Ziva adalah seorang penulis novel romantis yang di gemari banyak orang, suatu karya nya di notis oleh seorang sutradara.
namun mereka meminta Ziva untuk menambah sosok baru untuk membuat cerita lebih menarik lagi.
dan malam itu Ziva menciptakan tokoh figuran dengan kehidupan menyedihkan,di hamili oleh antagonis pria yang tergila-gila pada protagonis perempuan.
namun karena sesuatu yang terduga keesokan harinya, Ziva malah bertrasmigrasi ke tubuh figuran itu, dan sial nya dia berpindah setelah figuran melakukan malam panas nya.
bagaimana kelanjutan kisah nya, staytune yaaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia setiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23 ketika sebuah rasa perlahan muncul
"Haus." gumam Netta pelan.
Silas dengan sigap mengambil minum dari dapur mini Netta, ia mengambil air putih lalu kembali duduk di sofa.
Dengan perlahan ia membantu Netta untuk minum, Netta menerima minuman itu karena ia haus.
"Sudah." ucap netta.
Silas meletakan gelas minum itu di meja, lalu menatap netta sendu, ia mengusap kening netta yang berkeringat.
"Aku ingin mandi. " ucap netta dengan membuka mata nya.
Ia menatap ke arah dinding, jam menujukan pukul 16:30 sore hari, ia menatap Silas yang juga menatap nya.
"Terima kasih untuk hari ini, kamu bisa pulang. " ucap netta.
Silas hanya diam, meninggal netta dalam keadaan buruk seperti ini, Silas tidak mau.
"Aku akan menginap. " ucap Silas.
"Tidak papa, aku bisa sendiri di sini. " ucap netta seolah tau jika laki-laki itu sedikit mengkhawatirkan nya.
"Bagaimana bisa kamu sendiri, bahkan untuk berdiri saja kamu tidak sanggup netta. " ucap Silas geram.
"Jangan keras kepala, setidaknya untuk kali ini. " ucap Silas.
Netta diam, ada benar nya juga ucapan Silas, lagi pula apa salah nya memanfaatkan keberadaan laki-laki itu kan.
"baiklah." ucap netta pelan.
"Kamu tidak boleh mandi dulu, luka mu masih basah. " ucap Silas.
Ia menggendong netta dan membawa nya naik ke lantai dua, di mana hanya ada kamar nya di sana.
Pemuda itu mendudukkan Netta di ranjang gadis itu, lalu ia turun mengambil baskom berisi air di kamar mandi.
Netta menatap kucing riri yang menatap nya atas ranjang kucing yang ia belikan beberapa hari yang lalu.
"Bagaimana keadaan nona. " tanya Riri.
"Aku baik, tapi alur novel nya berubah. " ucap Netta.
"Itu sudah pasti terjadi. " jelas riri.
"Apa maksud mu. " tanya netta heran.
" 'dia' mengatakan hal yang sama, kedatangan mu ke dalam novel membuat alur nya berubah. "Jelas riri.
" lalu aku harus bagaimana. "Tanya netta.
" ikuti alur nya, karena kebenarannya akan datang seiring berjalan nya waktu. "Ucap riri.
" setidaknya untuk saat ini, nona masih bisa mengikuti rencana nona. "Ucap riri lagi.
"Maksud mu, tentang Silas. " tanya netta.
"benar,fikir kan lah, alur Novel berubah karena nona datang, jadi nona bisa melakukan apapun, hanya saja itu tidak melihat nyawa nona dalam bahaya. " ucap Riri.
"Benar... Aku harus melindungi anak ku, bagaimana pun dia belum merasakan hidup di dunia, aku ingin dia bahagia. " ucap Netta sambil mengusap perut nya.
Silas yang kebetulan sudah berada di ujung tangga, terdiam mendengar ucapan terakhir Netta.
Ia mengepal kan tangan nya, hati nya sakit mendengar itu, ia merasa menjadi laki-laki brengsek sekarang.
Ia membuang nafas nya pasrah, ia berjalan naik dan mendekati Netta yang masih memegang perut nya.
"Ku bantu buka baju nya sekarang. " ucap silas pada Netta.
Gadis itu terdiam sejenak, merasa malu tentu saja, tapi kan laki-laki itu sudah melihat semua nya, sialan.
Netta menghela nafas nya lalu menganggukan kepala nya, ia membuka baju nya hingga menyisakan crop top putih ia pakai.
Terlihat dari lengan, pinggang dan punggung netta yang di penuhi memar, akibat pukulan tadi.
Silas menatap dalam tubuh gadis itu, ia tidak berpikir macam macam, hanya saja berfikir mengapa netta terluka seperti ini.
"Siapa yang melakukan ini pada mu. " tanya Silas.
"Itu bukan urusan mu. " ucap netta tanpa menatap wajah laki-laki itu.
Silas diam, ia mencelupkan kain ke dalam air, lalu dengan perlahan mengusap tangan netta dengan kain basah itu.
"Apakah itu karena perbuatan orang tua mu. " tanya Silas.
Netta diam, berfikir apakah laki-laki itu tau tentang perbuatan orang tua nya.
"Apakah benar mereka. " tanya Silas saat melihat netta diam.
"Aku bilang itu bukan urusan mu. " ucap Netta.
"Kenapa mereka melakukan ini. " ucap Silas tidak mendengar ucapan Netta.
"Dan sejak kapan, bukan nya dulu mereka menyayangi mu. " ucap Silas lagi.
Netta terdiam, jika di kehidupan nya dulu, ia tidak memikirkan lebih pasti tentang perubahan sikap orang netta.
Karena ia hanya fokus menulis alur di mana tokoh figuran itu bisa memiliki peluang masuk ke dalam alur novel yang sudah jadi nya.
Dan sekarang alur nya sudah berubah, dan ingatan yang dia dapat tadi siang, juga masih belum lengkap menurut nya.
Semua nya terlalu cepat dan membuat netta tidak fokus pada wajah orang orang yang ia temui itu.
"Hey." ucap Silas saat melihat netta melamun.
"Kamu kenapa, apakah sakit. " tanya Silas.
Netta melihat Silas yang sudah selesai mengelap tangan dan leher nya, lalu sekarang laki-laki itu sedang mengoleskan salep pada luka-luka nya.
"Tidak sakit. " ucap netta menjawab.
"Kamu masih belum menjawab ku netta. " ucap Silas menatap netta.
"Aku lapar. " ucap netta mengalihkan pembicaraan nya.
Karena jujur dia juga belum tau apa yg terjadi sebenarnya pada kehidupan Agnetta yang sebenarnya.
Tentang keluarga dan masa lalu nya, tentang apa yang terjadi setelah ia tertabrak saat itu.
Silas menatap netta dalam, kenapa gadis itu mengalihkan pembicaraan nya, namun melihat tatapan bimbang dari netta akhirnya Silas mengalah.
"Mau makan apa. " tanya Silas pada akhir nya.
"Nasi goreng saja, tapi... Boleh kah kamu yang membuat nya. " ucap Netta pelan.
Silas tersenyum mendengar itu, melihat tatapan malu-malu netta membuat Silas merasa nyaman.
"Baiklah, kamu tunggu di sini. " ucap Silas.
"Aku ikut aku ingat menonton film. " ucap netta.
Silas menggangguk saja, tapi ia berjalan menuju lemari netta mencari pakaian yang kira-kira gadis itu nyaman memakai nya.
Hingga pandangan nya jatuh pada piama panjang, ia mengambil nya dan memakai kan nya pada netta.
"Terima kasih. " ucap netta tersenyum.
Silas menganggukkan kepalanya, ia menggendong netta dan membawa nya turun ke lantai bawah.
Lalu meletakan nya di sofa, setelah ia mengambil kan gadis itu remot TV nya.
"Aku akan masak dulu, kamu diam di sini. " ucap Silas pada netta.
Gadis itu hanya mengangguk kepala nya pelan lalu menyetel TV dan menonton film kesukaan nya.
Melihat netta yang anteng, Silas akhirnya pergi ke dapur dan melihat isi kulkas gadis itu.
Ia termenung sesaat saat melihat kulkas itu yang hampir kosong, hanya ada beberapa bahan yang tersisa di sana.
"Apakah dia belum belanja. " gumam Silas.
Laki-laki itu mengambil ponsel nya, lalu menghubungi bawahan nya untuk membeli kan bahan-bahan dapur.
Lalu setelah itu, memilih memasak nasi goreng kesukaan netta, mengingat itu membuat Silas sedikit merasa nostalgia dengan masa lalu nya.
Di mana netta sangat menyukai nasi goreng buatan nya, begitu juga Robert karena kebetulan rumah mereka berdekatan waktu itu.
Silas sesekali menatap netta yang tertawa pelan melihat film di TV itu, membuat Silas juga tersenyum.
"Hati ku merasa hangat Netta, apa yang terjadi pada ku. " gumam Silas pelan.
***