NovelToon NovelToon
Bumiku

Bumiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

bumi yang indah dan tenang seketika berubah menjadi zona tidak layak huni.
semua bermula dari 200 tahun lalu saat terjadi perang dunia ke II, tempat tersebut sering dijadikan tempat uji coba bom atom, sehingga masih terdapat radiasi yang tersisa.

selain radiasi ternyata itu mengundang mahluk dari luar tata Surya Kita yang tertarik akan radiasi tersebut, karena mahluk tersebut hidup dengan memakan radiasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

muncul nya benda aneh

Di tengah hutan yang rimbun, udara bergetar penuh ketegangan. Danau Elips, yang dulunya hanya sebuah kumpulan air tenang, kini memancarkan aura aneh. Suara gemuruh berasal dari bawah air, menambah kegelisahan yang menggantung di atas kepala Chris dan Allan. Mereka berdiri di pinggir danau, mata mereka melebar saat melirik ke permukaan yang mulai bergetar.

"Ini tidak mungkin," ujar Chris, berusaha menahan napasnya. "Apa yang sedang terjadi di sini?"

Allan menatap tajam ke arah genangan air. Rasa penasaran dan ketakutan bercampur dalam dirinya. "Kau tidak merasa ini berhubungan dengan teknologi yang diambil Fury?"

Chris mengangguk, langkahnya semakin dekat ke tepi. "Seharusnya dia tidak membiarkan ini terjadi. Ini sangat berbahaya."

Keringat mengalir di pelipis Allan. "Kita harus pergi. Ini bisa menjadi bencana."

Tiba-tiba, permukaan danau memunculkan gelembung besar yang melompat dan pecah, menyebar kembang api air ke segala arah. Mereka mundur selangkah.

"Kau lihat itu?" Chris menunjuk, suara bergetar. "Apa itu?"

Dari dalam air muncul benda-benda aneh berpola geometris, bersinar dalam warna-warna neon yang tidak biasa. Dua pesawat berbentuk oval muncul perlahan-lahan, menyapu air dengan desain futuristik dan kelir yang menghipnotis.

"Pesawat alien," Allan menghela napas, terpesona. "Mereka datang untuk merespons sinyal."

"Ini lebih dari sekadar teknologi, Allan." Chris berkata, matanya tak lepas dari pesawat-pesawat itu. "Mereka bisa saja berada di sini untuk menyerang."

Sekelompok cahaya berpendar keluar dari kendaraan itu, memancarkan getaran yang membuat tulang mereka bergetar. Pesawat itu melayang rendah, suara hum misterius bergema di udara. Tekanan diciptakan sebelum suara dengung yang semakin nyaring mengisi ruang di sekitar mereka.

"Sarang ibu," suara membawa mereka kembali ke kenyataan. "Mari kita bersembunyi!"

Mereka melompat mundur ke belakang tumpukan pohon, berusaha menghindari pansaran cahaya itu. Allan menekan ponselnya, mencoba menghubungi Chris. "Kita harus segera melapor ke kamp. Ini bisa menjadi ancaman besar."

“Tapi kita juga perlu tahu siapa mereka dan apa yang mereka inginkan,” Chris berbisik, tangannya menggenggam lengan Allan. "Kita perlu lebih dekat."

Allan mencuri pandang. Beberapa alien berwarna perak dan biru melangkah keluar dari pesawat dengan gerakan luwes. Mereka terlihat rapuh tapi kuat, sebagian mengenakan pakaian tebal dan helm futuristik, wajah mereka tersembunyi dalam bayang-bayang.

"Tujuan mereka bukan untuk berperang, itu pasti," Allan melanjutkan, matanya tidak berkedip. "Mereka... terlihat seperti peneliti."

Chris intip dari balik pohon, berusaha menangkap apa yang terjadi. "Apa yang mereka bicarakan? Kita harus mendengar."

Dari kejauhan, bahasa yang aneh mengalun. Mereka berbicara dengan nada tenang, diselingi gerakan tangan. Tanpa sadar, kedua sahabat itu semakin mendekat, berusaha memahami.

"...radiasi semakin meningkat, kebutuhan akan komunikasi," seorang alien berbicara, suara lembut namun terdengar menakutkan.

Allan saling berbisik. "Mereka membahas radiasi? Apa mereka terpengaruh oleh uji coba nuklir juga?"

Chris mengangguk perlahan, bibirnya bergerak. "Mungkin mereka datang untuk memperingatkan kita."

Satu alien memegang alat kecil di tangannya, menghujam ke tanah. Cahaya berwarna-warni menyebar, memancarkan pola aneh. "Data terkumpul. Terlalu lambat untuk menghentikan siklus."

Rasa takut melingkupi Allan dan Chris. Ini jauh dari yang mereka duga. Alien tersebut mulai bergerak lebih cepat, dan pertukaran dengan gerakan tangan yang semakin cepat terlihat menandakan bahwa keadaan mendesak.

"Harus ada cara," Allan berkata. "Kita perlu menghentikan jendral dan memberikan informasi ini ke otoritas yang tepat."

"Atau, kita bisa mencoba menghubungi mereka," usul Chris. "Jika mereka datang dalam damai, kita bisa bicara."

Allan terdiam sejenak. "Kau pikir kita bisa berkomunikasi dengan mereka? Bagaimana caranya?"

"Jika kita punya satu alat untuk memancarkan gelombang pada frekuensi yang sama, mungkin mereka akan merespons."

Lanskap di sekitar mereka seolah mengalir dalam keangkuhan. Semua ini bisa menjadi keputusan besar. Chris menarik nafas dalam, berusaha memberi semangat pada Allan. "Ini bukan saatnya mundur. Kita harus mencoba."

Ketika mereka kembali memperhatikan, alien yang lebih besar berdiri dengan postur tegap. Dia menunjukkan gelombang cahaya yang bergerak ke arah pesawat, menciptakan irama yang mirip dengan detakan jantung.

Allan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Oke, lakukan cepat. Kita butuh petunjuk."

Dengan langkah ringan, mereka menyelinap menghampiri alien itu. Allen mengeluarkan ponselnya, berusaha memancarkan frekuensi yang bisa dipahami. Dia menekan beberapa tombol, menyetel sedemikian rupa hingga mengeluarkan suara pelan, meniru irama.

"Semoga mereka mengerti," bisik Chris penuh harapan.

Saat gelombang suara itu menyebar, alien itu menoleh, memperhatikan gerakan mereka. Dalam sekejap, cahaya dari pesawat berkembang semakin terang, menciptakan nuansa magis yang memenuhi udara.

"Saya tahu kami tidak bisa berbahasa dengan lancar, tapi kami bukan musuh," Allan mengangkat tangannya, berusaha melakukan gerakan yang menenangkan. "Kami... hanya ingin berbicara."

Keheningan membungkam, detak jantung mereka terdengar. Alien itu menghampiri, menyentuh alat yang dipegangnya. Chime lembut memenuhi udara, memberi mereka harapan.

Allan dan Chris saling memandang, mata mereka berbinar.

"Jika mereka mengerti, segalanya bisa berubah," Chris berbisik.

Dengan gerakan lembut, alien itu berbalik, menunjuk ke arah pesawat. Kemudian, cahaya membentuk pola di langit, seperti mengorek rahasia yang terpendam di bumi.

"Semoga kita tidak terlambat," Allan menggerakan jari telunjuknya, mengikuti alur cahaya hingga ke dinginnya Danau Elips.

Berharap, mereka berharap, saat sesuatu yang lebih besar dari sekadar teknologi militer mengungkapkan tujuannya di depan mereka.

Cahaya itu membesar, mengubah malam yang gelap menjadi pemandangan berwarna-warni yang memukau. Chris merasakan getaran di tanah di bawah kakinya. Pesawat alien mulai bergetar, seperti menyiapkan sesuatu yang besar. Dia melihat Allan, keduanya tidak bisa mengabaikan suasana tegang yang kental.

"Allan, apa kita benar-benar siap untuk ini?" Chris mendesak, suara bergetar menahan ketakutan.

“Daripada jatuh ke dalam kegelapan, kita harus berani menghadapi cahaya,” jawab Allan, percayanya tumbuh meski hatinya berdebar.

Dengan dentingan logam lembut, sebuah pintu di sisi pesawat alien terbuka. Ruang yang terpampang di dalamnya bersinar dengan lampu berwarna, mengundang mereka untuk mendekat. Allan dan Chris saling bertukar tatapan, pertanyaan tergambar di mata mereka.

"Haruskah kita?" Chris meragukan langkahnya. "Kita tidak tahu apa yang menunggu di dalam."

Kedua alien itu melangkah maju, ekspresi di wajahnya tidak menunjukkan rasa permusuhan, justru sebaliknya, mereka terlihat penasaran. Salah satu alien tersebut menunjuk ke arah Chris dan Allan, mengisyaratkan agar mereka mendekat.

Allan mengambil napas dalam-dalam, memahami bahwa ini adalah kesempatan yang tak biasa. "Mari kita coba," katanya, suaranya penuh keyakinan.

Mereka melangkah perlahan ke arah pesawat yang bersinar. Saat memasuki pesawat, sensasi sejuk menyelimuti tubuh mereka. Interiornya berbeda dari apa pun yang pernah mereka lihat. Dindingnya dilapisi oleh material yang tampak mengalir, menciptakan ilusi gelombang air yang tenang.

"Ini luar biasa," Chris berbisik takjub. "Kita tidak akan pernah bisa membayangkan sesuatu seperti ini."

Aliens berpakaian pelindung berpindah dengan gesit, menunjukkan sesuatu dengan gerakan tangan mereka. Di tengah ruangan, muncul hologram berisi informasi yang berpindah-pindah dalam kecepatan tinggi, menampilkan data radiasi dan gambar peta.

"Radiasi?" Allan mengerutkan dahi. “Apakah mereka memperingatkan kita tentang dampak yang ditimbulkan oleh teknologi itu?”

Salah satu alien memindahkan tangannya, menciptakan tampilan baru. Chris melihat gambar yang menunjukkan peningkatan radiasi di sekitar Danau Elips, lari dari titik pusat ke berbagai arah. “Ini bisa menimbulkan bencana!” serunya, terkejut.

“Dalam waktu dekat?” Allan bertanya, merasa ragu. Namun dia tidak mendapatkan jawaban dari Chris karena dia pun meragukan analisis nya

1
mous
lanjut thor
Hikaru Ichijyo
Alur yang kuat dan tak terduga membuat saya terpukau.
Mưa buồn
Kalau lagi suntuk atau gabut tinggal buka cerita ini, mood langsung membaik. (❤️)
Jelosi James
Sukses selalu untukmu, terus kembangkan bakat menulismu thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!