Lahir dalam keluarga yang miskin, Artian Morph harus menelan pahitnya hidup ketika orang tuanya meninggalkan dirinya sendiri.
Pada saat dia berpikir bahwa dirinya sangat bahagia karena pacarnya berada di sisinya, semuanya hancur setelah dia mengerahkan sisa tabungan yang orang tuanya tinggalkan untuknya.
Ketika kehidupannya terjerumus dalam neraka kesedihan, orang orang mulai mencemoohnya, diperlakukan dengan kasar tanpa ada satupun yang menolongnya.
"Ahaha, apakah kematian benar benar sangat merindukanku?"
Ketika dia menyerah pada hidupnya, berniat untuk melompat dan bunuh diri dari sebuah jembatan yang sepi.
Suara yang tak manusiawi layaknya suara dari kecerdasan buatan terdengar di udara yang kosong.
«Sistem Di Aktifkan»
Roda takdir kini kembali berputar, mereka yang diatas harus segera terjatuh dan yang dibawah akan mulai merangkak untuk mendapatkan posisi yang diatas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Akhir Pelelangan
Di pelelangan itu, seluruh pengunjung terdiam dan hanya menyaksikan suara pra yang membawa acara sedang memperkenalkan barang barangnya, diikuti dengan seorang anak yang menawar semua barang itu dengan santai dan mahal.
Tiap barang yang ditawarkan akan selalu di hargai oleh seorang anak dari ruang VIP dengan harga yang setidaknya beberapa kali lipat lebih tinggi.
Mereka mulai bertanya-tanya, siapa anak yang berada di sana?
Siapa pria yang bersamanya?
Identitasnya tidak diketahui karena dari tempat mereka, ruang VIP itu sangat tertutup dan sulit melihat siapa identitas orang itu.
“Ini adalah sebuah gelas yang banyak dicari cari…..“
“88 Milyar…..!“
“……”
Selain suara, tidak ada satupun yang lainnya yang mereka ketahui. Beberapa orang mulai merasakan perasaan aneh seakan-akan sia-sia dirinya datang ke pelelangan yang seakan hanya dimiliki oleh anak dan pria itu.
Mereka mulai muak hingga seseorang dari suatu ruang VIP berteriak.
“Woi anak kecil dari ruangan VIP ke 4! Aku tidak tahu apakah kamu sombong atau bagaimana, tapi tidak bisakah kamu hentikan lelucon konyol ini dan biarkan yang lainnya juga menawar?!“
Pria itu berteriak di ruangan VIP ke sembilan belas.
“Apa salah?“ Artian berbicara mewakili Hazel.
“Tentu saja salah bukan?! Apakah kamu ingin menikmati semua ini sendirian disaat tempat ini dikhususkan untuk semua orang yang di undang?“
Artian terkekeh di dalam ruangan VIP ke empat.
Dia tidak tahu siapa yang berada di ruangan VIP ke sembilan belas. Tapi melihatnya berada di ruangan VIP, jelas identitasnya tidaklah semudah itu.
“Pelelangan adalah tempat untuk menawar suatu barang dan aku maupun anak ini cuma menawar, dimananya salah?“
Artian terdiam sejenak, kemudian melanjutkan dengan tersenyum sinis.
“Bukankah itu tujuan pelelangan? Hanya karena kamu dan para elit lainnya mengubahnya, tidak membuat tempat ini menjadi tempat untuk bersenang-senang kalian. Aku menginginkan barang maka aku menawar dan membelinya, apakah kamu bahkan tidak bisa memikirkan hal ini sedikit saja? Apa otakmu bodoh?“
Artian tertawa kering.
Orang yang berada di ruangan VIP ke sembilan belas itu terdiam. Entah reaksi macam apa yang dia buat, Artian sama sekali tidak peduli akan hal itu.
Tapi, Artian jujur saja cukup penasaran.
Artian kemudian menekan bel untuk memanggil seorang pelayan. Bel itu berdering dengan keras sebelum akhirnya seorang pelayan tiba.
“Ya, tuan?“
“Siapa yang berada di ruangan VIP ke sembilan belas?“
Pelayan itu terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab:
“Ah, dia tuan muda dari keluarga Wijra, anak sulung tuan Gerrard Wijra.“
Mata Artian sedikit melebar, kemudian kembali membentuk bulan sabit dengan lembut.
'Ini….. menarik bukan?'
Artian bergumam di dalam hatinya.
Siapa sangka Artian akan langsung berhadapan dengan keluarga Wijra setelah masuk ke pelelangan ini?
Keluarga Wijra sendiri adalah salah satu keluarga yang diketahui telah mencari Hazel dengan berbagai cara.
Keluarga mereka juga dikenal dengan sangat buruk karena tiap seseorang menyinggung mereka, keluarga itu tidak akan berhenti hingga berhasil melakukan balas dendamnya.
Tentunya sama seperti keluarga lainnya, keluarga Wijra hanya tunduk kepada mereka yang berada di atasnya.
Artian menyuruh pelayan itu kembali kemudian dia tenggelam dalam renungannya.
***
Setelah itu, pelelangan kemudian berakhir dengan Hazel yang membeli semua produk pelelangan tanpa menyisakan satupun.
Artian sendiri tidak memiliki kekhawatiran sama sekali meski harus mengeluarkan sangat banyak uang.
Lagipula, kekayaan Artian sendiri sudah terlalu banyak hingga Artian sendiri sulit menghitungnya.
Setelah menerima dividen dari saham yang dia miliki, kekayaan Artian mencapai ratusan triliun dan kekayaan itu telah dilipatgandakannya oleh sistem hingga mungkin telah menembus ribuan triliun.
Artian bahkan tidak perlu repot-repot mengeceknya.
Karena standar pelelangan yang juga senang melihat para elit yang memamerkan kekayaannya, mereka membuat tiap orang yang menawar dan memenangkan pelelangan akan membayar langsung diatas panggung.
Artian sendiri tidak masalah ketika dia turun bersama Hazel menuju ke atas panggung. Setelah ini, beberapa orang mungkin akan curiga kepada Hazel.
Tapi tidak masalah, lagipula Artian sudah menebak jika tujuannya mungkin sudah tercapai.
“Um….. tuan, haruskah kita membayarnya secara terpisah?“
Pria pembawa acara itu menggaruk bagian belakang kepalanya dengan ragu jika Artian bisa membayar semua itu hingga lunas.
Namun, Artian hanya tersenyum.
“Akan kubayar semuanya, sebutkan saja totalnya.“
Pria itu terlihat ragu, tapi dia menyuruh seorang pelayan di sampingnya untuk menyebutkan seluruh tagihan.
Sejumlah tujuh belas baranh telah muncul sebagai produk pelelangan kali ini. Hazel menawar semua barang itu dengan harga tinggi, jadi Artian tidak akan heran jika harganya akan sangat tinggi.
“Total tagihannya adalah 4 triliun tuan, itu adalah harga jika tagihannya di bulatkan, untuk beberapa lebihnya, kami akan menganggapnya sebagai diskon.“
Pihak pelelangan sudah jelas menerima keuntungan yang sangat tinggi karena Artian telah menawar semua produk mereka dengan harga yang sangat mahal.
Jadi, untuk memberi Artian sedikit diskon, mereka tidak akan rugi sama sekali. Artian juga tidak ambil pusing dan hanya mengangkat bahunya sambil membayar.
Pembayaran itu kemudian berhasil.
Pria pembawa acara maupun pelayan penghitung tagihan itu telah terdiam dengan wajah yang terkesiap.
“Uh.. ini..“
Pembawa acara itu dengan canggung mendekatkan mulutnya di mic kemudian dia menatap Artian dengan tatapan kagum.
“Transaksi sudah selesai dengan lunas tanpa masalah, semuanya! Tolong jangan berkecil hati jika kalian tidak mendapatkan apapun.. hahaha, selanjutnya, kami akan kembali dengan lebih banyak barang. Dengan itu, pelelangan ini berakhir.“
***
Pelelangan telah berakhir hanya dengan Artian dan Hazel sebagai pelanggan.
Di perjalanan sebelum pulang, Artian berdiri di koridor. Dia menunggu seseorang, menunggu seseorang yang mungkin sedang mencarinya.
“Bajingan!“
Saat itu, Artian mendengarkan suara seseorang yang dia tunggu. Seorang pria yang suaranya sangat mirip dengan apa yang dia dengar di ruangan VIP sembilan belas.
Seorang pria dengan kulit yang agak gelap lalu memiliki rambut cokelat. Wajahnya terlihat sangat kasar seakan-akan dia memang terlahir sebagai seorang penjahat.
“Apa aku harus memberi salam?“
Artian bertanya dengan nada santai dan tersenyum.
Pria itu, anak langsung dari Gerrad Wijra memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Artian.
“Kamu! Apa maksudmu tentang yang tadi?! Apa kamu bermain-main denganku?!“
Sekali lagi permainan anak anak yang dilancarkan oleh para pewaris bodoh dari keluarga elit.
Artian mendengus kesal dan tidak memperlihatkan emosi yang berarti. Dia benar benar sudah bosan dengan adegan klise ini.
“Apa? Apa kamu marah? Aku hanya mengatakan faktanya bukan?“
Saat itu, pria itu mengatupkan bibirnya dengan keras, dia mengepalkan tangannya.
“Akan kubuat kamu mengerti dengan apa artinya menyinggungku!“
Pria itu mengangkat tangannya dan mencoba memukul Artian, tapi sebelum sempat melakukan itu, pria itu merasakan tubuhnya tiba tiba terbalik entah bagaimana.
Saat pria itu menyadarinya, semua sudah terlambat.
—Gedebuk…!!!!
Tubuh pria itu terjadi dengan suara gedebuk yang keras. Artian hanya mengerahkan sedikit kekuatannya untuk menendang betis pria itu, tapi dengan mudahnya pria itu roboh.
Artian tersenyum sinis.
“Kau maupun keluargamu benar benar sama bodohnya.“
Setelah itu, Artian beranjak pergi.
***
Note: mungkin nanti malam tambah satu bab lagi kalau gak sibuk.