NovelToon NovelToon
Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Konflik etika / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rurri

Mengejar mimpi, mencari kebahagiaan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, Raka harus menghadapi keadaan pahit atas dosa-dosa sosialnya, juga konflik kehidupan yang tak berkesudahan.

Meski ada luka dalam duka, ia harus tetap bersabar. Demi bertemu kemanfaatan juga kebahagiaannya yang jauh lebih besar dan panjang.

Raka rela mengulang kembali mimpi-mimpinya. Walaupun jalan yang akan dilaluinya semakin terjal. Mungkinkah semesta akan mengamini harapannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rurri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memperbaiki Diri

"Oalaah ... . Hari masih sore begini, sudah rapi saja, Raka!" seru Bagas.

"Kamu mau ke mana?" Deni mencibir.

Aku yang sedari tadi khusyu' membaca di depan teras rumah, tak merespon.

"Hmm ... . Aku tahu nih, Den." Menyindir.

"Jangan - jangan ... ," timpalnya Deni bertatapan dengan Bagas.

"Nggak usah suudzon," celetukku.

"Cie ... ." Bagas mengusik.

"Terserah kalian saja, lah," gumamku seraya kembali membaca.

Selepas isya, sesuai yang sudah dijanjikan. Seorang perempuan berjilbab putih diselimuti senyuman, turun dari sebuah kendaraan yang terparkir di depan rumah. Berjuta warna baru melaju bersama iringan langkahnya.

"Masyaallah!" seru Bagas sembari menarik Deni. "Apa aku nggak salah lihat, Den." Meremas lengan Deni.

"Coba, kamu cubit aku," pinta Deni pada Bagas.

Bagas mencubit Deni. "Bagaimana?"

"A-aduh ... . Beneran sakit." Mengerang. "Berarti ini bukan mimpi," ucap Deni menatap Bagas.

Memperhatikan tingkah mereka, rasanya ingin segera menoyor keduanya.

"Wahai Ki-sanak ... ," bisiknya Deni. "Sudah waktunya kamu beraksi." Menepuk pundakku.

"Pikiran kalian belum di sapu, yah." Menoyor Deni.

"Kamu masih normal, kan, Raka?" Deni menggerutu.

"Kalau muridnya seperti ini." Bagas bersemangat. "Setiap hari belajar, aku mau," lanjutnya Bagas.

"Aku juga!" seru Deni menatap Anjani. "Anjani terlihat berbeda sekali," tambahnya Deni.

"Diam kalian," gumamku pada Bagas dan Deni.

Langkahnya semakin dekat.

"Assalamualaikum ... ." Anjani mengucap salam.

"WAALAIKUMSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH," jawabnya Bagas dan Deni bersemangat sembari berebut menyodorkan tangan.

"Maaf, bukan muhrim." Anjani mengantupkan kedua tangan di dada.

"Upsttt ... . Hampir saja kita khilaf ya, Den." Bagas menggaruk kepalanya sendiri.

"Iya, nih." Deni menyeringai.

"Toni ke mana? Kok nggak sekalian diajak," ucapku pada Anjani.

"Sudah berangkat lagi ke Jakarta," sahutnya Anjani. "Oh, iya ... , toni tadi sempat titip salam buat Mas Raka." Nadanya lembut sengaja dibuat-buat.

"Ehem - ehem ... Mas!" seru Deni sambil menyikut badanku.

"Raka ... , tamunya suruh masuk," pekik ibu dari dalam rumah.

Detik, menit, jam, juga pagi, siang, sore dan malam adalah potongan-potongan waktu dari satu hari. Satu detik yang terlewatkan, mungkin tak bisa memberi arti. Namun, bagi para pencinta, satu detik adalah potongan waktu dari dua puluh empat jam yang sangat berharga.

Kami belajar bersama dengan sungguh-sungguh. Sesekali bersenda gurau untuk menghilangkan penat.

Malam berlalu, pagi kembali. Hari-hari, kini aku lalui dengan bebenah diri, mengingat-ingat apa yang sudah aku perbuat selama ini. Sembilan purnama pun telah berlalu begitu cepat. Kami masih menjalankan rutinan belajar bersama.

Hari ini, 16 juni 2015

Senja mulai redup seiring matahari terbenam, dan saat bintang mulai bertebaran, aku selalu mengingat semua kenangan yang telah aku jalani bersama riana. Iya, aku belum bisa melupakannya. Namun, bintang tak sanggup  menggantikan hadirnya, dia telah menjadi bagian dariku yang tak akan pernah hilang meski malam ini akan berlalu. Setiap kali malam mengucapkan selamat tinggal, itu sungguh sakit.

Seperti biasa, selepas isya, kami rutin belajar bersama, dua kali pertemuan dalam satu minggu. Membahas tiga ilmu pokok, di antaranya ilmu akidah, fiqih dan tasawuf. Di malam pertemuan yang ke tujuh puluh dua, kami bertemu dengan Bab Tazkiyatun Nafs, secara terminologi ialah memperbaiki diri atau jiwa. Memperbaiki diri atau jiwa dalam disiplin ilmu tasawuf haruslah melewati tiga metode yang saling menghubungkan. Pertama, Takhalli, menjauhkan diri dari sifat tercela. Kedua, Tahalli, mengaplikasikan rasa sabar, syukur, tawakal, cinta dan juga sifat-sifat positif lainnya. Dan yang terakhir adalah Tajalli, memaklumatkan niat dan perbuatan kita untuk dan hanya kepada Sang Maha dari Segala Maha. Pada tingkat yang terakhir ini, seseorang akan menemukan klimaks dari semua dan segala rasa bahagia yang pernah ada di bawah kolong langit, juga di dalam dimensi lain yang belum terjamak oleh kita yang masih hidup.

Lima menit setelah Anjani, Bagas dan Deni pulang.

"Duduk sini, sebentar," suruh Ibu.

Segera aku mendekat ke sampingnya.

"Ibu mau bicara." Menata ekspresi wajahnya.

"Ada apa, Ibu," ucapku.

"Ibu bingung mau mulainya dari mana, ada banyak hal yang mau Ibu sampaikan." Nadanya sendu.

"Aku punya banyak waktu untuk mendengarkan semuanya, Ibu jangan khawatir, Ibu bebas, mau memulainya dari mana saja. Aku siap mendengarkan," balasku menenangkan Ibu.

Ibu mendongakkan kepalanya sedikit ke atas.

"Ibu kenapa?" tanyaku lirih.

"Sebenarnya, Ibu nggak ingin mengatakan hal ini, Raka." Ibu menghentikan ucapannya.

Perasaanku mulai tak enak.

"Semenjak kamu di rumah, pengeluaran Ibu jadi bertambah, sedangkan pemasukan dari Bapak kamu, makin hari makin berkurang. Ibu banyak hutang di sana - sini. Ibu malu, saat ditagih. Tapi, Ibu nggak punya uang simpanan buat membayarnya." Nadanya pilu.

Mendengar keluhan dari Ibu, hati seperti tersayat pisau. Aku hanya bisa menundukan kepala, miris tak bisa berbuat apa-apa.

"Adik-adik kamu juga masih membutuhkan biaya pendidikanya." Air matanya jatuh.

Aku mulai mengingat-ingat kawan-kawanku yang pernah mengajak bekerja. "Ibu jangan khawatir, besok atau lusa, aku sudah bisa bekerja."

Ibu terus bercerita semua permasalahan, kebutuhan dan keinginannya. Itu artinya aku harus bergerak mencari pekerjaan yang sungguh-sungguh, bukan lagi pekerjaan paruh waktu.

Dari sisi lain, sepanjang jalan di kotaku, ornamen lampu-lampu besar menghiasi seluruh kota. Terang dan rame, kota yang dulu senyap menjadi hiruk. Suara sound system dari tempat-tempat hiburan malam melayang, mengambang bersama cahaya lampu yang gemerlap mencapai desa Palangkaraya, menusuk lebih dalam ke tengah-tengah desa, memasuki rumahku.

"Dengar musik itu!" seru Bapak menuding langit atap rumah. Peci hitamnya yang sudah pudar dan kusut terangkat. Badannya tetap tenang duduk di atas kursi reyot, menghadapi seribu satu problem yang Ibu gelar. "Banyak dari mereka yang sudah mengenal Allah. Tetapi, masih gemar berfoya-foya dan mabok-mabokan." Membandingkan.

Sunyi juga senyap di dalam rumah. Aku membuka lebar-lebar telingaku, mendengar dansa mereka yang riang gembira.

"Apa hubungannya dengan kondisi yang sedang kita alami." Ibu protes sambari menyekat air matanya.

"Mereka yang belum bisa mengindahkan perintahNya saja, masih diberi jaminan rejeki yang tak terbatas." Mendadak suaranya terangkat naik, melengking. "Sabarlah sedikit lagi. Ini akan berlalu." Nampak wajah Bapak tersenyum, seolah tak ada beban. Padahal aku tahu, dari fajar sampai senja tiba, Bapak menghabiskan waktunya untuk bekerja keras. Meskipun hasilnya sedikit tapi Bapak tak pernah mengeluh.

Hanya menangis yang Ibu bisa, aku berjanji dalam hati, akan ikut membantunya.

Pagi kembali bersama embun-embun yang masih menggelantung di dedaunan. Berjatuhan terkena angin silir. Meresap ke dalam tanah. Tunas-tunas baru tumbuh, mengisi hidup, menggantikan yang tua.

"Aku minta maaf, nggak bisa lagi belajar bersama kalian. Aku harus berkerja melaut," ucapku pada Anjani di sebuah warung desa.

"Ke depannya, Anjani harus bagaimana?" tanyanya Anjani manja.

"Iya, harus terus belajar," kecapku.

"Dengan siapa?" Nadanya memelas.

"Belajar itu, bisa dengan siapa saja, kamu sudah dewasa dan bisa memilih, mana yang pantas buat kamu jadikan panutan," sahutku.

"Kalau boleh jujur, sebenarnya, Anjani sangat keberatan." Suaranya ditahan. "Memangnya nggak ada kerjaan lain, yah, selain di laut. Kenapa harus ke laut?" Pandangannya menunduk, tangannya terus mencoret-coret meja di depannya.

"Banyak," celetukku datar.

"Kenapa harus kerja di laut. Apa jangan-jangan, Mas Raka sengaja mau menghindar dari Anjani." Tangannya berhenti mencoret-coret meja.

Aku menggelengkan kepala.

"Buktinya, Mas Raka mau meninggalkan Anjani." Menatap tajam.

Aku terdiam.

Anjani tiba-tiba menangis.

"Anjani ... ," ucapku lirih. "Dengar baik-baik, aku pergi ke laut untuk bekerja. Lagi pula, nanti, aku akan kembali lagi ke sini." Meraih tangannya Anjani. "Aku nggak ngerti, kenapa kamu menangis begini?"

"Anjani juga nggak tahu, kenapa Anjani menangis." Suaranya sedu-sedan. "Anjani nggak bisa ... ." Kalimatnya tertahan oleh tangisnya.

"Bicarakan saja apa yang terasa, jangan dipendam, kenapa?" tanyaku menenangkan.

"Anjani nggak tahu, harus bicara apa lagi." Anjani berdiri sejenak, berpaling dan bergegas pergi meninggalkanku.

1
sean hayati
Setiap ketikan kata author sangat bagus,2 jempol untuk author ya
sean hayati
Saya mampir thour,salam kenal dari saya
sean hayati: terima kasih sudah mau membalas salam saya,saling dukung kita ya
Rurri: salam knl juga kak 😊
total 2 replies
tongky's team
Luar biasa
tongky's team
Lumayan
tongky's team
mantap saya suka kata katanya tentang senja dan sepasang merpati
tongky's team
lanjut seru /Good/
Santi Chyntia
Ceritanya mengalir ringan dan pesan moral nya jg dapet, keren kak/Good//Heart/
Choi Jaeyi
cieeee juga nih wkwkk
Amelia
👍👍👍👍👍👍❤️❤️
Rurri
makasih kak, atas pujiannya 😊

karya² kk juga sama bagus²🌷🌷🌷
Amelia
aku suka sekali cerita nya... seperti air mengalir dan tanpa karekter yg di paksa kan👍👍👍
Jecko
Aku tersentuh/Sob/
Amelia
😚😚😚😘😘😘😘
Amelia
mantap...👍👍👍👍
Amelia
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Amelia
wkwkwk...
😅😅
Amelia
hahahaha...🤭🤭
Choi Jaeyi
selalu suka bgt sama kata tiap katanya author😭
Amelia
bagus Thor....👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
Amelia
memang itu lah realita kehidupan...yg kuat dia yg akan dpt banyak...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!