Menceritakan tentang seorang pemuda bernama Bai Chen yang bereinkarnasi ke Universe Kultivator dan ternyata ini semua tidak kebetulan begitu saja.
Bai Chen telah terjerat dengan sebuah takdir yang menentukan nasib Alam Semesta, dia akan mengetahui semuanya jeratan takdir itu ketika dia sudah mengumpulkan semua hal mengenai 'Kebenaran Dunia'.
Dengan bantuan Sistem, apakah Bai Chen akan mengetahui rahasia dibalik 'Kebenaran Dunia' itu ? Menarik untuk diketahui, apalagi ditambah dengan bumbu komedi, romansa dan pengkhianatan, jangan sampai tidak dibaca!
Salam Sistem.
Faisal Fanani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faisal Fanani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Bunuh Sheng Ni II
Bai Chen kemudian menghampiri Sheng Ni …
“Apa yang mau kamu lakukan, jangan kesini, jangan kesini” takut Sheng Ni.
“Aku tidak membunuhmu waktu di depan restoran karena aku penasaran akan sesuatu” ucap Bai Chen tanpa menghiraukan perkataan Sheng Ni.
Waktu itu Bai Chen sedang dalam mood baik dan lagi penasaran kenapa ada Ras Harimau Putih di Dunia Fana ini.
Oleh karena itu, Bai Chen seperti tidak peduli dengan hal lainnya lagi.
“Tapi, kenapa setiap aku bertemu denganmu, kamu membuat masalah padaku ?” tanya Bai Chen sambil mengeluarkan sedikit hawa membunuhnya.
“Apakah aku harus membunuhmu dulu, agar kamu tahu rasanya penyesalan dan rasa sakit atas perbuatanmu itu ?” tanya Bai Chen lagi.
“Tu.. tuan, saya mohon ampuni saya, saya tidak akan mengulanginya lagi” jawab Sheng Ni dengan sedikit tergagap.
“Mengampunimu ?” ucap Bai Chen.
“Coba, sebutkan sebuah alasan agar aku tidak membunuhmu ?” tanya Bai Chen.
“Tu..tunggu tuan” jawab Sheng Ni.
“Aku hitung sampai lima, jika masih tidak menjawab, aku akan memastikan nasibmu seperti para pengawalmu itu” sinis Bai Chen.
Disisi lain ternyata ada salah satu warga yang melaporkan kejadian itu kepada Keluarga Sheng.
Di kediaman Keluarga Sheng…
“Kurang ajar, siapa yang berani membunuh pengawal Keluarga Sheng ?” tanya Raja Kota.
“Tenangkan dulu dirimu dulu Sheng Ngi” ucap Tetua Agung.
“Bagaimana aku bisa tenang kak, ketika mendengar anakku dan para pengawalnya dipermalukan dan akan dibunuh oleh seseorang tidak dikenal ?” tanya Sheng Ngi.
“Tetap berpikirlah dengan tenang, kamu adalah Patriark sekaligus Raja Kota ini” jawab Tetua Agung.
“Anakmu itu memang suka membuat masalah, mau sampai kapan kamu akan melindungi dia ?” lanjut Tetua Agung.
“Siapa tau sekarang anakmu sedang menyinggung seseorang yang tidak boleh disinggung” lanjut Tetua Agung.
“Kamu harus hati - hati dalam mengambil keputusan” lanjut Tetua Agung lagi.
“Kakak berkata seperti itu karena kakak tidak memiliki seorang anak” jawab Sheng Ngi.
“Aku akan tetap membunuh orang itu, tidak peduli siapapun dia” tegas Sheng Ngi.
“Hmmm…” desah Tetua Agung karena sudah tidak bisa meyakinkan adiknya itu.
“Kalau begitu bawalah sisa pengawal bayangan itu semuanya serta pastikan orang yang mempermalukan keluarga kita itu mati” ucap Tetua Agung.
“Baik, kak” jawab Sheng Ngi sambil memberi isyarat pengawal bayangannya untuk keluar menemani dia menuju ke depan pelelangan.
Kembali kepada Bai Chen dan Sheng Ni…
“5, 4, 3, 2, …” hitung Bai Chen.
Tiba - tiba datang sekelompok orang yang berpakaian mirip dengan para pengawal yang dibunuh Bai Chen dan seorang lelaki tua yang memimpin sekelompok orang itu.
“Sheng Ni …” teriak lelaki tua itu sambil mengeluarkan pedangnya dan menyerang Bai Chen.
“Ay.. Ayah…” teriak Sheng Ni yang merasa lega karena ayahnya datang tepat waktu.
Bai Chen dengan sigap menahan serangan pedang itu dengan pedangnya.
Para pengawal bayangan sudah diberi instruksi untuk langsung menyelamatkan Sheng Ni terlebih dahulu.
“Hei, anak muda apa yang kamu lakukan terhadap anakku dan para pengawalku ?” tanya lelaki itu sambil terus beradu pedang dengan Bai Chen.
“Tring”
“Trangg”
“Lelaki tua jelek, apakah aku yang harus menggantikanmu untuk mengajari anakmu yang kurang ajar itu hah ?” ucap Bai Chen sambil terus menyambut serangan lelaki tua itu.
“Swoosh”
“Klanggg”
“Apa hakmu mengajari anakku tentang apa yang dilakukannya ?” tanya lelaki tua itu.
“Heeehhh, ternyata anak sama ayah sama saja” ucap Bai Chen.
‘Kalau dipikir - pikir iya juga ya, emang siapa lagi yang mengajarkan sifat itu ke anaknya kalau bukan ayahnya’ batin Bai Chen sambil bangga karena telah memahami peristiwa di hadapannya ini.
Bai Chen masih menahan kekuatannya, sekarang dia ingin menerapkan dan melatih gaya berpedangnya melawan si lelaki tua itu.
“Diam, kau bocah, berikan kepalamu sini, aku akan memotongnya” ucap lelaki tua itu.
“Bboom”
“Trangg”
Orang - orang sudah menyingkir dari area yang sekiranya akan digunakan mereka berdua bertarung.
Lang Ge si manajer pelelangan, yang memiliki ranah kultivasi sama seperti Patriark Sheng ini sedang ada di Paviliun Gorila Darah yang ada di bagian utara kota.
Seharusnya Lang Ge yang menghentikan pertarungan ini atau bangunan pelelangan ini hanya akan menjadi puing - puing nantinya.
Tapi Lang Ge sudah terlanjur senang karena bawahannya memberikan informasi mengenai asal usul Bai Chen.
Dalam informasinya tersebut Bai Chen ini adalah cucu dari salah satu orang yang mengutang kepada Paviliun Gorila Merah 2 tahun yang lalu.
Bai Chen sendiri juga tidak tahu berasal dari mana dan bisa dipastikan tidak ada marga Bai di Benua Tengah ini.
Kemungkinan besar, Bai Chen ini bukan siapa - siapa. Jadi aman untuk dirampok, dijarah atau mungkin diperas.
Lang Ge pun langsung memberitahukan informasi tersebut kepada Ketua Paviliun Gorila Darah.
Pertarungan antara Bai Chen dan Patriark Sheng atau lebih dikenal dengan Raja Kota itu sudah memasuki ronde penentuan …
“Bagaimana lelaki tua jelek, mau diselesaikan dengan satu serangan terakhir ?” tanya Bai Chen.
“Ah” suara kelelahan Raja Kota menahan semua pedang Bai Chen.
Raja Kota masih menutupi dengan rapi bahwa permainan pedang Bai Chen sudah jauh diatasnya, tapi karena reputasi disini juga dipertaruhkan.
Raja Kota mau tidak mau harus serius melawan Bai Chen dan seperti angin segar ketika Bai Chen menawarkan untuk menyelesaikan dalam satu serangan.
Menurut Raja Kota, kalau pertarungan ini diteruskan dia yang akan kalah karena stamina dan Qi nya sangat berbeda jauh dengan Bai Chen.
Dan Raja Kota pun menyanggupi ajakan Bai Chen untuk menyelesaikannya dengan satu serangan.
‘Meskipun stamina dan Qi mu sangat besar tapi kamu masih bocah, bagaimana bisa mengalahkan teknik dan pengalamanku yang sudah puluhan tahun ini’ batin Raja Kota yang mengolok keputusan Bai Chen itu.
“Baiklah, ayo kita selesaikan dalam satu serangan” ucap Raja Kota.
Mereka berdua sudah siap untuk menghunuskan pedangnya, mata mereka juga sudah bertemu.
Orang yang menonton mereka berdua bertarung juga menahan nafasnya karena kejadian menegangkan ini.
Dan kemudian …
“Slash” suara tebasan pedang yang sangat ringan.
“Buk” suara kepala Raja Kota yang menggelinding di tanah.
[Selamat Master telah membunuh Kutivator Jalan Surgawi mendapatkan 1280 PP & 128 PS]
Bai Chen memenangkan pertarungan itu dan membunuh Raja Kota.
Sheng Ni sangat marah melihat itu, kemudian dia mengatakan perkataan yang sangat dibenci Bai Chen.
“Kamu membunuh ayahku, kamu kurang ajar, ibumu kurang ajar, aku akan membunuhmu” ceracau Sheng Ni.
“Bukannya tadi sudah aku ingatkan ya, untuk hanya mengolok diriku saja tanpa melibatkan keluargaku ?” senyum sinis Bai Chen.
Bai Chen melangkahkan kaki dengan cepat sampai tidak disadari oleh pengawal bayangan keluarga Sheng yang baru datang itu.
Dan tiba - tiba saja kepala Sheng Ni terlepas dari tubuhnya.
“Buk” suara kepala Sheng Ni yang jatuh.
[Selamat Master telah membunuh Kutivator Prajurit mendapatkan 40 PP & 4 PS]
“Hah, sedikit sekali, memang si Sheng Ni sampah banget, bahkan tidak akan memberikan perubahan apapun pada statusku” kecewa Bai Chen.
Bai Chen kemudian memandangi para pengawal bayangan keluarga Sheng itu. Para pengawal bayangan keluarga Sheng itu langsung memohon ampun dan berterimakasih kepada Bai Chen.
“Terimakasih Tuan Muda karena telah melepaskan ikatan kami dengan 2 manusia terkutuk ini” jawab mereka serempak.
“Kami pasrah, jika tuan muda mau membunuh kami silahkan saja, kami tidak akan menolak” jawab mereka lagi.
“Kami terpaksa melakukan semua kejahatan itu karena keluarga kita disandera tuan” ucap mereka.
“Dan jika kami tidak melakukan perintah yang terkena hukuman adalah keluarga kami” ucap mereka.
“Meskipun semua itu hanya alasan kami saja, tapi kami mohon agar tuan muda menyelamatkan keluarga kami terlebih dahulu, yang sekarang ada di penjara bawah tanah keluarga Sheng” ucap mereka lagi.
Bai Chen tidak melihat kebohongan di mata mereka dan memutuskan untuk mengecek kebenaran dari berita tersebut terlebih dahulu.
“Aku akan memikirkannya setelah melihat perkataan kalian ini benar adanya atau cuma ingin lepas dari kematian” jawab Bai Chen dengan tegas.
“Baik, Tuan Muda, kami akan mengantarkan Tuan Muda menuju kediaman keluarga Sheng agar mengetahui bahwa apa yang kami katakan adalah benar” jawab mereka.
Acara pelelangan yang sudah menjadi bahasan utama seluruh orang di kota, sekarang beralih menjadi ‘Keluarga Sheng sudah memilih lawan yang salah, sebentar lagi keluarga Sheng akan musnah dari kota ini’.
Itulah yang didengungkan orang - orang setelah melihat sendiri Raja Kota dan anaknya tewas di depan pelelangan itu.
Bai Chen dan para pengawal bayangan yang berjumlah 20 itu segera menuju ke kediaman Keluarga Sheng.