Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Pesta Penyambutan
Tak bisa di pungkiri, Kaelus juga sangat sulit akan sumpah tersebut. Namun dengan semua ide brilian yang dimiliki oleh Glory, pada akhirnya saat ini dia akan lepas dari semua tanggung jawabnya sebagai seorang Ksatria Kekaisaran.
Langkah pasti yang teguh dilangkahkan oleh Kaelus bersama dengan para Kstrianya, dia di sambut oleh para petinggi Bangsawan dan mereka kembali ke kediaman Altair yang berada di kawasan Ibu Kota untuk sementara waktu, sebelum melakukan laporan di pesta yang akan digelar malam ini.
Para Bangsawan yang menyambut kedatangan Duke dari Altair itu cukup beragam, dari sosok yang memang sejak awal sudah berpihak pada Kaelus atau sosok yang dulu hanya bersikap netral saja.
Bila memang harus ada pemberontakan, maka mereka akan melindungi Kaelus dengan kemampuan mereka. Mereka sudah muak dengan semua aturan anah dan kebijakan yang terkesan hanya menguntungkan pihak Kaisar saja, dan orang-orang yang ada di belakangnya.
Alhasil, mereka akan berpindah haluan dan mencari keadilan bagi Kekaisaran Riyue. Dalam kondisi saat ini, memang sangat lah genting, bukan hanya pihak dari dalam Istana atau para Rakyat yang mulai memberontak. Namun juga ada beberapa Kerajaan kecil di samping Kekaisaran Riyue yang saat ini memilih untuk memerdekakan diri mereka sendiri, dan berpisah dari Kekaisaran Riyue.
Jelas hal itu memicu konflik yang tak berkesudahan, namun dengan hadirnya sosok takdir Riyue yang dipilih langsung oleh Kuil Agung, maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Ya itu adalah harapan para Bangsawan dan juga rakyat saat ini, Kalus beberapa kali memerintahkan bawahannya untuk tetap tenang menghadapi kondisi yang sanagat panas ini.
Meski memang dia tak suka dengan Alfaso yang selalu berbuat seenaknya, namun kondisi Alfaso sendiri juga tidaklah begitu baik.
Sejak kecil Alfaso sudah didik oleh sang Ibu untuk menjadi saingan dirinya, di didik dengan keras membuat dia amat tertekan bahkan membuat mentalnya sedikit terganggu. Namun itu bukan hanya penyebab kuat Alfaso menjadi seperti ini, karena saat dia baru saja naik tahta, sebuah keanehan sering terjadi di dalam Istana.
Menurut Kakek Kaelus, Alfaso hanyalah korban dari kebiadaban orang-orang yang berada di balik layar sesungguhnya. Itulah mengapa, saat ini Kaelus tak akan berbuat ceroboh dan membuat dirinya sendiri dalam keadaan bahaya. Selain itu, saat ini Glory juga berada di dalam Istana.
Malam akhirnya tiba, saat itu Krisan datang seorang diri mengenakan gaun indah dengan aksen hijau daun yang menawan. Banyak orang mengeluhkan penampilan Krisan saat itu, namun tak sedikit pula yang menayangkannya, karena gaun yang dikenakan Krisan harganya bahkan setara dengan harga sebuah toko.
“Kaisar Riyue, Alfaso Dwi Riyue. Bersama Permaisuri Riyue, Glory Dwi Riyue memasuki aula pesta.” Suara penjaga pintu terdengar nyaring ke seluruh penjuru aula tersebut.
Glory dan Alfaso berjalan bersamaan, tanpa pegangan tangan dan sangat terlihat bila mereka tidak akur. Itu memang sudah bukan menjadi rahasia lagi, para rakyat Ibu Kota bahkan sudah mengetahui hal itu sejak pertama kali Glory tampir sebagai pengantin di Riyue.
“Salam kepada Matahari dan Bulan Kekaisaran, berkah bagi seluruh penjuru Kekaisaran.” Ucap seluruh Bangsawan yang hadir memberikan hormat mereka.
Glory dan Alfaso terus berjalan selama para Bangsawan itu menunduk, hingga mereka akhirnya duduk di atas singgasana dan para Bangsawan akhirnya dapat mengangkat kembali kepala mereka.
“Duke Altair bersama para Kesatria Altair, Kaelus Altair memasuki Aula pesta.” Teriak lagi penjaga pintu, sontak para Bangsawan menatap ke arah pintu hingga sosok pria dengan rambut yang kini sudah rapi dan mata merah itu melangkah.
Semua mata tertuju pada Kaelus, sedangkan Glory saat itu dapat melihat kegugupan yang menimpa Alfaso. Tangan Alfaso terkepal dan sangat jelas bila pria itu tengah memendam kebencian.
“Salam saya pada Matahari dan Bulan Kekaisaran,” Kaelus menunduk, matanya tertuju pada Glory dan mereka kini saling bertatapan.
“Selamat datang di Istana Duke, berdirilah!” Glory memberikan isyarat, Alfaso kini menatap aneh pada Kaelus dan Glory. Sebagai seorang pria, intusinya berkata bila hubungan antara Kaelus dan Glory tidaklah biasa.
“Selamat datang Kak, adakah yang kau inginkan dari kemenangan yang kau dapatkan ini.”Alfaso menyeringai, namun Kaelus nampak biasa saja dan terkesan cuek, hingga membuat Alfaso merasa kesal sendiri dibuatnya.
“Saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan Paduka,” Kaelus tersenyum, semua orang terdiam mendengar percakapan kakak beradik itu.
Sedangkan itu Alfaso kini mengepalkan tangannya akibat kesal yang luar biasa, hingga akhirnya acara dansa malam itu dilakukan. Sebagai sosok Permaisuri dan Kaisar, malam itu Alfaso dan Glory tampak tak berdansa bersama.
Alfaso justru meninggalkan Glory yang masih duduk di atas singgasana Permaisurinya, dan malah menghampiri Krisan dan berdansa dengan wanita itu.
Para Bangsawan berbisik dengan ketidak adilan dan dangkalnya pengetahuan yang dimiliki Alfaso, karena mau bagaimanapun. Dansa pertama dalam sebuah pesta harus dilakukan oleh sang Tuan rumah.
kini Alfaso justru memilih Krisan sebagai partner dansanya, dan itu sudah sangat jelas menunjukkan bila Kaisar sama sekali tak menganggap keberadaan Glory.
“Mau berdansa?” Bisik Kaelus mengulurkan tangannya pada Glory, Glory terkekeh dan menerima uluran tangan itu.
Kini seluruh mata tertuju pada dua pasangan yang berdansa bersamaan itu, Glory bersama dengan Kaelus dan Alfaso justru bersama dengan Krisan.
Perbandingan mencolok juga terlihat, meski memang tubuh Kaelus terlihat kaku, namun Glory yang dapat bergerak leluasa seolah menjadikannya sebagai bintang utama.
Sedangkan Krisan yang kesal dengan keindahan dansa Glory ingin meniru, namun justru dia beberapa kali menginjak kaki Alfaso.
Dansa pertama telah usai, dan akhirnya perkumpulan sosialita terjadi dengan kubu masing-masing. Kubu dalam dunia sosialita disesuaikan dengan pangkat, jabatan dan tujuan mereka masing-masing.
Seperti kubu yang pro dengan Krisan, mereka sangat menginginkan Krisan untuk menjadi Permaisuri dan membicarakan serta menyebarkan banyak rumor buruk tentang Glory.
Mereka terdiri dari para bangsawan kecil yang memang haus akan kekuasaan, sedangkan kubu lainnya seperti kubu para Bangsawan yang menginginkan revolusi, kubu Netral dan ada juga kubu dengan maksud lainnya.
“Astaga, para ksatria dari Utara ini. Apakah kalian menikmati pestanya?” Tanya Krisan dengan wajah yang sumringah.
Para Ksatria yang merupakan bawahan dari Kaelus itu seolah tak melihat keberadaan Krisan dan mengabaikannya begitu saja, kesal merasa di abaikan. Alhasil Krisan berpindah ke arah tempat di mana dia biasanya berkumpul.
“Lady, apakah kalian menikmati acaranya?” Sapa Krisan, alhasil para wanita di sana tampak tersenyum.
“Astaga anda sedang hamil, mari duduklah.” Ajak mereka meminta Krisan duduk di salah satu tempat kosong.
“Saya mendengar bila sebelumnya pasukan Ksatria itu di tahan di gerbang Ibu Kota, apakah anda tahu siapa yang memberikan izin mereka masuk?” Bisik salah seorang di perkumpulan itu yang merasa penasaran.
“Benar, padahal mereka pahlawan perang namun justru ditahan. Bukankah tindakan itu cukup keterlaluan,” Ucap yang lainnya, merasa sudah tahu arah pembicaraan mereka akhirnya Krisan angkat suara.
“Sebenarnya, saya meminta Kaisar mencabut larangan itu.” Cicit Krisan, semua orang tersenyum.
“Anda baik sekali Nyonya Krisan, saya tak menyangka bila anda adalah sosok yang penuh welas asih seperti itu.” Tambah lagi yang lainnya, Krisan terkekeh sumbang.
Dari perkumpulan itulah, akhirnya berita mengenai Krisan yang membujuk Kaisar tersebar luas di seluruh aula pesta, Kaisar yang juga mendengar itu mengabaikannya begitu saja. Dia berpikir bila tindakan yang dilakukan Krisan tidaklah buruk, malah bagus untuk meningkatkan popularitasnya sebagai calon ibu dari Putranya.
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat