NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik Terang

"Jika kamu butuh sesuatu, katakan saja padaku, jangan sungkan", ucap Rayden sambil berjalan ke arah sofa, dia duduk di sana.

"Seharusnya kamu tidak perlu menjagaku di sini".

Rayden tersenyum tipis.

"Jangan dibahas lagi. Ingat pesan Tante Paula, kesehatanmu adalah prioritas", ucap Rayden santai.

Zareena merasa canggung di ruangan itu. Ini kali pertama dirinya harus berada satu ruangan dengan lelaki yang masih agak asing baginya.

Berbeda dengan Zareena, Rayden justru bersikap tenang dan santai. Dia sekarang memilih fokus pada gawainya untuk mengabari asisten pribadinya di kantor dan memeriksa beberapa pekerjaan yang ia terima dari Sang asisten.

Zareena melirik jam di dinding, sudah cukup siang ternyata. Dia berusaha menggerakkan tangannya untuk meraih obat yang ada di atas nakas di samping tempat tidur.

Praanggg

Zareena tidak sengaja menyenggol gelas yang juga ada di atas nakas itu.

Rayden yang sejak tadi fokus dengan gawainya mengalihkan pandangannya karena terkejut. Dia dengan sigap bangkit dari tempat duduknya dan segera menghampiri Zareena.

"Kamu tidak apa-apa?".

Rayden mengamati Zareena yang juga tampak terkejut.

"Aku baik-baik saja", jawab Zareena pendek.

"Lain kali kalau kamu butuh bantuan untuk mengambil sesuatu, katakan saja padaku, ya", respon Rayden lembut.

Dia berinisiatif untuk memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai. Zareena merasa bersalah dan tak enak hati dibuatnya.

"Tunggu sebentar", ucap Rayden pergi meninggalkan Zareena.

Tak lama, Rayden kembali masuk bersama seorang office boy. Dia memberikan perintah pada office boy itu untuk mengambil pecahan gelas yang sudah dia kumpulkan.

"Terima kasih".

"Sama-sama, Tuan. Saya permisi", ucap Sang office boy sambil lalu.

Rayden mengambilkan gelas baru di dalam lemari untuk Zareena . Dia juga menuangkan air dan memberikan gelas itu pada Zareena.

"Ini untuk kamu minum obat", Rayden menyodorkan gelas di tangannya.

Zareena menatap Rayden sebentar, "Terima kasih", ia menerima gelas itu.

Rayden masih berdiri di samping tempat tidur. Dia menunggu Zareena sampai selesai meminum obat dan vitaminnya.

"Sudah beberapa hari kamu dirawat di sini, bagaimana perasaanmu sekarang?", tanya Rayden seraya menarik kursi kosong yang ada di sampingnya.

"Aku merasa lebih baik. Terima kasih untuk pertolonganmu", ucap Zareena tulus.

"Syukurlah kalau kamu merasa lebih baik, aku senang mendengarnya", Rayden tersenyum.

"Oh ya, selama dirawat di rumah sakit ini, jika kamu menemukan atau merasakan ada yang kurang dari pelayanannya tolong katakan padaku", lanjut Rayden.

Zareena sedikit mengernyitkan dahinya.

"Haruskah?".

"Ya. Aku akan mengevaluasi kekurangan itu agar tidak terulang kembali. Semua pasien di sini berhak mendapatkan pelayanan terbaik".

"Apa ini rumah sakitmu?", Zareena jadi penasaran.

Rayden tersenyum sebagai jawaban.

"Aku mengerti sekarang", Zareena mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ini rumah sakit milik keluargaku, bukan milikku, Zareena. Dulu Daddy dan Mommy yang membangunnya. Tapi ya, rumah sakit ini belum sebesar rumah sakit milik keluarga Hawkins", terang Rayden merendah.

"Apa bedanya?. Milik kedua orang tuamu juga berati milikmu, bukan?".

Rayden tertawa mendengar perkataan Zareena.

"Tidak selalu begitu", Rayden bersikap merendah.

Zareena tersenyum, "Coba ku tebak, kamu juga pasti anak tunggal ya, sama seperti Ethan, benar bukan?".

Rayden mengerucutkan bibirnya, bergaya dengan ekspresi seolah dia sedang berpikir.

"Apa menurutmu aku terlihat seperti itu?", Rayden balik bertanya.

Zareena menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Aku bisa melihatnya dari auramu. Seorang anak tunggal dari keluarga terpandang", Zareena bertingkah seperti seorang cenayang.

Sikap Zareena membuat Rayden tertawa lagi. Dia merasa gemas melihat gaya wanita yang sedang duduk di depannya itu.

"Apa yang membuatmu yakin jika aku sama seperti Ethan?".

"Hmm ...", Zareena menopang dagunya, menatap Rayden dari atas sampai bawah.

"Apa tandanya?", tanya Rayden lagi.

"Sulit untuk aku katakan, tapi auramu itu memang sudah terlihat seperti anak tunggal".

"Ha ... ha ... ha ... aku tidak percaya kalau diriku sendiri bisa memancarkan aura seperti itu".

"Tapi tebakanku benar, bukan?. Mengaku saja".

Rayden tersenyum, dia menatap lekat ke arah Zareena.

"Ya. Tebakanmu benar. Aku dan Ethan memang sama-sama anak tunggal. Tapi rugi sekali kami memiliki orang tua kaya raya namun sangat hemat dalam memproduksi anak", seloroh Rayden tanpa malu.

Zareena agak kikuk mendengar pernyataan Rayden yang menurutnya begitu lugas.

"Bukankah itu bagus".

"Tidak juga. Dulu, aku sering merasa kesepian. Daddy dan Mommy sibuk bekerja, aku hanya ditemani pengasuh saja di rumah. Tapi setelah bertemu dengan Ethan, aku jadi punya teman meski kami baru bersahabat dekat saat sekolah menengah", kenang Rayden.

Zareena mengangguk-anggukkan kepalanya saat mendengar cerita masa kecil Rayden.

"Kamu sendiri, apakah punya saudara?".

"Tidak. Aku pun anak tunggal. Hanya saja aku tidak terlahir dari keluarga seperti kamu dan Ethan", jawab Zareena jujur.

Rayden tersenyum tipis.

"Kekayaan bukanlah ukuran kebahagiaan hidup kita, Zareena", ucap Rayden bijak.

Zareena tersenyum lagi.

"Lalu orang tuamu, bagaimana sekarang?. Apa mereka tahu kamu dirawat di sini?".

Zareena terdiam. Dia tidak segera memberikan jawaban karena setiap kali dirinya mendengar atau memikirkan kedua orang tuanya, Zareena pasti sedih.

"Kedua orang tuaku sudah tidak ada", jawab Zareena sendu.

"Maaf, aku tidak tahu", Rayden merasa bersalah dengan pertanyaannya.

"Tidak perlu meminta maaf. Tidak masalah dengan pertanyaanmu", Zareena mencoba menunjukkan senyumnya pada Rayden.

"Pasti kamu melalui masa-masa yang berat. Tapi aku yakin keluarga Hawkins sangat menyayangimu sama seperti rasa sayang kedua orang tuamu, benar begitu?", hibur Rayden.

Lagi, Zareena tersenyum. Perkataan Rayden tidak salah, Mama Paula dan Papa Robin memang sangat menyayanginya bahkan memanjakan Zareena meski mereka jarang bertemu dan keduanya tahu latar belakang keluarga Zareena.

"Terima kasih sudah bersedia menemaniku di sini. Aku tidak menyangka kita bisa berbicara sebanyak ini", Zareena mengalihkan topik pembicaraannya.

"Tidak masalah. Selama aku bisa, aku pasti akan membantu keluarga Hawkins".

***

"Bagaimana kondisi suamiku, Dok?".

"Tuan Robin mengalami tukak lambung, Nyonya. Saya akan resepkan obat untuknya".

"Ya Tuhan. Apa kondisinya baik-baik saja Dokter atau sebaiknya dirawat di rumah sakit?", Mama Paula cemas.

"Jika dalam tiga hari kondisinya tidak membaik, sebaiknya Tuan Robin dirawat di rumah sakit, Nyonya".

"Baiklah. Terima kasih banyak, Dok".

Dokter Ryan menuliskan resep dan memberikannya pada Mama Paula.

Setelah pemeriksaan selesai, Alden yang sejak tadi ada di sana mengantarkan Sang Dokter keluar.

"Pa, setelah ini Papa harus banyak beristirahat, ya", Mama Paula menatap suaminya.

"Iya, Ma. Maaf sudah membuatmu cemas".

"Sebaiknya sekarang Papa istirahat. Mama akan meminta Sam untuk membeli semua obat ini", Mama Paula menunjukkan lembar resep yang ia pegang.

Papa Robin hanya menganggukkan kepalanya lalu tertidur.

Mama Paula turun ke lantai bawah, Alden masih ada di sana.

"Sam, tolong cari dan beli semua obat ini", Mama Paula menyerahkan resep dokter pada Sam yang sedang berbincang bersama Alden.

"Baik, Nyonya. Saya permisi", Sam pergi dari hadapan Mama Paula dan Alden.

"Alden, duduklah. Aku ingin tahu perkembangan pencarian Ethan", ucap Mama Paula tanpa basa-basi.

Alden menceritakan hasil pencarian mereka selama ini pada Mama Paula.

"Berarti sudah ada titik terang, ya?", tanya Mama Paula serius.

"Ya, Nyonya. Kami berhasil menemukan saksi mata, seorang nelayan yang saat kejadian tengah menyandarkan perahunya di pinggir pulau".

"Apa yang dia katakan, Al?. Apakah dia melihat putraku?", Mama Paula semakin serius dan tertarik dengan informasi dari Alden.

"Saat itu, sa melihat sekelompok orang berlayar di lautan dan berhenti di sana untuk mengevakuasi seseorang. Kemungkinan besar orang yang dievakuasi itu adalah Ethan", Alden menyampaikan informasi terbaru yang dia dapatkan dari anak buahnya dan juga anak buah Rayden di Pulau X.

"Aku harap putraku segera ditemukan", doa Mama Paula sungguh-sungguh.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!