Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 11
"Anda kenapa Pak Derriz?" tanya Ken saat melihat Derriz berjalan sambil meringis.
"Ah tidak apa-apa Pak Ken, tadi saya tak sengaja terpeleset," bohong Derriz.
Mana mungkin dia mengatakan jika yang melakukan hal itu adalah Izha, istrinya sendiri yang menendang adik bungsunya. Apalagi di sana ada Axcel dan juga beberapa staffnya. Derriz tak mengira jika Izha akan semarah itu. Biasanya istrinya tak akan pernah berani melawannya, tapi akhir-akhir ini setelah tahu jika Luna kembali bersamanya sikap Izha semakin berubah.
"Kok ada Mariza di sini pak?"tanya salah satu staf Derriz saya melihat keberadaan Mariza di sana.
"Mariza desain grafis yang di pilih Pak Axcel sendiri. Apa anda keberatan?" kali ini Ken menjawab.
"Ah tidak, Pak! Saya hanya bertanya saja. Karena disini sudah ada desain grafis yang terbiasa melakukan proyek besar, Bu Ghea,"jawabnya.
Sedangkan Izha menundukkan kepalanya sungkan di depan para seniornya. Setalah ini pasti akan ada desas desus yang beredar mengenai dirinya. Walau mencoba tak peduli, tapi mereka akan terus berbicara. Mariza harus menyiapkan stok sabar dan bodo amat lebih banyak lagi dalam.
"Kamu duduk di sini, siapa tadi namamu? Mariza 'kan? Aku ingin kamu mendesain seperti keinginanku! Aku ingin melihat kemanpuanmu!" panggil Axcel meminta Mariza duduk di kursi sebelahnya.
Permintaan Axcel membuat semua orang menatap tak percaya. Seorang Axcel putra Pratama meminta seorang wanita untuk duduk di sebelahnya? Hal yang tak pernah mereka kira, bukan hanya Derriz dan yang lain. Ken, asisten pribadi Axcel juga kaget. Wajah Derriz di tekuk, kesal sekali melihat istrinya duduk bersebelahan dengan pria lain.
"ck! Kamu pintar sekali cari muka. Dan mencari mangsa baru! Setelah kakek, sekarang kamu mengincar Pak Axcel! Kau fikir Pak Axcel akan tertarik kepada wanita? Kau salah jika menjadikan Pak Axcel targetmu selanjutnya, Izha!"batin Derriz dengan tangan terkepal.
Apa dia cemburu? Mana mungkin dia cemburu kepada wanita yang tak pernah dia anggap. Izha tak lebih daris sekedar wanita Matre bagi Derriz selama ini. Matanya terus awas memperhatikan istrinya dan Axcel yang sedang membuat sktsa desain yang di inginkan oleh Axcel. Bagi Derriz waktu berjalan begitu lambat. Rasanya dia ingin sekali menarik Izha dari sebelah Axcel. Apalagi mereka terlihat duduk menempel seperti itu.
"pria itu juga sepertinya modus! Malah duduk semakin mepet seperti itu! Izha juga malah senyum-senyum seperti itu. Apa dia tak sadar kalau statusnya adalah wanita beristri? Mana suaminya ada di depan hidungnya!" Derriz kembali hanya bisa membatin.
Suami? Apa benar dia baru saja mengakui dirinya suami dari Izha? Kemana saja selama satu tahun ini? Giliran istrinya dekat dengan pria yang jauh lebih tampan dan kaya darinya malah kebakaran jenggot. Selama satu tahun istrinya di anggurin.
"Jika desainnya sudah selesai langsung kirim padaku!" ucap Axcel sebelum mereka pergi dari ruangan meeting.
"Baik, Pak!" jawab Izha menunduk hormat.
"Eh kamu! Kamu menggoda Pak Axcel ya? Kenapa dia malah lebih memilih kamu menjadi desain grafis untuk proyek ini? Padahal selama ini perushaan selalu menggunakan aku!" Ghea menarik tangan Izha.
"Maaf Bu Ghea, jika anda mau protes katakan langsung kepada Pak Axcel. Dan mohon maaf saya tak seperti yang anda tuduhkan. Hanya demi pekerjaan sampai harus merendahkan diri!" jawab Izha.
Ghea menang desain grafis andalan perusahaan Dirgantara. Sehingga setiap proyek besar akan melibatkan Ghea walau sebenarnya dia tak bekerja sendiri karena semuanya di lakukan bersama dengan tim. Ghea terlihat kesal dengan jawaban Izha. Kemudian dia dan temannya mendorong Izha sampai dia tersungkur di lantai karena tak bisa menahan tenaga dua orang sekaligus.
Braaaaak
"Apa itu?" Derriz keluar dari ruangan meeting. Ghea dan temannya terlihat kaget saat melihat Derriz masih ada di sana. Dia kira Derriz pergi mengantarkan Pak Axcel. Ternyata yang pergi adalah Pak Pandu. Izha terlihat meringis kesakitan. Bahkan tangannya terluka karena terkena ujung dari meja.
"Kami tidak tahu, Pak! Dia saja yang mendrama!" jawab Ghea.
"Jangan lupa di sini ada cctv. Aku bisa melihatnya sekarang juga. Mau kalian katakan dengan jujur atau aku menghukum kalian atas perbuatan kalian ini! Aku tak akan pernah mentolelir masalah seperti ini! Apalagi ke-ke-ra-san yang kalian lakukan di kantor!" ujar Derriz sedikit meninggikan nada bicaranya.
Apalagi melihat di blazer Izha terlihat ada No-da me-rah yang berusaha gadis itu sembunyikan. Sedangkan Ghea dan temannya saling pandang, mereka tak mengira ada Derriz walau mereka memang tahu ada cctv di sana. Hanya saja staff seperti Izha tak mungkin akan melaporkan perbuatan mereka. Apalagi dia tau siapa Ghea.
"Pandu! Beri mereka berdua hukuman! Aku tak pernah menerima ke-ke-ra-san di lakukan di kantor. Apalagi hal itu terjadi karena iri masalah pekerjaan! Harusnya kalian saling support dan buktikan kemampuan kalian. Bukan seperti ini! Apalagi kamu Bu Ghea. Bukankah kau bekerja secara profesional, kenapa denganmu? Bukannya memberi contoh yang baik malah seperti itu! Bawa mereka, dan lihat rekaman CCTV pandu!" perintah Derriz.
"Baik, Pak!" jawab Pandu. Keduanya pergi bersama Pandu tanpa penolakan, apalagi melihat Derriz yang marah seperti itu.
"Terima kasih Pak Derriz. Saya permisi dulu!" ujar Izha berbalik tapi tangannya di tarik Derriz masuk ke dalam ruangannya tanpa banyak bicara.
"Obati lukamu dulu!" ujar Derriz menggulung lengan blazer yang di kenakan Izha.
"Maaf, Pak! Saya bisa sendiri. Saya akan bawa obatnya dan diobati di ruangan saya atau di toilet saja,"tolak Izha.
"Duduk!" ucap Derriz dengan nada lebih tinggi lagi membuat Izha yang akan bangkit kembali duduk.
Merasa aneh dengan Derriz yang lebih perhatian padanya. Ada apa? Kenapa dengan dia? Kenapa di saat perpisahan di depan mata, suaminya baru menunjukkan perhatian yang dia dambakan selama ini. Dia tak boleh luluh dengan perhatian dari Derriz yang tiba-tiba ini. Mungkin saja hal itu di lakukan suaminya karena merasa kasihan saja. Jangan terbawa perasaan. Justru dia harus berusaha membuang jauh-jauh perasaannya kepada Derriz.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian