Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
ZK 4
Kal-El menyeruput kopi panasnya sembari melihat ke arah wajah cantik Zenvia yang sedikit tertutup oleh rambut panjangnya.
"Dari mana asalmu?" tanya Kal-El memulai interogasinya karena tak biasanya sang mommy mempekerjakan pelayan khusus yang sampai menginap di penthouse nya.
"Dari sebuah kota kecil di selatan," jawab Zenvia.
"Kota apa?" tanya Kal.
"Ohio," jawab Zenvia seadanya.
"Berapa usiamu?" tanya Kal.
"21 tahun," jawab Zenvia yang masih menunduk.
"Mengapa kau tak memandangku? Kau takut padaku?" tanya Kal.
Zenvia menelan ludahnya.
"A-aku hanya merasa canggung karena baru mengenalmu," jawab Zenvia pelan.
"Ikat rambutmu," ucap Kal.
"U-untuk apa?" Tanya Zenvia yang masih gugup.
"Wajahmu tertutup rambut," jawab Kal.
Lalu Zenvia menggelung rambutnya tanpa menggunakan tali rambut.
"Wajahmu seperti bangsawan. Kau benar benar seorang ART?" tanya Kal ketika melihat wajah Zenvia yang mulus dan tulang pipi yang tinggi.
"Apakah ada kriteria khusus untuk menjadi seorang ART? Apakah orang sepertiku tak boleh menjadi seorang ART??" Sahut Zenvia.
Kal-El tertawa mendengar hal itu.
"Aku akan bekerja. Nanti belikan semua kebutuhanku di supermarket seberang gedung ini. Berapa nomer ponselmu? Aku akan mengirim pesan padamu nanti," kata Kal-El sambil memberikan ponselnya pada Zenvia.
Zenvia memencet nomernya dan menyimpannya di ponsel Kal El. Lalu Kal El beranjak dari kursinya begitu juga dengan Zenvia.
"Apakah tak ada pesan antar? Aku masih tak mengenal daerah ini," ucap Zenvia karena dia menghindari untuk keluar dari penthouse.
"Kenapa? Kau tak mau ke sana? Aku akan mengganti pelayanku jika kau tak menjalankan perintahku," jawab Kal.
"T-tidak, aku hanya takut tersesat," sahut Zenvia.
Supermarket itu berada pas di seberang gedung ini. Jadi kau tak akan tersesat," jawab Kal.
Zenvia pun mengangguk karena Lesca sudah mempercayainya untuk menjaga penthouse ini.
"Kopi bikinanmu lumayan enak," kata Kal.
"Terima kasih," jawab Zenvia menunduk sopan.
Kal tersenyum tipis melihat kesopanan Zenvia dan sikap pemalunya.
Lalu Kal berjalan ke arah kamarnya.
"Tunggu," kata Zenvia.
Kal El menoleh.
"Punggungmu terluka," jawab Zenvia yang melihat luka seperti teriris di punggung Kal.
"Ya, semalam aku berkelahi. Aku lupa belum mengobatinya. Ambilkan kotak obat dan bantu aku mengobatinya," perintah Kal.
"B-baik," jawab Zenvia yang masih belum bisa bersikap santai pada majikan tampannya itu.
Lalu Kal duduk di sofa dan Zenvia segera menyusulnya ke sana.
"Jangan katakan hal ini pada mommy," kata Kal.
"Ya," jawab Zenvia menurut.
Zenvia mengobati luka itu perlahan agar Kal tak merasa sakit. Zenvia kembali meneguk ludahnya ketika tangannya menyentuh kulit punggung Kal.
Dadanya berdebar karena di berada cukup dekat dengan Kal.
"Apakah perlu ditutup memakai perban?" tanya Zenvia.
"Ya, tutup memakai plester transparan saja," jawab Kal.
"Baik," jawab Zenvia dan melakukan perintah Kal.
Lalu Kal berbalik dan mengulurkan tangannya pada Zenvia.
Zenvia melihat buku jari Kal tampak sedikit berdarah.
Zenvia tak berani bertanya dari mana asal luka itu. Wanita berambut merah itu mulai mengobati luka di tangan Kal sembari meniupnya agar Kal tak merasa perih.
Kal melihat dengan seksama wajah Zenvia yang cukup dekat dengan wajahnya.
"Dari mana kau kenal dengan mommy?" tanya Kal.
Zenvia menghentikan kegiatannya.
"Di rumah sakit. Aku pasien di sana," jawab Zenvia.
"Apa kau tak bisa membayar biaya rumah sakit?" Tanya Kal dengan asal.
"Ya, benar. Aunty menolongku dan aku yang meminta pekerjaan ini," jawab Zenvia yang kembali mengobati luka di tangan Kal.