Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buntu Sesaat
Malam itu terasa lebih gelap dari Malam biasanya di desa tempat keluarga Kartono tinggal. Badai hujan yang baru saja reda beberapa jam lalu, meninggalkan jejak genangan air di sepanjang jalanan desa yang berlumpur.
Di dalam rumah keluarga Kartono, suasana tak kalah suram. Pak Kartono duduk di ruang tamu, wajahnya penuh kekhawatiran. Di depannya, seorang petugas pulisi, Bripka Danang, duduk dengan serius, menulis catatan di buku kecilnya. Astrid berdiri di dekat pintu, memperhatikan percakapan itu dengan hati yang gelisah.
Sementara Bu Ningsih sibuk membersihkan pecahan kaca jendela dengan semangat.
Serangan yang terjadi beberapa saat barusan telah mengguncang seluruh keluarga Kartono. Mereka bertiga semua nyaris tidak bisa menenangkan hati untuk saat ini, pikiran mereka terus-menerus memutar ulang peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi.Mereka juga takut dan cemas ini hanya awal.
Bripka Danang menghela napas panjang sebelum melanjutkan,
"Pak Kartono, apakah Anda atau keluarga memiliki dugaan siapa yang mungkin melakukan serangan ini?
"Pak Kartono menggelengkan kepalanya perlahan, "Saya tidak tahu, Pak. Sejujurnya, kami tidak pernah punya musuh, setidaknya itu yang kami ketahui, Cuma masalahnya kemarin ada seseorang yang terang- terangan mengancam kami di rumah ini! "
" Siapa, Adakah bukti ataupun saksi?
" orang itu saya kira Joni Santoso Pak , Saksinya ya kami bertiga ini."
"Bener Pak, Pak Joni mengancam, karna putri kami menolak untuk menikah dengan putranya. " Bu Ningsih ikut memberikan kesaksiannya.
"Bripka Danang menatapnya dengan penuh empati, tetapi juga dengan sedikit keputusasaan. "Masalahnya, tanpa saksi yang jelas dan bukti yang cukup, kami juga tidak bisa memproses kasus seperti ini lebih jauh. Kecuali ada bukti seperti rekaman saat Joni ini mengancam? atau ada buktii atau bisa membuktikan penyerang tadi ada hubungan dengan Joni..Nah, baru kami bisa mendatanginya untuk mengambil tindakan lebih lanjut.? "
Karena prosedurnya,kalau tidak cukup bukti, akan percuma juga kita mendatangi Joni. Yang di khawatirkan justru Joni akan menuduh Anda sekeluarga berkomplot memfitnahnya.
Jadi kami tetap akan menindak lanjuti laporan dan bukti penyerang an ini, Cuma kami juga tidak langsung bisa mengusut Joni kalau belum ada bukti keterlibatannya dengan kasus ini. Solusinya, kami akan menawarkan diri untuk lebih meningkatkan patroli di desa ini, Seperti Malam ini..kebetulan saat seseorang meminta bantuan ke kantor, untunglah kami sedang patroli di dekat sini.
Bripka Danang hanya bisa memberikan janji patroli yang lebih sering, tetapi tanpa saksi mata atau bukti yang kuat, tindakan hukum yang lebih tegas tampaknya mustahil. Setelah memberikan jaminan akan meningkatkan patroli, Bripka Danang pamit dengan nada permintaan maaf. Kepergiannya meninggalkan suasana yang semakin berat di ruang tamu keluarga Kartono.
Astrid akhirnya memberanikan diri untuk mendekati ayahnya. "Pak, kita tidak bisa diam saja.
Ini bukan hanya soal keselamatan kita, tapi juga kehormatan keluarga. Kita harus melakukan sesuatu.
"Pak Kartono mengangguk setuju, meskipun matanya menunjukkan kelelahan dan rasa tak berdaya.
"Tapi, apa yang bisa kita lakukan, Nak? Pulisi saja tidak bisa menemukan apa-apa.
Astrid memutar pikirannya dengan cepat. Tiba-tiba, sebuah nama muncul di kepalanya, nama seseorang yang pernah dia saksikan keberaniannya secara langsung. Sebuah nama yang tanpa sengaja keberadaannya seakan menjadi tampak bersinar di dalam hati Astrid. kok bisa ya? Di mana Dia bersembunyi selama ini???
.