Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada yang berubah
Jhon berdiri di atas balkon yang berada di kamarnya. Tangannya menjepit sebatang rokok lalu menghisapnya secara perlahan. Jhon tersenyum ketika ia mengingat pertemuannya dengan Mentari tadi sore. Hatinya benar-benar sangat bahagia, setelah lima tahun tidak bertemu, akhirnya ia di pertemukan kembali dengan perempuan itu, perempuan yang begitu ia cintai.
Jhon menatap langit yang penuh dengan bintang, malam ini terasa begitu indah bagi Jhon, laki-laki yang sudah menemukan cintanya kembali. Bahkan senyumannya yang manis selalu saja menghiasi wajah tampannya. Meskipun sikap Mentari sangat berbeda jauh dari dulu, namun Jhon tidak memikirkannya. Yang ia pikirkan saat ini adalah, bagaiaman caranya agar hubungannya dengan Mentari bisa seperti dulu lagi.
Jhon segera mematikan sebatang rokok itu saat dirinya mengingat ucapan Mentari yang mengatakan bahwa Mentari sama sekali tidak mengenal dirinya. Jhon mengelus wajahnya yang tampan, saat ini ia butuh kaca untuk bercermin dan melihat apakah kadar ketampanannya semakin berkurang sehingga Mentari tidak dapat mengenalinya? Atau mungkin kadar ketampanannya semakin bertambah dan membuat Mentari sulit untuk mengenali dirinya.
Semakin di pikirkan semakin membuat Jhon harus menemukan kaca untuk bercermin. Jhon pun segera melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam kamarnya. Jhon berjalan menuju cermin besar yang menempel di dinding kamarnya, ia benar-benar tidak sabar untuk melihat lebih teliti wajahnya yang menurutnya masih tampan dan mempesona itu.
Jhon menghentikan langkah kakinya ketika dirinya sudah berada di depan cermin itu, Jhon perlahan mendekatkan wajahnya dengan cermin itu, ia mengelus-elus wajahnya yang masih terlihat sama seperti lima tahun yang lalu. "Sama sekali tidak berubah. Tapi kenapa Mentari tidak mengenaliku? Apakah dia hanya berpura-pura saja? Ah tidak mungkin, tidak ada kebohongan dari tatapan kedua bola matanya itu. Lalu mengapa dia tidak mengenaliku?" Jhon bertanya-tanya sendirian matanya masih menatap wajahnya dari balik cermin itu.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukkan pintu tak ia hiraukan, Jhon masih merasa sangat penasaran dan juga bingung mengapa Mentari tidak mengenalinya sama sekali? Apakah ada yang salah dengan kedua bola mata Mentari? Ah tidak mungkin, Jhon tidak melihat adanya perubahan dari sorot mata itu, lalu apa sebenarnya yang membuat Mentari bisa melupakannya?
"Jhon, mama pikir kamu sudah tidur." Ucap mama Celine dengan tiba-tiba membuat Jhon berjingkat kaget.
"Astaga, mah. Mama kenapa tiba-tiba muncul, sih." Gerutu Jhon sambil mengelus dadanya.
"Lagian kamu, mama ketuk-ketuk pintu dari tadi, kamu malah sibuk bercermin seperti perempuan saja." Ucap sang mama sambil menatap putranya itu.
"Mama.... " Ucapan Jhon tercekat di tenggorokkan ketika mama Celine kembali membuka mulutnya.
"Sudah waktunya makan malam, Jhon. Jangan bikin papamu menunggu."
"Papa sama mama makan duluan saja, aku masih belum lapar, mah."
"Tidak bisa, Jhon. Kamu harus makan sekarang, sekalian ada yang ingin mama tanyakan sama kamu." Tegas mama Celine membuat Jhon tidak bisa menolaknya.
"Mama mau tanya apa?" Tanya Jhon sambil menatap mamanya penasaran.
"Nanti setelah makan malan selesai, mama akan bertanya sama kamu, jadi sebaiknya kita turun dulu sekarang." Ucap sang mama sambil melangkahkan kedua kakinya keluar dari dalam kamar putranya itu. "Tunggu apa lagi, Jhon? Ayo cepetan keluar." mama Celine bersidekap sambil menatap putranya yang masih berdiri di tempatnya.
Jhon menghela nafasnya kemudian ia pun melangkahkan kedua kakinya menyusul sang mama keluar dari dalam kamarnya.
***
Setelah makan malam selesai, mama Celine mengajak Jhon untuk duduk di atas sofa. Mama Celine terlihat menghela nafas beratnya, ia menatap putra Satu-satunya itu kemudian berkata. "Apa benar yang di ucapkan oleh papamu, Jhon? Kamu ingin membatalkan pernikahanmu dengan Lisa?"
"Benar, mah. Aku memang ingin membatalkan pernikahanku dengan Lisa. Mama tahu kalau dulu aku ini terpaksa bertunangan dengan Lisa. Dan mama pasti alasan mengapa aku mau bertunangan dengan Lisa bukan? Jadi aku harap, kali ini mama mau mengerti perasaanku. Aku sama sekali tidak menyukai Lisa, mah." Tegas Jhon sambil menatap lekat wajah sang mama.
Mama Celine kembali menghembuskan nafas beratnya, sepertinya ia memang harus menyerah dan tidak lagi memaksakan kehendaknya yang akan membuat putranya sendiri tertekan. "Baiklah, terserah kamu saja Jhon. Tapi kalau kamu mau membatalkan pernikahan ini, mama punya syarat satu untukmu." Ucap sang mama terlihat begitu serius membuat Jhon penasaran dengan syarat apa yang akan di berikan oleh mamanya itu.
Bersambung.