agung seorang pemuda dari kalangan biasa yang baru saja menyelesaikan kuliah S-1 nya,.
agung terus bermimpi bisa meraih kesuksesan meskipun dia bukan anak bangsawan maupun hartawan.
untuk mewujudkan mimpinya agung terus berjuang dengan otak dan ototnya.
disaat berjuang untuk meraih mimpinya, agung jatuh cinta pada seorang gadis bernama Fika.
ketika agung menyatakan cintanya, dilema kehidupan muncul, karena Fika mengatakan dia akan menerima cinta agung asal agung akan melamar fika secepatnya.
pilihan antara cinta atau cita-cita harus ditentukan ......
dan perjalanannya untuk menggapai cinta dan cita-citanya harus menempuh liku-liku yang terkadang menegangkan
bahkan dia terkadang harus bertarung menggunakan ilmu silat warisan almarhum ayahnya.
dan Agung juga bertemu dengan orang-orang karena dia mereka dengan ilmu pengobatan tradisional warisan almarhum ayahnya.
maaf cerita ini adalah cerita fiksi jika ada persamaan nama atau tempat itu hanya kebetulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menolong profesor Julian
"sebaiknya untuk menghemat waktu kalian maju saja semua"
Sembilan orang yang tersisa terlihat marah namun muncul sedikit rasa takut di hati mereka
setelah saling memandang dan menguatkan hati mereka untuk menghilangkan rasa takut pada Agung, mereka sepakat akan menyerang Agung secara bersamaan,
"ayo kita serang bersama" ucap salah seorang diantara mereka
"hiiiaaat.....hiiiaaat....hiiiiaaat...."
Terdengar suara keras dari mulut sembilan orang preman yang sedang melancarkan serangan pada Agung Agung secara bersamaan.
Namun sayangnya lawan mereka saat ini adalah Agung, orang yang telah berlatih silat khusus dan dilatih dengan keras oleh almarhum ayahnya sejak dia berusia lima tahun.
Serangan mereka tentunya tidak ada apa-apanya di mata Agung, bukannya menghindar atau menangkis Agung langsung melancarkan pukulan kepada sembilan orang preman yang menyerangnya.
"duuuk...duuuukk....duuukkk..."
Benturan pukulan antara pukulan Agung yang menghadang serangan lawan-lawannya dengan pukulan dan tendangan yang dilancarkan 9 orang preman"
"aaakkkhhh....aaakkkhhh....aaakkkhhhh..."
Jeritan menyayat hati terdengar dari mulut sembilan preman, karena kaki dan tangan mereka yang beradu dengan pukulan dan tendangan yang dilancarkan oleh Agung telah patah.
" apakah aku perlu memanggilkan ambulance untuk kalian? Tapi sebelum ambulance nya datang aku akan mematahkan semua tulang--tulang di tubuh kalian
atau kalian boleh pergi, tapi kalian harus mengatakan kenapa kalian memukuli bapak ini"
Semua preman yang tergeletak di tanah pucat pasi mendengar ucapan Agung, tentunya mereka percaya Agung bisa dengan mudah mematahkan tulang-tulang di tubuh mereka.
" tidak...jangan boss, kami akan mengatakannya"
ucap salah seorang preman yang masih trauma melihat kehebatan ilmu beladiri yang dilancarkan oleh Agung untuk menjatuhkan mereka.
" oke kalau begitu ceritakan lah dan jangan ada yang ditutup-tutupi, aku beri waktu sepuluh detik kalau tidak ada yang bicara aku akan mulai mematahkan tulang-tulang kalian,"
" baik aku akan mengatakannya"
"sebelum kau mengatakannya sebutkan namamu"
"baik bang namaku Boy, dan kami adalah anggota geng harimau yang menguasai daerah ini dan daerah daerah Imam Bonjol, kami sebenarnya tidak punya dendam dengan bapak ini, tapi kami mendapat perintah dari ketua kami untuk menghabisi bapak ini, apa alasannya kami juga tidak tahu, kami hanya menjalankan perintah"
Setelah melihat Boy tidak berbohong, Agung meminjam HP Boy dan mengetik no hp nya di hp Boy
" baiklah kalian boleh pergi, tapi sampaikan salamku pada ketua kalian, jika dia tidak menghubungiku besok, aku akan berkunjung ke markas kalian, sekarang cepatlah pergi sebelum aku berubah pikiran.
Setelah para preman pergi, lelaki tua yang ditolong oleh Agung berjalan kearah Agung dan ingin bersujud pada Agung namun tentunya agung melarangnya.
" jangan bersujud kepada ku pak, kita hanya boleh bersujud pada Tuhan dan orang tua kita" ucap Agung.
" oh ya pak kalau boleh tau bapak siapa namanya? Dan bapak tinggal dimana? "
Lelaki tua itu terdiam dan menatap ke langit, setelah menarik nafas dia menjawab.
" namaku Julian, aku tidak punya tempat tinggal di kota Medan, karena aku baru sampai disini seminggu yang lalu, aku baru datang dari Bandung"
Agung melihat Pak Julius memiliki masalah dan mungkin dia belum siap untuk menceritakannya pada Agung dan tentunya Agung tidak akan memaksanya.
"Oke kalau begitu sebaiknya malam ini bapak nginep di hotel brown aja, biar saya yang bayar, ayo Pak saya antar ke sana"
terlihat Pak Julian sedikit ragu mendengar tawaran Agung, namun mengingat dia memang tidak memiliki tempat tinggal di kota Medan akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
mereka berjalan hotel brown yang memang tidak terlalu jauh dari tempat ini.
sesampainya di hotel brown, Agung pergi ke resepsionis dan memesan sebuah kamar deluxe untuk pak Julian.
Agung juga memesan nasi dan minuman untuk pak Julian.
"Oke pak saya pulang dulu dan ini nomor telepon saya, jika ada masalah hubungi saja saya, dan saya sudah booking kan kamar untuk bapak selama 3 hari.
oke saya tidak banyak bawa duit cash jadi untuk sementara ini yang bisa saya berikan untuk bapak, kalau kurang besok telepon saja saya"
Agung memberikan uang rp1.000.000 pada Pak Julian.
"Oke Pak sampai jumpa, kalau bapak perlu sesuatu telepon saja saya, besok saya akan kemari"
Pak Julian hanya diam mendengar perkataan Agung dan dia juga menerima uang yang diberikan oleh Agung kepadanya, namun ketika Agung akan keluar dari hotel tiba-tiba Pak Julian memanggilnya.
"bolehkah kita bicara sebentar Pak Agung?"
"boleh saja Pak, apakah kita bicara di sini atau di ruang tertutup?"
"kalau bisa kita bicara di ruang tertutup saja"
"apakah kita bicara di ruangan atau di kamar Pak Julian?"
"kita bicara di kamar saja"
"oke .."
kemudian mereka berjalan ke kamar yang telah dipesan untuk pak Julian, yaitu kamar nomor 214 yang berada di lantai 2.
setelah mereka masuk ke dalam dan duduk di kursi yang ada di dalam kamar Agung mulai bertanya
"oke apa yang ingin bapak sampaikan silakan"
Pak Julian menarik nafas sebelum berbicara
"Baiklah saya akan menceritakan siapa saya Dan saya harap Pak Agung merahasiakannya"
"kalau bapak merasa tidak nyaman untuk mengatakannya sebaiknya tidak usah dikatakan"ucap Agung
"saya tahu Pak Agung adalah orang yang baik jadi saya akan mengatakannya kepada Pak Agung"
sahut Pak Julian dan kemudian dia melanjutkan
"saya adalah profesor Julian dan saya memang benar berasal dari Bandung spesialisasi saya adalah di bidang farmasi dan saya bekerja di bagian penelitian pembuatan obat, dan beberapa obat yang ada dipasaran saat ini adalah hasil dari penelitian saya.
Saya datang ke kota Medan, karena dijebak oleh teman saya yang satu profesi dengan saya, dia mengundang saya kemari untuk meneliti sebuah obat sangat menarik untuk diteliti, tapi ternyata mereka tidak mau mengeluarkan formulanya dan bahkan memaksa saya untuk meneliti obat yang lain
tentunya saya keberatan, tapi mereka terus memaksa bahkan mereka mengurung saya, mengambil semua uang saya, ATM saya, kartu identitas saya dan bahkan HP saya.
kebetulan tadi mereka mengajak saya keluar dan ketika sedang makan di restoran Saya permisi ke toilet dan kesempatan ini saya pergunakan untuk melarikan diri.
sayangnya ternyata mereka mengetahuinya dan memerintahkan para preman untuk menangkap dan memukuli saya setelah itu baru saya dibawa kembali ke tempat di mana saya dikurung.
nah itulah tentang saya, jadi saya harap Pak Agung merahasiakan keberadaan saya di hotel ini, agar mereka tidak mengetahuinya"
Agung terkejut mendengar cerita dari profesor Julian, namun di dalam hatinya tentu merasa sangat senang, karena kebetulan dia akan mendirikan perusahaan farmasi sesuai dengan kesepakatan mereka dengan Tuan Hendrik.
Namun tentunya tidak pantas membicarakannya pada profesor Julian malam ini, dan jika profesor Julian ingin pulang ke Bandung pasti dia akan membantunya.
"Saya janji akan merahasiakannya dan sebaiknya bapak istirahat saja malam ini, kalau bapak ingin pulang ke Bandung besok saya akan antarkan bapak ke bandara, dan tiketnya juga akan saya pesan"
"tidak usah saya masih penasaran dengan formula obat tersebut jadi saya akan tinggal di kota Medan sampai saya menemukan formulanya"