NovelToon NovelToon
Alchemist Code

Alchemist Code

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Game
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miruのだ

Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.

Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.

Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.

Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perampok Salju

Sesuai perkataan Kira, jalur pendakian memang bukanlah jalur yang mudah, karena kondisi medannya yang sering tertutupi salju tebal.

Kabar baiknya mereka belum bertemu satupun monster, maupun perampok dalam pendakian tersebut. Hal tersebut membuat Ferran dan Ines merasa senang, sedang disisi lain Kira masih tetap fokus menentukan jalan yang mereka ambil.

"Yah... Jalur ini memang jarang diambil, itu sebabnya jarang ada perampok di jalur ini!" Kira menggelengkan kepalanya pelan, melihat kakaknya yang sangat santai diikuti oleh Ines dibelakangnya.

"Tapi, tetap saja masih ada kemungkinan tuk kita bertemu perampok, jadi kita harus tetap hati-hati!-..." Kira tiba-tiba berhenti ditempatnya dan membuat Ferran heran.

"Hm... Ada apa?"

"Heh.... Baru juga dibilangin sudah ada satu yang muncul!..." Mendengar hal itu dari Kira, Ferran segera meningkatkan kewaspadaannya dan Ines disisi lain juga segera mendekat pada keduanya.

"Posisi kalian sudah kuketahui lho, tidak mau keluar?" Pertanyaan dari Kira hanya ditanggapi oleh suara siulan angin pegunungan, membuat gadis itu hanya bisa menghela nafas pelan.

Kira menarik busurnya dan menembak beberapa gundukan salju didepan mereka, awalnya tidak ada reaksi apapun. Namun beberapa saat kemudian ketika Kira mulai kesal, dan menembakkan lebih banyak anak panah.

Gundukan salju didepan mereka mulai bergerak, sesuatu terlihat keluar mengangkat gundukan salju itu. Seperti seseorang yang sengaja memakai gundukan salju itu diatasnya sebagai penyamaran.

"Ya ampun, tidak kusangka ada yang bisa mengenali penyamaran kita!..." Suara berat seorang pria terdengar bersamaan dengan salah satu gundukan salju yang diangkat.

"Cih, Scout benar-benar Job yang merepotkan!" Suara lainnya menyahut, kali ini terdengar seperti seorang wanita.

Empat orang pemain, yang sepertinya tidak memiliki niat baik akhirnya keluar dari tumpukan salju itu.

Seorang pria berbadan bongsor dengan dua buah kapak ditangannya, seorang wanita dengan pakaian Assasin yang cukup tebal tuk menghalau suhu dingin.

Seorang pemanah dengan jubah bulu menutupi seluruh tubuhnya, membuatnya sulit diidentifikasi. Dan seorang pria lainnya, dengan job sejenis penyihir terlihat juga disamping pemanah kelompok tersebut.

"Kalian seharusnya pura-pura tidak tahu, dan mungkin kami akan membiarkan kalian lolos!..." Suara yang terdengar cukup feminim itu keluar dari balik jubah tertutup si pemanah.

"Hm... Wajah itu... Bukankah kau Pill Master Ferran?" Wanita Assasin itu terlihat mengenal Ferran yang dalam kondisi membuka tudung dan topengnya.

"Wah wah wah... Sepertinya mangsa kita kali ini adalah ikan yang sangat besar ya!..." Ucap sang penyihir di kelompok itu, melihat Ferran, Ines dan Kira.

Kira melepaskan jubah bulunya yang sangat besar, mengingat jubah itu bisa mengganggunya dalam pertarungan. Ferran melakukan hal serupa, dia juga mengeluarkan senjatanya dan bersiap bertarung.

"Kakak, jangan memakai peledak ditempat seperti ini, kita bisa menganggu Avalanche Spirit yang berujung pada longsor salju!..." Kira melirik Ferran disampingnya.

"Ka-kalian benar-benar berniat bertarung?!..." Ines memang belum pernah melihat keduanya bertarung, tapu melihat kombinasi Job mereka, dia tidak berani membayangkan bagaimana cara keduanya bertarung.

"Mundurlah!" Ferran memberi tanda pada Ines, yang segera diikuti oleh gadis itu, Ines segera mundur cukup jauh agar terhindar dari pertarungan yang mungkin mengganggu perhatian Ferran dan Kira.

"Tanpa kau beritahu pun, aku sudah tahu hal mendasar seperti itu!..." Ferran berdiri di samping Kira dengan kedua tangannya memegang rantai senjatanya.

Hening sejenak diantara kedua belah pihak, sebelum akhirnya Ferran menjadi yang pertama maju dan memulai pertempuran. Kira disisi lain juga segera bergerak kesamping, yang segera dikejar oleh Assasin dari kelompok perampok itu.

"Tidak akan kubiarkan kau lari!"

"Dasar orang gila!" Pemanah di tim perampok segera menembakkan panahnya kearah Ferran, dia tak habis pikir bagaimana pemuda itu bisa seberani itu melawan tiga orang diwaktu bersamaan.

Ferran menghindari panah yang mengarah padanya dengan sangat mudah, meski salju mengurangi kecepatannya. Namun karena dasar kecepatan Ferran yang memang sudah sangat tinggi, membuat hal itu tidak terlalu berpengaruh signifikan.

Penyihir di kelompok itu segera merapalkan mantra, sedangkan pria berbadan bongsor itu juga segera menahan Ferran, yang telrihat berniat menyerang garis belakang mereka.

Ferran menghindari dua serangan kapak lawannya dengan sangat mudah, perbedaan kecepatan yang terlalu jauh jelas sangat menguntungkan Ferran disituasi itu.

"Lightning Arrow!"

"Focus Shot!"

Ferran yang menyadari serangan lanjutan dari garis belakang musuh, segera mundur dua langkah sebelum melemparkan potion berwarna hijau pada pria bongsor didepannya.

Pria itu secara refleks menyerang potion Ferran memakai kapaknya, menyebabkan gas hijau segera menyebar dengan sangat cepat, menutupi pandangan mereka yang ada disana.

Penyihir dan pemanah dari kelompok perampok itu terlihat sangat terkejut melihat hal itu, "Bukankah dia seorang Alchemist?!"

Penyihir itu segera merapalkan mantra lainnya, sedang sang pemanah terlihat cukup kebingungan karena tidak dapat melihat Ferran di tebalnya gas hijau itu.

Hingga tiba-tiba, sebuah rantai keluar dari gas hijau itu dan melesat cepat kearah sang pemanah. Bahkan penyihir dari kelompok perampok itu sekalipun, terlihat sangat terkejut dengan serangan tidak terduga itu.

Keterkejutan mereka, membuat senjata Ferran dengan mulusnya menembus perut pemanah itu hingga punggungnya. Tidak berhenti disana, rantai dari senjata itu tiba-tiba menegang.

Pemanah itu yang tidak siap dengan serangan seperti itu, gagal bereaksi tepat waktu, sehingga membuatnya terseret oleh senjata Ferran.

Pemanah itu terlihat berniat meronta, dan melepaskan senjata Ferran, sayang hal tersebut sedikit terlambat. Sebuah belati menembus tenggorokannya, diikuti dengan jantungnya yang ikut ditikam dengan belati dari arah yang sama.

Pemanah itu terjatuh ketanah dan pandangannya menghitam, disisi lain pria penyihir sebelum terlihat sangat panik melihat temannya telah dibunuh oleh Ferran.

"Sial.. Sial!! Bagaimana bisa jadi seperti ini!" Penyihir itu baru berniat melemparkan sihir lainnya kearah gumpalan gas tak jauh didepannya, saat sebuah suara membuatnya reflek menoleh.

"Neh... Kenapa tidak coba tanya pada malaikat kematian?..."

Penyihir itu menoleh kesamping, kearah sumber suara di kejauhan, tapi dia malah mendapati sebuah anak panah yang menembus kepalanya, dan membuat pandangan menjadi gelap.

Kira dikejauhan berdecak kesal, seraya memakan Pill penyembuh selagi memiliki kesempatan. Tidak jauh darinya, mayat Assasin wanita sebelum terlihat terkulai tanpa nyawa, dengan belasan anak panah penempel pada tubuhnya.

Angin dingin pegunungan bertiup, membersihkan gas hijau ulah Ferran dari wilayah pegunungan. Satu-satunya pemain dari kelompok perampok sebelumnya, yakni si pria berbadan bongsor terlihat dengan bingung menengok kesana kemari.

Barulah saat gas hijau disekitarnya menghilang itu dia menyadari, tiga temannya telah dikalahkan oleh Ferran dan Kira, membuatnya terkejut bukan main.

Satu-satunya perampok yang tersisa itu melihat kearah Kira, dan menemukan teman Assasinnya terkulai tak bernyawa dengan belasan panah, bagaikan jarum menancap ditubuhnya.

Dia lalu melihat kearah Ferran yang baru saja membersihkan noda darah dari senjatanya, menggertakkan giginya. Pria itu akhirnya mengangkat senjatanya dan tidak berniat kalah tanpa perlawanan, setidaknya dia berniat membawa salah satu dari mereka bersamanya, pikirnya.

Namun sayangnya kemampuan bertarungnya yang sangat dangkal, bukanlah lawan yang imbang bagi gaya bertarung taktikal dari Ferran dan Kira, apalagi pria itu juga menyerang dengan cara membabi buta.

Ferran dengan Agi yang sangat tinggi, tentu dapat dengan mudah menghindari setiap serangannya. Pemuda itu akhirnya hanya bisa menghela nafas panjang, setelah seluruh perampok itu dikalahkan.

Kira mengumpulkan drop item yang para perampok itu jatuhkan, mengingat perampok seperti mereka telah membunuh banyak pemain. Maka, wajar jika mereka menjatuhkan begitu banyak item, mengingat Red Tag yang mereka miliki pasti sudah sangat banyak.

Red Tag, adalah status yang didapat pemain dari membunuh pemain maupun NPC, Red Tag bisa berkembang seiring jumlah pembunuhan yang mereka lakukan. Dan saat pemain dengan Red Tag mati, maka mereka akan dikenakan pinalti berlipat, yang sangat merugikan bagi perampok.

Inestezia dengan nafas tersengal-sengal mendekati Ferran dari belakang, "Ba-bagaimana... Kalian bisa... Bertarung seperti itu?"

"Hm...? Seperti itu? Apa maksudmu?" Ferran melirik heran Ines yang datang-datang dengan nafas tersengal-sengal, main langsung tanya tanpa menunggu nafasnya pulih terlebih dahulu.

"Berapa banyak yang kami dapat jika menjual semua ini padamu?" Kira menjatuhkan tumpukan item didepan Ines.

"Tenanglah kakak, aku sudah menyimpan beberapa item yang menarik!..." Ucap Kira melihat tatapan bertanya dari Ferran.

Setelah nafasnya kembali stabil, Ines meneliti semua item yang Kira dapatkan, sebelum menawar dengan beberapa Gold.

"Heh... Kau bisa menjadi cukup dermawan juga kalau mau, ku pikir adalah orang yang sangat pelit tadinya!..."

"Selicik-liciknya rubah, mereka tetap mengenal yang namanya balas Budi lho!... Mengambil Job produksi itu, adalah hal yang berat, benar bukan?..." Ines melirik Ferran sembari menyimpan semua item yang Kira jual padanya.

"... Terserahlah apa katamu!..."

Setelah istirahat sejenak, ketiganya kembali melanjutkan perjalanan mereka. Dan selain kelompok perampok sebelumnya, benar-benar tidak ada halangan lain bagi mereka, membuat perjalanan sangat mulus.

Saat hari sudah menjelang sore, dan kira juga dapat merasakan akan datangnya badai salju dari kejauhan. Ketiganya segera bergegas mencari tempat berlindung, saat itulah Kira menyadari akan keberadaan sebuah mulut Gua yang tertutupi oleh salju.

Setelah usaha yang cukup keras, mengangkat gumpalan salju-salju tebal yang menutupi mulut gua. Ketiganya akhirnya dapat berlindung dari badai salju tepat waktu.

Gua yang Kira temukan memiliki mulut Gua yang tidak terlalu besar, namun bagian dalam dari gua tersebut benar-benar luas, hingga Kira berani membuat api unggun.

Badai Salju yang sangat besar dimulut gua seolah terasa bukan lagi sebuah ancaman, membuat Ines dapat bernafas lega sembari menghangatkan tubuhnya. Disisi lain Kira memakai api unggun untuk memasak sup bagi ketiganya, walau Ines sempat menolak hal itu.

"Apa yang membuatmu tiba-tiba tertarik dengan memasak di game ini?" Celetukan iseng dari Ferran sedikit mengejutkan Kira, membuat gadis itu tertawa kecil.

"Hm...? Ah... Haha... Tidak begitu kok, aku hanya berniat mengisi sedikit waktu luang dengan memasak!..." Ucap Kira yang masih sibuk mengaduk sup di panci.

Ferran memalingkan pandangannya mendengar jawaban Kira, dia lalu teringat dengan terusan dari Gua tempat mereka berlindung. Mengingat Gua itu sangat besar, hingga lorong Gua itu memajang cukup panjang hingga ujungnya tidak terlihat dari tempat ketiganya berisitirahat.

Ferran memandangi lorong dibelakangnya dalam diam, sebelum akhirnya mengambil senjata dan tasnya. "Aku akan memeriksa lorong ini sejenak!..."

"Hati-hati!..."

1
Dennis Rodriguez
Merasuki jiwa
Marta Quispe
Penuh emosi!
𝑪𝒉𝒆𝒓𝒓𝒚🍒✨_
Ini baru novel keren, author kudu bangga!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!