan membawa Breena keruang keluarga. Kemudian kekamar utama yaitu kamar pribadi mereka.

Didalam kamar yang sangat luas yang bercat warna sage green sesuai warna kesukaannya Breena.

Dikamar itu terdapat kasur king size, meja rias lengkap dengan berbagai alat make up dan skinecare milik Breena.

Walk in closet yang juga luas yang berisi lemari lemari kaca besar untuk baju, sepatu, tas, dan aksesoris wanita, jam tangan Breena dan Dayyan.

Dari walk in closet, Breena keluar menuju kearah balkon yang hanya dibatasi oleh pintu kacar.

Dari atas balkon Breena dapat melihat langsung kearah taman dan kebun bunga mawar dan lili.

"Mas" kejut Breena karena tiba tiba ada sepasang tangan kekar yang memeluknya dari belakang, siapa lagi kalau bukan Dayyan.

"Kamu suka sama rumahnya sayang? Apa masih ada yang harus Mas ganti?" tanya Dayyan yang sedang menghirup aromacandu dari tubuh istrinya.

"Nggak ada Mas. Semua uda seperti rumah impian Breena" jelasnya. Lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang suami.

"Terima kasih Mas, karena sudah menyiapkan rumah impian Breena" ucapnya tulus dengan senyuman manisnya memandang sang suami sambil membalas pelukam Dayyan.

"Sama sama zawjati. Apa pun akan Mas lakukan untukmu sayang" ucapnya kemudian mencium kening istrinya lama.

Breena pun semakin mengeratkan pelukannya sambil menatap suaminya.

"Kamu laki laki yang baik Mas. Kalau seperti ini terus aku pastikan akan cepat jatuh cinta sama kamu. Aku berharap kamu bisa bersabar menungguku memastikan tentang perasaan yang saat ini kurasakan padamu Mas" ucap Breena dalam hati.

Dayyan yang melihat istrinya memandangi wajahnya pun pelan pelan mendekatkan wajahnya kewajah Breena. Lalu ia mengecup bibir tipis Breena. Menyadari Breena yang hanya diam saja, Dayyan malah menempelkan bibirnya kembali dibibir Breena. Kemudian ********** dengan lembut.

Breena yang menikmati ciuman pertamanya dengan Dayyan hanya bisa memejamkan matanya dan mengalungkan tangannya dileher Dayyan. Dengan perlahan dan ragu ragu ia membalas ******* bibir Dayyan.

Dayyan yang merasakan ******* Breena yang tampak ragu dan kaku itu pun tersenyum dibalik lumatannya.

Sepuluh menit kemudian, Dayyan melepaskan ciuman mereka. Karena menyadari Breena yang mulai kewalahan membalas ciumannya.

"Manis. Mas suka" ucapnya sambil membersihkan bibir Breena dari perbuatan jahilnya tadi.

"Maaasssss" rengek Breena manja. Lalu menyembunyikan wajahnya didada bidang sang suami.

Dayyan hanya terkekeh melihat tingkah sang istri. Ia pun semakin mengeratkan pelukannya.

"Gemesin banget sih istrinya Mas ini" ucapnya gemas.

...----------------...

Di negara Jerman

Saat ini Brian beserta orang tua dan anaknya tengah menyantap makan malam mereka hasil masakan sang Mommy.

Mereka makan ditemani celotehan yang keluar dari bibir mungil milik Quin. Ia begitu bahagia malam ini karena kedatangan Oma dan Opa nya.

"Quin mau nambah lagi?" tanya Mommy Aletha.

"No Oma. Quin sudah kenyang. Lihatlah peeut Quin sudah mulai membuncit. Dan dia sudah tidak sexy lagi Oma" jawabnya.

Semua orang yang ada dimeja makan itu tertawa mendengarnya.

"Kamu makan yang banyak Bri. Biar tidak terlalu kurus seperti sekarang" ucap Mommy nya. Kemudian menambahkan lagi makanan kedalam piring anaknya.

"Oh astaga Mom. Kau ingin membunuhku? Aku juga sudah kenyang Mom. perutku sudah tidak sanggup lagi diisi makanan" protesnya.

"Habiskan Bri atau Mommy akan mogok berbicara denganmu" ancamnya yang sukses membuat Brian takut.

Setelah selesai makan malam, Brian memilih duduk dihalaman belakang mansion mewah miliknya.

Daddy Martin memilih keruang kerjanya karena ada sesuatu yang harus dikerjakannya.

Sedangkan Quinsha sang cucu memilih tidur. Dan minta ditemani oleh Omanya.

"Quin. Apa Quin mau kembali ke Indonesia dan tinggal disana bersama Oma dan Opa?" tanya Mom Aletha memulai perbincangan mereka.

"Sebenarnya Quin mau Oma kembali ke Indonesia. Tadi Quin tidak berani bilang sama Daddy. Quin takut Daddy marah Oma" jawab Quin sambil berbaring dan memeluk Oma nya.

"Kalau gitu Oma akan memaksa Daddy mu agar mau kembali ke Indonesia. Biar Oma bisa selalu dekat denganmu"

"Iya sudah ini sudah malam. Ayo tidur sayangnya Oma. Besok kita akan jalan jalan dan menghabiskan uang Daddy mu dan Opa mu sayang. Kamu mau kan?" tanya Mommy Aletha.

"Yeeeee horeee jalan jalan. Quin mau Oma. Iya ini quin tidur Oma. Selamat malam Oma Quin yang cantik" ucapnya sambil mencium pipi sang Oma.

"Selamat malam juga sayangnya Oma" Oma Aletha juga membalas mencium pipi chubby milik cucunya.

Lalu ia mematikan lampu utama dan menghidupkan lamu tidur yang ada diatas nakas sebelah kasur Quin. Kemudian ia keluar dan mencari keberadaan anaknya.