Firda Humaira dijual oleh pamannya yang kejam kepada seorang pria kaya raya demi mendapatkan uang.
Firda mengira dia hanya akan dijadikan pemuas nafsu. Namun, ternyata pria itu justru menikahinya. Sejak saat itu seluruh aspek hidupnya berada di bawah kendali pria itu. Dia terkekang di rumah megah itu seperti seekor burung yang terkurung di sangkar emas.
Suaminya memang tidak pernah menyiksa fisiknya. Namun, di balik itu suaminya selalu membuat batinnya tertekan karena rasa tak berdaya menghadapi suaminya yang memiliki kekuasaan penuh atas hubungan ini.
Saat dia ingin menyerah, sepasang bayi kembar justru hadir dalam perutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QurratiAini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga tiga
Berbeda dengan lima tahun lalu, di mana saat itu Abraham masih terlihat seperti remaja laki-laki nakal pada umumnya. Itulah sebabnya Firda tidak lagi mengingat pria itu saat pertama kali mereka berjumpa.
Namun, pertemuan Firda dengan kedua orang tua Abraham telah mengingatkannya kembali siapa pria itu.
Jadi... Firda mengingat semuanya. Dia hanya tidak punya keberanian untuk membicarakan hal ini kepada pria yang saat ini sedang duduk santai di atas sofa sambil memangkunya.
“Ya,” Abraham mengangguk, matanya menatap lurus ke dalam mata Firda. Menyelami mata jernih itu yang senantiasa memancarkan ketulusan.
Firda... adalah gadis yang terlampau lugu dan polos untuk menghadapi kejamnya dunia ini.
“Malam itu kamu menangis, kondisimu sendiri berantakan, berlari-lari di parkiran klub malam. Tapi kamu tetap peduli padaku. Kamu benar-benar memberiku sesuatu yang tidak pernah kudapatkan dari orang lain. Ketulusan... Perhatian. Apa kamu tahu, Firda? Sejak malam itu, aku memutuskan… kamu milikku.”
Abraham menceritakan kilas balik pertemuan pertama mereka lima tahun lalu. Saat itu Firda memberikan Abraham perhatian dan kasih sayang yang sangat tulus, sesuatu yang tidak pernah Abraham dapatkan seumur hidupnya.
Anggaplah Abraham egois, tapi kenyataannya memang begitu. Sejak merasakan kasih sayang dan perhatian dari Firda, Abraham menjadi sangat terobsesi kepada gadis itu. Dia benar-benar ingin memonopoli Firda hanya untuk dirinya sendiri agar seluruh kasih sayang dan perhatian gadis itu tercurah sepenuhnya kepada dirinya!
Wajah Firda memerah, tapi kali ini karena ketakutan yang bercampur dengan perasaan hati yang menghangat. Gadis itu resmi merasa tersipu malu karena kata-kata yang begitu intens dari seorang pria yang merupakan suaminya sendiri.
“Dan sekarang, kamu benar-benar milikku,” Abraham berkata dengan nada yang dalam dan penuh keyakinan. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, Firda. Termasuk aku sendiri. Jadi jangan pernah berpikir aku akan menyentuhmu dengan cara yang buruk. Mengerti?”
Firda menatapnya dalam diam, lalu perlahan mengangguk. Meskipun hatinya masih diliputi kecemasan, ada sesuatu dalam tatapan mata Abraham yang membuatnya percaya.
Di sisi lain Firda merasa keraguan menyelinap ke relung hatinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Firda merasa dicintai. Namun... perasaan yang kini hatinya rasakan begitu sukar untuk dijabarkan.
Sementara Abraham menarik napas lega, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia memeluk istrinya itu dengan lembut, membiarkannya merasa aman dalam dekapannya. Dan pagi itu, meskipun penuh dengan ketegangan dan air mata bagi Firda, menjadi awal dari sesuatu yang lebih dalam—sebuah hubungan yang mulai terjalin di antara dua hati yang saling bertolak belakang, tapi saling terikat oleh paksaan satu pihak.
Firda tetap diam, tubuh mungilnya masih tertahan di pangkuan Abraham. Jarak antara mereka terlalu dekat, hingga Firda bisa merasakan dada bidang pria itu naik turun perlahan. Camkan, saat ini Abraham dalam kondisi bertelanjang dada dan hanya tertutupi oleh sehelai handuk di pinggangnya.
Wajar saja Firda merasakan jantungnya menggila saat ini.
Wangi maskulin khas Abraham menguar, membuat jantung Firda berdetak lebih kencang seperti akan terlepas dari sarangnya. Sungguh, perasaan hangat yang Abraham berikan dengan menyatakan perasaan cintanya kepada Firda... nyatanya tak serta-merta membuat rasa takut di dalam diri Firda kepada pria itu hilang begitu saja.
"Aku hanya ingin tahu," bisik Firda pelan, hampir tak terdengar. Matanya yang berkaca-kaca menatap lurus ke arah jari jemarinya sendiri, tak berani menatap langsung ke mata pria itu. "Jika Tuan memang menyukaiku seperti yang Tuan katakan... lalu mengapa Tuan menghilang?"
Firda menelan ludahnya susah payah. Kejadian itu terjadi lima tahun lalu, dan setelahnya mereka berdua memang benar-benar terpisah dan tak pernah bertemu lagi sejak saat itu. Dan tanda... Itu bukanlah waktu yang sebentar bagi Firda.
Jadi, jika memang Tuan Abraham tidak berbohong bahwa pria itu jatuh cinta kepada Firda sejak pandangan pertama, lalu kenapa pria itu tidak pernah lagi datang menemuinya?
Karena jujur saja... Lima tahun itu sangatlah berat bagi Firda. Siksaan, kecaman, dan hinaan semakin intens ia rasakan dari keluarganya. Jelas mereka marah besar karena tindakan nekat Firda yang memilih kabur dari klub malam setelah dijual kepada salah seorang pelanggan yang ada di sana oleh pamannya.
Jika saja Abraham ada dan datang lebih cepat mengeluarkannya dari neraka itu, maka seharusnya Firda tidak akan pernah merasakan semua penderitaan tersebut.
Mendengar pertanyaan Firda, Abraham terdiam sejenak. Tangan besarnya yang semula melingkari pinggang Firda kini perlahan membelai punggungnya, berusaha memberikan rasa nyaman. Namun, alih-alih mendapatkan rasa nyaman, sekujur tubuh Firda justru merinding seperti tersengat aliran listrik.
Firda adalah gadis yang sangat pandai menjaga kesuciannya. Respons yang dia berikan menunjukkan bahwa Abraham adalah pria pertama yang dapat menyentuhnya dengan seintens ini.
Abraham tersenyum, tapi senyuman itu justru lebih terlihat seperti seringai hewan buas yang siap menerkam mangsa.
"Aku tidak pernah berniat menghilang, Firda," ucapnya akhirnya, suaranya rendah namun penuh penekanan. "Aku dipaksa pergi oleh ayahku. Ah... lebih tepatnya dia membuangku ke London."
Firda terkejut hingga tanpa sadar mengangkat wajahnya, dan saat itulah matanya langsung bertemu pandang dengan mata kelam pria itu. "K-Kenapa beliau ingin membuangmu?"
Abraham menahan napas. Tatapan intens dari mata Firda membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan. "Sebenarnya ayahku mengirimku ke London untuk aku berkuliah di sana. Tapi apa pun itu alasannya, aku yakin sebenarnya niat ayahku hanyalah ingin membuangku, menjauhkanku dari darimu dan agar aku tidak berada di dekat keluarga Karena dia hanya menganggap aku sebagai benalu."
Abraham mendengus dengan suaranya yang berat. Dan entah kenapa... dengusan Abraham terdengar sangat menyeramkan di telinga Firda. "Seberapa keras aku menentang keputusan ayahku, bahkan berjanji akan belajar dengan serius demi tetap berada di Indonesia, tapi dia tidak mau mendengarkanku. Dia tua bangka yang sangat egois dan tidak mau mendengarkan pendapat anaknya sendiri!" tambah Abraham.
Kata-katanya itu sungguh mengganggu hati Firda. Ia yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua benar-benar merasa tidak setuju dengan pendapat pria yang kini telah menjadi suaminya itu.
Bagaimana bisa Abraham berprasangka buruk kepada ayahnya sendiri? Padahal di sini Firda melihat bahwa Tuan Tono hanya menginginkan pendidikan yang terbaik untuk putranya.
Sudut hati Firda terasa seperti dicubit oleh benda tak kasat mata. Rasanya sakit dan perih. Firda berasa Abraham benar-benar telah menyia-nyiakan kehadiran ayahnya, padahal bagi Firda yang menjadi yatim piatu sejak masih kecil... kehadiran seorang ayah sudah lebih dari cukup.
"T-tapi, Tuan... bukankah maksud Tuan Tono baik?" Firda tak dapat membendung perasaannya sendiri yang tidak setuju terhadap pendapat Abraham. Dia benar-benar ingin memprotes.