Viola (Istri Manja Jadi Pengusaha)

Dan terlihat Ivan terduduk dengan tatapan memohon pada pria bertubuh gempal itu dengan bibi dan keluarga nya.

"Apa maksudnya bi?"

"Kau bisa baca kan Ivan? Meksipun tidak tamat sekolah, kau tau rangkaian tulisan-tulisan itu. Tertulis di sana kau sudah menandatangani surat untuk persetujuan menyerahkan rumah ini pada pak Kadir jika tidak bisa melunasi hutang." Jawab bibi nya.

"Tapi bibi bilang kemarin...."

"Ivan, Ivan..... Keponakan ku yang lugu, sudahlah! Lebih baik kau pergi dengan istri tidak berguna mu itu! Kalian hanya bisa menyusahkan saja." Ivan terlihat bangkit dan tidak terima dengan ucapan bibi nya

"Kalau begitu mana hasil penjualan beras, sawah itu aku yang mengelola nya." Jawab Ivan, tapi pria mesum itu langsung menghadang nya.

"Kau itu hanya sapi perah kami. Jadi segera pergi!" Ivan di dorong dan tak lupa dengan sebuah pukulan di wajah nya.

"Ivan!" Tentu saja teriakan Viola membuat orang-orang mendengar nya.

"Nah ini dia. Istri tidak berguna nya, sekarang kalian pergi! Tidak ada harta benda apapun untuk kalian! Sudah untung aku memberikan tumpangan untuk kalian." Viola menatap orang-orang yang zalim itu pada mereka.

"Lebih baik kita pergi." Tidak ada pilihan lain, Viola melihat situasi yang tidak mendukung. Belum lagi orang-orang yang tampaknya hanya menonton mereka tanpa mau membantu karena pria lintah darat itu.

"Percayalah.... Kita akan menemukan kehidupan yang layak setelah menjauh dari sini." Entahlah, Viola tidak tau kata-kata makna itu keluar dari bibirnya.

Membantu Ivan bangkit, mereka perlahan meninggalkan tempat itu. 'Bagaimana kalau kau menikah denganku suami yang tidak punya nak? Kita tidak tau takdir...' Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala nya.

'Aku tidak ingin hidup sulit. Aku akan memulai usaha sendiri dengan pria ini.. pria yang menjadi suami ku sekarang, dengan raga orang lain.' Tidak tau melangkah kemana, tapi keduanya berdiri di tepi jalan sambil menunggu mobil yang mengangkut sayuran yang menerima mereka.

"Mau ke kota ya?" Tanya pria berkumis dengan rokok di jarinya.

"Tidak pak, kami hanya mau ke desa terdekat." Ucap Ivan, sedangkan Viola hanya menatap ke arah mobil bak terbuka itu, ternyata bukan mengangkut sayuran, melainkan ayam

"Baiklah, kalian bisa naik. Masih ada ruang sedikit. Bergabung dengan para ayam di belakang." Ucap pria itu sambil mengarahkan jarinya.

Viola tentu saja menolak, tapi bibirnya hanya bisa diam. Hidung nya tidak akan tahan dengan bau seperti itu, yang menyengat penciuman nya.

"Ayo, kalau tidak keburu malam nanti." Ucap Ivan, ada sedikit darah yang keluar karena bogeman yang diterima nya.

"Baiklah." Viola jadi bingung sendiri, bagaimana dia akan menaiki mobil ini. Dulu, dia naik dengan elegan dan juga supir yang siap sedia untuk nya.

"Ayo pegang tangan ku." Jelas Ivan sambil mengulurkan tangannya. Viola menerima nya dan Ivan menariknya perlahan dengan kakinya yang satu sudah berada di atas. Baru saja satu tarikan, roda mobil sudah bergerak dan membuat dirinya terjerembab ke dalam dekapan Ivan yang sigap.

"Aghhh..." Ringis Viola karena terkejut.

"Kau baik?" Tanya Ivan yang membuat Viola mengangguk. Keduanya bersandar diantara pembatas di bak terbuka. Tidak ada kata-kata setelah mereka naik, Viola hanya menatap Ivan yang masih membisu.

'Astaga ... Bau sekali.... Apa aku bisa tahan? Apa aku bisa membuktikan kata-kata ku sendiri? Tapi.... Tidak! Tidak! Tentu saja aku harus bisa membuka usaha, pasti... Aku tidak mau hidup susah seperti ini! Lihatlah... Semuanya sangat menyengat penciuman ku dan membuat tubuh ku sakit. Tapi apa Ivan memiliki uang? Di tubuhku tidak ada satupun hal yang berharga melekat.' Karena tidak diajak oleh Ivan bicara, Viola hanya bisa bicara dengan hati nya saja.

"Kau baik kan? Kau pucat...." Ucap Ivan membuat Viola menatap suaminya.

"Aku baik, hanya sedikit pusing. Kau sendiri... Bagaimana? Bibir mu terluka, apa saja yang mereka lakukan padamu?"

"Tidak apa, ini hanya luka kecil. Tapi hatiku. Hatiku yang sangat terluka. Aku tidak menyangka akan dikhianati dan ditipu seperti itu. Mereka mengambil rumah peninggalan kedua orang tua ku." Jelas Ivan.

"Terkadang terlalu baik tidak berarti. Kita harus memiliki ketegasan, apalagi soal keluarga atau pun orang lain. Tidak bisa percaya sepenuhnya." Jelas Viola.

"Benar, katakan padaku.... Apa mereka melakukan hal yang buruk padamu?" Viola langsung mengangguk cepat.

"Kenapa tidak bilang? Apa karena aku?"

"Ya, kau sangat polos dan lugu. Tapi, aku bisa mengatasinya, sekarang.... Apa... Maksudnya... Tujuan kita, apa kita punya sedikit uang?" Viola berhati-hati memilih kata, tapi Ivan justru tersenyum membuat Viola jadi bingung.

"Kenapa tersenyum? Aku serius!"

"Jangan khawatir, setelah aku menikah dengan mu, itu artinya aku bertanggung jawab penuh padamu. Maaf, karena aku tidak menjaga mu dari bibi dan paman ku, tapi sekarang... Tidak akan terjadi lagi, aku punya ini...." Tunjuk Ivan sambil berbisik pada Viola dengan tangan nya yang menunjuk ke dalam bajunya.

Bersambung....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.