NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

"Kenapa ayah jahat?! Kenapa ayah meninggalkan aku setelah aku mengungkapkan perasaan aku? Hiks...."

Deg!

Jantung bima seolah berhenti berdetak, ungkapan dan tangisan Adel terdengar pilu, menyayat hati. Sefrustasi itukah anaknya ini, semenjak ia meninggalkannya dalam kurun waktu hampir 4 hari ini. Pria itu menoleh kearahnya, hatinya seketika dipenuhi rasa bersalah, karena, telah tega menelantarkan gadis kecil ini. Anaknya yang begitu ia sayangi dan dianggap seperti anak kandungnya sendiri selama ini.

"A-ayah! Aku cinta banget sama ayah! Tolong jangan pernah tinggalkan aku lagi, hiks..... Aku gak sanggup hidup tanpa seseorang yang aku cintai. Aku tau ini salah, tapi aku sudah terlanjur mencintai ayah, hiks......" Racau Adel terisak dengan tubuh gemetar. Menandakan bahwa dirinya memang depresi.

Bima menghela nafas berat, ia dilema disini, di satu sisi ia telah menggangap Adel sebagai anaknya, di satu sisi ia juga bingung dengan perasaannya sendiri.

Pria itu juga merasakan hal yang sama dalam beberapa hari ini, ia merindukan suaranya, kelemah lembutannya, perhatiannya, masakannya dan banyak lagi yang ia rindukan. Namun, sebisa mungkin ia menahannya, demi bisa lepas dari Adel, walaupun itu sangat sulit dan mustahil.

Tak mau berlama-lama, bima melajukan mobilnya lebih kencang, menyalip beberapa kendaraan. Butuh waktu sekitar 20 menitan untuk sampai ke rumah.

Bima membuka pintu mobil Adel, menggendong anaknya bak brydal style. Anaknya itu mengalungkan tangannya sambil meracau tidak jelas. Dengan langkah pelan namun mantap, ia berjalan.

"Sayang, aku rindu sama kamu setiap saat, kadang kerinduan ini membuatku pusing." Adel mengelus-elus rahangnya, matanya sayu. Bima melihatnya, namun pria itu membiarkannnya saja, dia tahu kalau orang mabok akan mengeluarkan isi hatinya, bima percaya dengan Adel.

Tapi ia belum bisa membalas perasaannya sama sekali. Butuh waktu lama untuk mengambil keputusan yang tepat, walaupun sudah berkonsultasi dengan arhan tidak membuatnya cepat dalam memutuskan tindakan ini.

"Kamu tau gak mas?" Suara Adel lirih, bima menoleh sekilas, penasaran. "Aku sudah lama mencintai kamu, mas! Sangat lama dari aku kecil, tapi saat itu aku masih bisa mengontrolnya, aku berusaha untuk melupakan kamu selama ini tapi terlalu sulit, semakin aku berusaha melupakan kamu, justru. perasaan ini semakin menggebu-gebu. Membuat aku sulit untuk menahannya lagi hingga aku berani mengungkapkannya dengan penuh keberanian. Tetapi, setelah aku mengungkapkannya, ekspetasi ku tidak sesuai. Kamu menolakku, mencemoohku dan menghindariku. Jujur aku sedih, memang akunya saja yang terlalu berharap, padahal. Hubungan kita ini cuman anak dan ayah ya, tapi aku malah mengharapkan hubungan romantis sama aku. Jelas-jelas itu tidak mungkin, bodoh sekali aku ini. Hiks....."

Nafas bima tersentak, hatinya mendadak sendu, matanya yang semula biasa kini mulai sayu.

"Maafin ayah, nak!" Hanya itu yang bisa diucapkan bima, bingung mau mengatakan apa lagi.

Sesampainya di kamar mandi, Bima menyalakan shower tanpa ragu. Air dingin langsung mengguyur tubuh Adel yang masih dalam keadaan mabuk. Gadis itu mengerang pelan, matanya setengah terbuka, sementara Bima tetap menahannya agar tidak terjatuh.

"Sadarlah, nak!" gumamnya lirih, tapi Adel hanya merintih, kepalanya bersandar di dada pria itu.

Adel mengerjap, kepalanya berat, napasnya berantakan. Air terus mengalir, membasahi wajah dan rambutnya. Perlahan, kesadarannya mulai kembali. Ia mengangkat kepalanya, menatap Bima dengan mata yang kini lebih jernih.

"Ayah..?" suaranya lemah, penuh kebingungan. Matanya terbelalak, perlahan ia memundurkan langkahnya, takut dengan bima yang akan memarahinya detik ini juga.

Bima menghela napas lega. "Akhirnya sadar juga." Ucapnya lega, mendekati Adel yang menggelengkan kepalanya ketakutan.

"Ayah.... Jangan hukum aku!"

"Ayah tidak akan menghukum kamu, sayang!" Bima menopang satu tangannya ditembok, mengungkung Adel. Tatapan keduanya bertemu, terkunci beberapa detik sebelum akhirnya bima berkata. "Mandilah, bersih-bersih, kamu bau alkohol!" Bima menepuk-nepuk kepalanya penuh kasih sayang, berbalik badan, segera melangkah pergi keluar kamar mandi dan menutup pintunya dengan hati-hati.

"Dia gak marah?" Gumam Adel, menggaruk tengkuknya. Ia menghela nafas lega, sejak sadar tadi ia sudah was-was, akan konsekuensinya dimarahi oleh sang ayah. Namun bima tidak memarahinya, dalam hati ia bersyukur.

Gadis cantik itu mengguyur tubuhnya dengan air dingin, membiarkan setiap tetesnya mengalir di kulitnya yang lembut. Rambut panjangnya basah, menempel di punggung dan bahunya. Ia memejamkan mata, menikmati sensasi segarnya, seolah ingin menghapus segala kelelahan dan kegelisahan yang menghantuinya dan merutuki kebodohannya sendiri terciduk oleh bima disebuah club. Suara gemericik air memenuhi ruangan, menciptakan ketenangan di tengah pikirannya yang perlahan jernih.

"Ishhh, bajunya basah lagi! Mau keluar gimana? Handuk aja gak ada! Masa tel4njang bulat? Malu dong! Kalo diliat dia!" Gerutu Adel seraya menggaruk tengkuknya. Bolak-balik kamar mandi, ide cemerlang muncul membuatnya terkekeh kecil.

"Ayah! Ayah!" Teriak Adel dari dalam kamar mandi. Tangan mungilnya menggedor pintu pelan-pelan, berharap bima menyahutnya.

"Iya del! Ada apa?" Sahut bima dari luar, berteriak membalasnya.

"Ya-yah! To-tolong ambilin handuk dong!" Pinta Adel gugup, menahan malu.

Tanpa menjawabnya, bima bergegas dan menenteng handuk. "I-ini del! Taro dimana?" Tanya bima.

Ceklek!

"Sini yah!" Ucap Adel menyembulkan tangannya, melambai-lambai memberi kode. Dengan cepat bima menyerahkannya.

"Makasih ayah!" Ucap Adel, menutup pintunya rapat-rapat.

Bima geleng-geleng kepala, ia memundurkan langkahnya, duduk ditepi ranjang. Kepalanya menunduk dalam dengan pandangan kosong.

Tak lama Adel keluar, namun bima masih hanyut dalam lamunannya. Gadis itu mengerutkan keningnya, bingung, buru-buru ia mengendap keluar kamar dan kembali lagi dengan pakaian yang sopan, duduk tepat disampingnya.

Adel menautkan kedua jarinya, deg-degan. "Ayah!" Panggilnya pelan, nyaris berbisik.

Bima terperanjat, kemudian berdehem dan menengok kearahnya. "Ada apa?" Tanya bima tersenyum hangat, tatapannya kali ini lembut.

Adel menarik napas panjang, ditatap lekat-lekat mata bima seberani mungkin. Bima yang ditatap jadi deg-degan, segera ia berdehem pelan, berusaha tetap tenang.

"Yah! Maafin aku ya,"

"Maaf untuk?"

"Untuk itu!"

"Maksudnya apa? Coba ngomong yang jelas, biar ayah gak bingung."

Adel menghembuskan nafas kasar. "Tentang aku yang ngungkapin perasaan waktu itu, aku tau ini salah dan inilah yang ngebuat ayah menghindar dari aku kan?"

Bima terdiam, menahan nafas.

"Tiga hari ini aku mencari-cari ayah kesana kemari, tapi aku gak menemukan ayah. Rasanya 3 hari tanpa ayah tuh, bikin aku depresi sampai akhirnya aku pergi ketempat itu. Aku tau ini salah, kesalahan fatal, karena telah membuat ayah kecewa sama aku untuk kedua kalinya. Maafin aku ayah! Aku akan berusaha lupain ayah, sil-"

"Ayah gak akan kecewa sama aku Del! Kamu boleh menyukai ayah, tapi hanya satu yang ayah inginkan. Menyukai seseorang boleh, gak ada salahnya menyukai dan mencintai ayah sebagai seorang pria dewasa. Cintailah seseorang dengan cara yang baik, seperti kamu mencintai diri kamu sendiri. Hanya itu yang ayah minta! Tenang aja, ayah gak akan menghakimi kamu lagi, namanya perasaan kan, gak bisa diatur sama sekali. Bener kan?" Ujar bima, bijak.

"Jadi ayah Nerima aku? Nerima perasaan aku?" Adel membekap mulutnya tak percaya dengan mata membulat sempurna.

Bima tersenyum lembut, mengusap-usap kepalanya. Penuh kasih sayang, "ayah bisa Nerima perasaan kamu, tapi. Ayah belum bisa membalasnya, maafin ayah del!"

"Gak papa yah! Adel seneng kok, yang penting diterima dulu, siapa tau nanti Nerima aku buat jadi istri!" Kata Adel tersenyum, walau sedikit kecewa.

Bima terkekeh, "pikiran kamu istri Mulu! Ngebet banget!" Canda bima. Adel yang melihat itu hatinya tampak hangat, senang dengan hubungan keduanya yang kini mulai membaik seperti sedia kala.

"Tapi salah gak yah hubungan kita ini?" Tanya Adel hati-hati.

Bima terdiam, lama. Ucapan arhan tiba-tiba berputar-putar dibenaknya, menggema tanpa henti, mengusik ketenangannya.

"Bim, hubungan lu sama dia itu gak ada salahnya, karena kalian, gak punya hubungan darah samsek disini. Kalo lu mau jalani silahkan aja, lagian dia bukan anak kandung lu, dia hanya orang asing yang lu temui dan lu rawat selama ini." Itulah ucapan arhan, beberapa hari lalu.

Bima menghela napas. Ia tahu benar maksud Arhan. Adel bukan sekadar tanggung jawab yang bisa ia jaga dari jauh. Gadis itu menginginkannya lebih dari itu bukan hanya sebagai pelindung, tapi juga sebagai seseorang yang benar-benar ada untuknya, yaitu pasangan.

"Yah kok diem?" Tanya Adel mengguncang lengannya pelan, mendesaknya memberi jawaban.

Bima tersenyum kikuk, "Gak salah, asal. menjaga batasan del! Selama kamu tau batasan dalam berhubungan, ayah gak akan menyalahkan!"

Adel manggut-manggut, dengan penuh semangat ia memeluk bima, menyandarkan kepalanya didada bidangnya. Pria itu tersentak, kaget, dengan aksi anaknya itu.

Perlahan bima mengusap-usap kepalanya penuh kasih sayang. Hatinya ikut senang ketika Adel senang juga.

"Yah! Jangan tinggalin Adel lagi ya!" Ucap Adel setelah mengurai.

Bima mengganguk pelan.

"Janji!" Adel menggulurkan kelingkingnya.

"Janji! Ayah gak akan ninggalin kamu lagi, sayang! Hanya kamu yang ayah punya. Gak ada siapa-siapa lagi!" Kata bima menautkan kelingkinya. Tak tahu saja perkataannya, sukses membuat Adel tersipu malu, hati gadis itu meleleh bagai coklat yang dipanaskan diatas wajan.

1
kalea rizuky
pergi aja lah del biar aja ayahmu nikah ma jalang di kasih berlian milih sampah
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!