NovelToon NovelToon
Gairah Presdir

Gairah Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Mafia / Lari Saat Hamil
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aak ganz

jhos pria sukses yang di kenal sebagai seorang mafia, mempunya kebiasaan buruk setelah di selingkuhi kekasih hatinya, perubahan demi perubahan terjadi dia berubah menjadi lebih kejam dan dingin, sampai akhirnya dia tanpa sengaja membantu seorang gadis mungil yang akan menjadi penerang hidupnya. seperti apakah kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

Malam itu, Joshua benar-benar tenggelam dalam gairah yang membara bersama seorang wanita yang begitu lincah di atas ranjang.

“Jooos... Aku sampaiii... Ahhhh!” erang wanita itu, napasnya tersengal dan tubuhnya gemetar hebat. Untuk ketiga kalinya malam itu, ia kembali mencapai puncak.

Dengan tatapan penuh cinta, ia menatap Joshua yang masih bergerak stabil dan mantap di atas tubuhnya. “Kamu curang, Joss... Aku sudah tiga kali, tapi kamu belum juga?” ucapnya manja, menggoda dengan bibirnya yang sedikit terbuka.

Joshua hanya tersenyum, lalu membungkuk mendekat ke telinganya. “Sabar, sayang. Aku juga menikmatinya... Aku suka yang seperti kamu.”

Beberapa gerakan kemudian, Joshua pun mencapainya. Desahan terakhirnya disertai desiran napas berat, sebelum ia membaringkan tubuhnya di samping wanita itu.

Keesokan paginya, wanita itu terbangun sendirian. Di meja samping ranjang, tersusun rapi segepok uang dan selembar catatan bertuliskan: “Terima kasih untuk malam yang menyenangkan.”

Tanpa menoleh ke belakang, Joshua meninggalkan hotel dan melajukan Ferrari-nya menuju kantor dengan percaya diri yang tak tergoyahkan.

Sesampainya di kantor, Joshua langsung memasuki ruangannya dan duduk di balik meja kerjanya yang besar dan elegan. Tak lama, pintu terbuka. Sekretaris pribadinya masuk—berpakaian ketat, tubuh ramping, dan parfum mahal yang menggoda indera.

“Hmmm, ada apa, sayang? Apa yang membuatmu masuk ke sini?” tanya Joshua santai sambil tangannya meluncur ringan membelai bokong sekretaris itu.

“Tuan, siang nanti Anda dijadwalkan makan siang bersama klien di Hotel Hip Pix,” lapornya dengan nada lembut dan profesional.

Joshua memiringkan kepala, menatapnya tajam namun penuh godaan. “Apakah ada hal lain?”

“Tidak, Tuan. Hanya itu,” jawabnya sopan.

Joshua tersenyum miring. “Kalau begitu, nanti siang temani saya. Dan malam ini... pastikan kamu kosongkan jadwalmu. Aku ingin mencicipi tubuhmu lagi.”

Sang sekretaris hanya mengangguk kecil, lalu berbalik meninggalkan ruangan. Saat ia berbalik, Joshua sempat memberikan tepukan ringan di bokongnya, membuat wanita itu menahan senyum.

Meski penuh gairah dan godaan, Joshua tetap profesional di jam kerjanya. Bagi pria seperti dia, bisnis adalah segalanya. Nafsu boleh dinikmati, tapi uang tetap nomor satu.

Tepat pukul 12 siang, Joshua dan sekretarisnya tiba di Hotel Hip Pix, tempat eksklusif penuh kemewahan yang dikenal sebagai surga tersembunyi bagi para pria berduit.

Mata Joshua langsung menangkap pemandangan yang menggoda di lobi—wanita-wanita cantik bertebaran dengan pakaian menggoda.

“Tempat ini benar-benar penuh godaan,” gumamnya sambil mempererat genggaman di pinggang sekretarisnya.

Seorang pria muda menghampiri mereka. “Tuan Joshua, klien Anda sudah menunggu di ruang VIP. Silakan ikuti saya.”

Joshua hanya mengangguk dan mengikuti pria itu. Sesampainya di depan pintu, pria itu membukakannya, dan aroma parfum mahal langsung menyeruak.

Namun yang membuat Joshua bergidik adalah pemandangan di dalam ruangan. Seorang pria tua duduk santai di sofa, sementara kepala seorang wanita berada di pangkuannya, jelas sedang melakukan sesuatu yang tak pantas.

Joshua mencibir dalam hati. "Sudah uzur, masih saja larut dalam dunia seperti ini..."

Melihat Joshua datang, pria tua itu segera menyuruh wanita tersebut pergi.

“Hai, Tuan Joshua! Senang bisa bertemu kembali. Bagaimana kabarmu sekarang?” sapa pria tua itu dengan suara berat. Dia adalah Tuan Jax—pria berpengaruh yang terkenal dengan bisnis kotornya.

Joshua menyambutnya dengan senyum tipis. “Saya baik-baik saja, Tuan Jax. Bagaimana dengan Anda?”

“Luar biasa seperti biasa,” jawab Jax dengan tawa yang menyiratkan kekuasaan dan kebejatan.

Di ruangan itulah, transaksi yang tampak seperti makan siang biasa akan berubah menjadi permainan kuasa dan kesepakatan yang tak selalu dibayar dengan uang—tetapi dengan kesetiaan, tubuh, dan kadang, darah.

“Sepertinya wanita yang bersamamu lumayan juga,” ujar pria tua itu sambil melirik sekretaris Joshua dengan senyum menggoda.

Joshua hanya membalas dengan senyum tipis. Dalam hati, ia mengumpat, "Dasar tua bangka mata keranjang... mati saja kau."

“Dia sekretaris saya,” jawabnya singkat, menahan diri.

Pertemuan bisnis itu pun berakhir setelah makan malam dan pembahasan kerja sama. Joshua kembali ke kantornya, diantar oleh sekretarisnya.

Sesampainya di kantor, sang sekretaris masuk ke ruangannya setelah dipanggil.

“Tuan Joshua, Anda memanggil saya?” tanyanya sopan.

Joshua menatapnya tajam, dingin. “Apakah sudah ada teman tidur untuk saya malam ini?” tanyanya datar, seolah itu hanya rutinitas harian.

Joshua memang seperti itu—dingin, penuh kontrol. Ia tak pernah melewatkan malam tanpa ditemani wanita, namun pilihannya harus sempurna. Wanita yang terlalu ‘terpakai’ tak akan pernah menarik perhatiannya.

“Malam ini masih kosong, Tuan,” jawab sang sekretaris tanpa ekspresi.

Joshua mengangguk pelan. “Baik. Kalau begitu, seperti biasa. Siapkan dirimu,” perintahnya lalu kembali menatap layar laptop.

Di apartemen, Joshua langsung melucuti pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk berendam. Tubuhnya rileks dalam air hangat, tapi pikirannya terjebak di masa lalu.

Dulu, Joshua adalah pria lembut, setia, penuh cinta. Hingga hari itu—hari yang menghancurkan segalanya.

Sepulang kerja, ia sempatkan membeli buket mawar, hendak memberikan kejutan untuk kekasihnya, Lina. Namun, kejutan itu berbalik menjadi tragedi. Saat membuka pintu apartemen Lina, ia mendapati kekasihnya tengah telanjang bersama pria lain di ranjang mereka.

Joshua berdiri membeku. Tanpa berkata apa-apa, ia menutup pintu keras-keras dan pergi. Hatinya hancur.

"Dasar wanita murahan... Bodohnya aku pernah mencintaimu," gumamnya pedih. "Aku bersumpah, Lina, aku tak akan pernah memaafkanmu!"

Sesampainya di apartemennya, Joshua langsung membuang semua kenangan tentang Lina. Foto, hadiah, semua ia lenyapkan. Sejak saat itu, ia berubah. Di kantor, ia menjadi pria yang dingin dan mudah marah. Untuk meredam kesepiannya, ia mencari pelampiasan pada wanita bayaran—hingga akhirnya, sekretarisnya pun masuk ke dalam daftar itu.

Joshua keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit di pinggang. Ia terkejut saat melihat sekretarisnya sudah duduk di tepi ranjang, menunggunya.

“Sayang, sudah lama menunggu? Maaf, aku tidak tahu kamu sudah di sini,” ucapnya santai, menghampiri.

Sang sekretaris tersenyum menggoda. “Tuan, apa kita bisa mulai sekarang?” bisiknya.

Joshua mengangguk. “Langsung saja.”

Wanita itu pun berlutut, perlahan membuka handuk di pinggang Joshua, lalu mulai menyentuh dan menciumi tubuhnya dengan penuh gairah. Joshua merintih pelan, menikmati sentuhannya.

“Ahhh... Kamu memang yang terbaik,” gumamnya, sembari membelai tubuh sekretarisnya, menikmati setiap inci tubuh yang kini menjadi miliknya malam ini.

Malam yang Berbeda

Keesokan malamnya, Joshua—atau Jhos, begitu ia dikenal di dunia malam—mendatangi bar milik sahabatnya, Brian. Brian sebelumnya menelpon, memberitahu bahwa bar-nya memiliki koleksi minuman baru. Jhos yang penasaran langsung meluncur ke sana, ditemani dua bodyguard setianya.

Saat ia masuk, perhatian pengunjung tertuju padanya. Tapi Jhos tetap tenang, langkahnya dingin. Brian menyambutnya ramah.

“Halo, Jhos. Selamat datang di bar kebanggaanku. Aku sudah siapkan kamar, di dalam ada Farhan dan Zidan,” kata Brian.

Jhos hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar itu. Di dalam, Farhan dan Zidan tengah bersenang-senang dengan dua wanita.

“Wih, bos datang! Apa kabar, Jhos?” sapa mereka sambil bercanda, masih sibuk dengan wanita di pangkuan masing-masing.

“Bisa tidak kalian berhenti? Jijik aku melihatnya,” ucap Jhos dingin sambil duduk di sofa.

“Yaelah, sok suci amat. Seolah kau nggak pernah begitu,” sahut Zidan santai.

Jhos mengabaikan mereka, lalu menuangkan anggur untuk dirinya sendiri.

Di kamar lain, seorang gadis bernama Nisa sedang bersama CEO bernama Jonson. Nisa terpaksa menerima tawaran menemani Jonson demi membayar uang kuliahnya.

“Sayang, sini deh,” panggil Jonson manja.

Dengan ragu, Nisa mendekat. Jonson yang sudah dirasuki nafsu langsung menarik tubuhnya.

“Apa yang kau lakukan?! Lepas!” teriak Nisa.

“Tenang, aku cuma ingin bersenang-senang,” gumam Jonson sambil menciumi lehernya.

Nisa panik, berusaha kabur. Saat melihat botol anggur, ia menghantam kepala Jonson hingga botol itu pecah. Kesempatan itu digunakannya untuk lari keluar kamar.

“Kejar dia!” teriak Jonson pada anak buahnya.

Nisa berlari, tapi dua pria menghadangnya di lorong. Ia buru-buru masuk ke kamar lain—tanpa tahu bahwa kamar itu adalah kamar Jhos.

“Lepas! Tolong!” teriak Nisa, tapi pria-pria itu menariknya paksa.

Jhos berdiri dari sofa. “Lepaskan.”

Dua pria itu menatapnya. “Jangan ikut campur, Bos. Ini urusan kami.”

Tanpa banyak bicara, Jhos langsung menghajar mereka. Pukulan demi pukulan menghantam wajah dan tubuh mereka. Farhan dan Zidan sampai melongo melihat aksinya.

Nisa langsung memeluk tubuh Jhos sambil menangis. “Terima kasih, Paman… terima kasih…”

Jhos sempat tertegun. Dada Nisa yang menempel membuat tubuhnya panas, namun ia cepat mengendalikan diri.

“Kenapa gadis ini punya tubuh seperti itu? Tapi… kenapa dia sampai ada di tempat seperti ini?” gumamnya dalam hati.

“Kamu sudah aman sekarang. Ayo ikut aku. Aku antar pulang,” ucapnya dingin.

Nisa mengikuti Jhos keluar kamar. Di lorong, Farhan dan Zidan masih bengong.

“Eh, cepat amat pergi, Jhos?” tanya Zidan.

“Ada urusan,” jawab Jhos singkat.

Di luar, Jhos menyuruh Nisa masuk ke mobilnya. Meski sempat ragu, Nisa akhirnya menurut.

“Paman, kita mau ke mana?” tanyanya pelan.

“Temani aku makan dulu. Setelah itu, aku antar kau pulang,” jawab Jhos dengan nada datar.

Nisa pun mengangguk pelan. Entah kenapa, rasa aman bersamanya mulai mengusir ketakutan di hatinya.

1
Sammai
lah Lilis mau dikemanakan jhos
Sammai
lah Lilis mau dikemanakan
partini
awal yg baguy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!