NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Di kediaman Duke Lance yang tenang dan cuaca cerah yang hangat, Ivander menanyakan banyak hal kepada Isabella secara detail. Isabella tampak tenang saat menjawabnya dan tidak terlihat adanya kebohongan dari mulutnya.

Suara yang lembut dengan kepribadian yang tenang menunjukkan bahwa dia adalah orang yang baik menurut pendapatku. Dia masih merasa canggung dan terlihat sedikit gugup di balik caranya yang tampak tenang. Sesekali dia menatap ke arahku lalu menunduk malu saat mata kami saling bertemu.

Semuanya sudah tersampaikan dan sampai pada kesimpulan bahwa Isabella bukanlah orang yang sama seperti saat itu. Semua di nilai dari kesaksianku dan juga semua data yang terkait dengan keberadaannya pada waktu itu. Meskipun sudah menyimpulkan hal itu, Isabella tetap dalam pantauan hukum kekaisaran sebelum pelaku sebenarnya di tangkap dan kasus terselesaikan.

Setelah itu Isabella kembali ke Akademi dengan pengawalan dari bawahan Ivander.

Kali ini Ivander tampak kacau dan tidak mempunyai bayangan lain mengenai pelaku utama yang berada di balik kejadian tersebut. Dia menyentuh kepalanya lalu mencengkeram rambutnya dengan mengernyitkan keningnya.

“Eum.. suamiku” ucapku sambil mengusap-usap bahunya. Ivander menatapku lalu menurunkan tangannya dan tersenyum tipis kepadaku. Meski dia sendiri dalam keadaan frustasi namun ia bersikap seolah menenangkanku. “Iya sayangku, apa ada hal ingin kamu katakan?” katanya.

“Suamiku, tenanglah.. semua ini pasti akan terungkap. Aku akan bersamamu dan berusaha membantumu semampuku” ucapku sambil menyentuh tangannya. Ivander mulai bersikap lebih tenang dan tidak mengernyitkan keningnya lagi. Senyumnya melebar dan terlihat dia merasa lebih rileks.

“Terimakasih istriku. Kamu selalu bisa membuatku tenang, rasanya semua beban itu menjadi ringan saat bersamamu. Aku akan bersemangat dan secepatnya menangkap orang yang telah berbuat jahat kepadamu. Aku janji akan menghukumnya dengan adil atas perbuatannya” ucapnya dengan serius.

Ivander menyentuh punggung tanganku lalu ia meraihnya dan menggenggamnya kemudian mengangkat dan mencium punggung tanganku.

Kemudian setelah itu Ivander pergi memenuhi tugas yang di berikan oleh kaisar yang mengharuskannya untuk pergi ke istana. “Istriku, maaf aku tidak bisa berlama-lama di rumah. Maaf aku tidak bisa menemanimu dan harus pergi” katanya merasa bersalah. “Tidak apa-apa sayang, bukankah sudah seharusnya kamu memenuhi kewajibanmu sebagai Duke dan komandan kesatria? Aku bangga padamu suamiku. Lakukan tugasmu dengan baik dan pulanglah dengan selamat. Aku menunggumu di rumah dan jangan khawatir karena aku akan baik-baik saja” jawabku dengan meyakinkan sambil menyentuh pipinya dengan sentuhan yang lembut dan hangat. Ivander membalas menyentuhnya dan mendekatkannya lebih dengan menghela nafas panjang. Dia memejamkan matanya sejenak dan merasakan kehangatan dari sentuhanku. “Hmm.. istriku” ucapnya sambil tersenyum. Dia menatapku dengan tatapan yang dalam.

Aku sangat memahaminya jika aku hanya diam saja mungkin rasa bersalah dengan tidak berada di sampingku akan semakin besar. Dia terlihat semakin tampan saat aku melihat tatapannya yang hangat saat dia menatapku hingga membuat wajahku memerah dan terasa panas.

Dia selalu mampu mengenai di titik lemahku meski hanya dengan tatapannya. Ivander mendekatkan wajahnya dan menyentuh pipiku. Dia menarikku dan kemudian dia menempelkan bibirnya seraya memberikan ciuman yang dalam.

Ivander melingkarkan satu tangannya ke pinggangku lalu mendekatkan tubuhku sambil terus menciumiku. Tubuhku menempel padanya dan ciuman itu menjadi semakin intens. “Mmhh.. mmph” aku menyambut ciumannya dan membalasnya dengan lidah yang saling beradu menikmati kehangatan satu satu lain.

“Haa..” Ivander melepaskan ciuman yang tidak pernah cukup saat melakukannya. Nafasnya terengah-engah begitupun denganku. Tanganya masih menyentuh pipiku dan tatapan penuh nafsu ia perlihatkan dengan sangat jelas. Bibirnya terlihat lembab. Mulutnya sedikit terbuka dengan nafas yang semakin berat, tatapannya menjadi gelap seolah akan melakukannya kembali. Aku memperhatikannya, menatapnya dan merasakan setiap hembusan hangat dari nafasnya.

Perlahan dia mengusap dan membelai wajahku dan tersenyum. Dia menahan dirinya untuk tidak melanjutkan hal yang akan berlangsung lebih lama. “Sayang sekali aku harus pergi. Maaf istriku, kita akan melanjutkannya nanti” katanya dengan penuh maksud. “Eum.. a.. apa maksudmu suamiku” jawabku terkejut. Meski sudah mengerti maksud dan tujuannya namun aku masih merasa malu dengan ucapan yang terus terang darinya.

Seringai di wajahnya semakin mengartikan maksud dari ucapannya. Ivander tidak menjawabnya dan hanya tersenyum sambil membelai rambutku.

“Istriku sayang hati-hati di rumah, jika ada hal yang berbahaya buka saja laciku” ucapnya dengan serius. Aku tidak tahu maksudnya namun aku tidak mau menanyakannya lebih banyak karena Ivander terlihat terburu-buru untuk pergi. “Baiklah suamiku, kamu juga berhati-hati dimanapun itu” jawabku dengan tersenyum. “Iya sayang” katanya sambil tersenyum. Aku melambaikan tanganku dan melihat langkah kakinya yang cepat dan sudah tidak terlihat lagi.

Aku penasaran dengan apa yang Ivander katakan dan segera menuju ke laci yang ada di dalam ruang kerjanya ini.

Sret!..

Aku pun membuka laci teratas dan terkejut melihat pistol di dalam laci tersebut. “Pistol?” kataku sambil mengambil pistol tersebut. Aku sangat terheran darimana Ivander mendapatkannya di jaman kekaisaran ini. Hal yang sangat sulit di miliki namun Ivander memilikinya secara pribadi. Sepengetahuanku dari yang terlihat di era ini, pistol belum populer karena mereka masih menggunakan senjata seperti pedang dan busur sehingga aku masih belum memahami Ivander yang penuh dengan misteri.

“Dari Ivander mendapatkan ini?” gumamku. Aku meletakkannya lagi seperti posisi awal dan masih bertanya-tanya.

Hari itu aku memutuskan untuk kembali mengasah kemampuan berkuda dengan bantuan kesatria di kediaman Duke yang bernama Aziel.

Berhubung Ivander sibuk, aku memutuskan untuk menyibukkan diriku tanpa mengganggunya. Apalagi kesatria di kediaman Duke sangat baik dalam memperlakukanku.

“Apa Nyonya yakin bisa berkuda sendirian?” tanya Aziel dengan serius. Aku menangguk dan tersenyum. “Iya aku yakin. Aziel jangan khawatir, cukup mengawasiku saja dari sini” pintaku padanya. “Baik Nyonya” jawabnya.

Aziel sangat penurut. Perawakan yang tinggi dengan tubuh yang ideal serta rambut berwarna cokelat tua dan ada tahi lalat di bawah matanya. Dia terlihat masih sangat muda. Rose juga berada di sampingnya dengan gelisah melihatku berkuda sendirian tanpa ada yang mendampingi di belakangnya.

“Nyonya, jangan terlalu cepat” katanya dengan cemas. Rose melihatku dengan khawatir dan menatapku lekat-lekat. Dia berdiri di samping Aziel. Jika Rose tampak khawatir, Aziel justru terlihat waspada dan memperhatikan gerak langkah kuda yang ku tumpangi.

Dia bersikap siap jika ada hal yang berbahaya. Aku menikmati waktu dengan berkuda dan merasakan angin yang sejuk di sore yang indah. Angin semilir dan beberapa dedauan yang gugur serta pemandangan di sekitar mansion yang mewah, sungguh hal yang membuatku berdebar. Berada dalam dunia yang hanya ada dalam fantasiku namun terasa sangat nyata.

“Jika ini mimpi.. tolong jangan bangunkan aku” gumamku sambil tersenyum dan memejamkan mataku sejenak menghirup udara yang segar.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!