Gadis Nakal Om Dokter

Fatur berbalik dengan wajah datar dan dinginnya.

"Kalau dokter sudah selesai bicara silahkan ke luar dari ruangan saya. Saya menghormati jika anda seorang perempuan, tapi saya peringatkan jangan campuri urusan saya." Fatur keluar dari ruangannya dengan kekesalan dan amarah.

"Balas jasa," ia berdecih menggelengkan kepalanya.

"Fatur !" teriak Seli. Gelar dan kesuksesan ternyata tak bisa melengkapi hidup Seli, setelah semua pencapaian di hidupnya tetap saja ia merasa ada yang kurang, jiwa ambisiusnya ternyata sudah membuat ia kehilangan orang-orang di sekitarnya. Ia menyadari setelah semuanya pergi, termasuk Fatur. Perempuan itu benar-benar salah mengagungkan karir diatas semuanya, tanpa memikirkan perasaan orang yang selalu ada dan mendukungnya.

"Fatur, aku menyesal..." Tapi penyesalan itu sudah terlambat, jika kini ia harus memilih, ia ingin mengembalikan semuanya asalkan Fatur bisa kembali lagi padanya.

"Galexia," gumamnya. Yap ! Gadis kecil itu pasti bisa mengembalikan Fatur padanya, pikir Seli karena menurut informasi yang ia dapat, Galexia pun awalnya menolak untuk dinikahkan, ada kemungkinan ia pun belum di sentuh Fatur.

Malam Fath,

Maaf kaka ganggu Fathya, pasti lagi belajar ya ?

Kaka mau tanya dong...Apa saja yang disukai Galexia termasuk siapa idolanya ?

(..)

******

Fatur sudah sampai di rumah, wajahnya memancarkan jika ia sangat lelah dan butuh suplai vitamin.

Fatur menyampirkan jas putihnya di lengan.

"Malam pak," mang Kosim asisten rumah membuka gerbang , ia sedang bersama pak Anam, satpam rumah sebelah bermain catur sambil ngopi. Mang Kosim terkadang dibutuhkan untuk menjadi supir mama, atau sekedar berjaga di rumah menemani bi Romlah, mama, dan Fathya saat Fatur sering tugas malam, ataupun sibuk dan memilih tak pulang. Karena bagaimana pun seorang laki-laki dibutuhkan di rumah, jika terjadi hal apapun yang melibatkan pekerjaan berat.

"Malam mang, kunci gerbang ya mang."

"Siap pak,"

"Malam pak dokter, baru pulang ?" tanya pak Anam.

"Iya pak, silahkan dilanjut aja pak !" jawab Fatur tersenyum.

Fatur masuk ke dalam rumah, keadaan rumah sudah sepi mungkin karena memang sudah larut.

Ia tak langsung ke kamar, melainkan masuk ke dapur mengambil air minum.

Ia membuka kamar Fathya, dimana adiknya itu sudah terlelap dengan manisnya, pandangannya teralih pada sebuah tas yang sejak pagi ia permasalahkan.

"Abang pasti bakal tau, dek !" Fatur kembali menutup pintu kamar adiknya. Ingin rasanya ia memaksa Fathya dan bertindak kasar, tapi ia tak tega. Sudah cukup Fathya selalu menderita sejak kecil. Maka Fatur memilih bersabar namun dengan langkah pasti akan segera mengetahui apa yang disembunyikan sang adik.

Ia masuk ke dalam kamarnya, dimana Gale berbanding terbalik dengan Fathya, posisi gadis ini tidur tertelungkup, dengan kepala berbantalkan kedua tangan dan kuping yang disumpal headset.

"Ck, Gale.." Fatur terkekeh, selalu saja tingkah istri nakalnya ini mengundang decakan.

Fatur melepaskan headset dari kuping Gale, mendengarkan lagu apa yang sedang ia dengar. Fatur tersenyum ia ingat, lagu ini yang dulu Gale perdengarkan untuknya disaat kesal dan galau.

Wajah tenang Gale tak setenang sikapnya jika gadis ini bangun. Fatur memindahkan Gale untuk tidur dengan posisi benar lalu menyelimutinya.

"Abang udah nahan kangen, kamunya keburu tidur Le." Fatur mengecup bibir manis Gale sekilas lalu memulai ritual bersih-bersihnya dengan air hangat.

Tapi saat Fatur sudah keluar dari kamar mandi, matanya beralih pada meja rias, ada sebuah catatan yang Gale siapkan sebelum tidur, ternyata.

Kalo abang baca ini, berarti Gale udah tinggalin abang buat ketemu sama pangeran berkuda di alam mimpi, jangan ganggu ! T shirt sama celana abang udah Gale siapin di meja,

Fatur melirik ke arah meja dimana ada t-shirt putih, celana dal_am dan celana, Fatur tersenyum seraya menggosok rambutnya.

Makanan udah Gale panasin, sebelum tidur sekitar jam...Gale lupa ! 🤣

Fatur tertawa kecil melihat note yang ditinggalkan gadis ajaib ini. Ia langsung memakai baju yang sudah disiapkan Gale dan keluar kamar menuju meja makan, ternyata makanan masih hangat-hangat kuku.

********

💐 Esoknya di sekolah,

"Fath, kenapa ?" tanya Tami.

"Kayanya aku bocor deh, Tam.." jawabnya berbisik.

"Emangnya kamu ga pake pembalut ?" tanya Tami, Fathya menggeleng.

"Coba kuliat ?" pinta Tami, Fathya mengangkat sedikit pan_tatnya.

"Wuih bocor Fath," jawab Tami sedikit berseru.

"Aduh gimana ? Mana aku ga bawa jaket ?!" panik Fathya.

"Terus gimana ?" tanya Tami.

Fathya melirik ke sekeliling kelas, jika ia ijin maka ia akan sangat malu. Apalagi di sekolah ini ia tak memiliki teman banyak dan terbilang introvert, sudah pasti ia akan jadi bahan bullyan dan sasaran empuk bagi para siswa yang badung di sekolah.

"Gini aja, pake tas atau buku ? Nanti coba kucariin pembalut di koperasi sekolah," jawab Tami.

"Boleh deh Tam, makasih ya !"

"Bu !" Interupsi Fathya.

"Iya Fathya ?"

...****************...

Fathya berjalan dengan Tami yang mengekorinya menutupi pan_tat Fathya menuju toilet.

Mereka melewati lapangan, terlihat di lapangan kelas Gale sedang melaksanakan pelajaran olahraga. Gadis itu bahkan sedang menunjukkan kebolehannya dalam hal basket, setidaknya darah Shania mengalir juga di dalam dirinya.

Seperti biasanya Gale akan menuai pujian dan gelak tawa dari orang-orang sekitarnya. Fathya yang teralihkan karena melihat Gale tak sengaja menubruk seseorang.

"Brukk !"

"Aww !"

"Aduh, kalo jalan hati-hati !" ucap beberapa gadis, peristiwa itu membuat Tami juga ikut menubruk badan Fathya sontak buku yang dipakai untuk menghalangi rok Fathya jatuh menampakkan rok Fathya yang bernodakan da_rah.

"Loe bocor ya ?!" tunjuk salah seorangnya pada Fathya, gadis itu menjadi sorotan yang lain.

"Dih bocor guys !" seru mereka tertawa.

"Pulau merah !" ejeknya.

"Aduh," Tami meringis, sedangkan Fathya, wajahnya sudah memerah dan menunduk karena malu menjadi bahan tawaan dan candaan, hampir semua yang ada disana melihatnya.

Gale yang tengah berolahraga pun ikut teralihkan.

"Le, ada apaan tuh !" tunjuk Andini.

"Fathya ?" gumamnya.

"Ojan ! Gue ijin bentar kesitu !" pekiknya pada ketua kelasnya Rizan.

"Rizan, Le...Rizan..." jawabnya menghela nafas, sementara Gale sudah berlari ke arah Fathya.

"Oyy !" pekik Gale.

"Yang ketawa, baliknya berurusan sama gue !" Fathya sudah berlari menuju toilet.

"Fath !" teriak Tami mengejar.

"Loe..loe...loe ! Gue tunggu di parkiran," tunjuk Gale.

"Engga Le..bukan gue ! Gue mah cuma liat doang ! Dia nih !" jawab mereka saling menunjuk temannya. Gale menyusul Tami dan Fathya.

"Kenapa ?" tanya Gale pada Tami.

"Fathya bocor Le, ga bawa roti jepang," jawab Tami.

"Ya udah, loe balik aja ke kelas, biar gue urus !"

Tami mengerutkan dahinya, sejak kapan Gale baik pada Fathya ? Karena seingatnya temannya dan the most Kencana Bakti ini adalah rival dalam beasiswa, dan temannya itu tak suka Galexia lebih pada cemburu.

"Beneran ?" tanya Tami.

"Ga caya ?" tanya Gale.

"Ya, ya udah deh ! Gue balik ke kelas,"

"Tami, gue minta tolong cariin pembalut !" pekik Fathya dari dalam toilet.

Tapi tak ada jawaban dari Tami, Fathya membuka sedikit pintu toilet, ternyata tak ada siapapun di luar toilet.

"Apa Tami lagi nyari roti jepang ya ?" tanya Fathya bergumam.

"Aduh, ini gimana kalo Tami ga balik lagi ? Terus rok gue mau ditutup pake apaan ?" ia menscroll nomor di ponselnya, siapa yang harus ia hubungi, ia tak mengenal siapapun selain Tami, abangnya, mama, Naura, Meena teman les-nya dan....Galexia.

Di tengah kebingungannya seseorang mengetuk pintu.

"Anak bawang !" panggilnya, Fathya mengerutkan dahinya.

"Buka pintunya oy, loe mau di toilet sampe kapan ? Sampe ayam selingkuh sama bebek ?" tanya Gale.

"Gale ? Pasti mau bully gue juga !" gumamnya.

"Mau apa ? Loe mau bully atau ngetawain gue juga ?" tanya nya.

"Suudzon !"

"Nih ! Roti jepang punya gue pake aja dulu, sama jaket punya gue pake buat nutupin rok loe. Tapi ntar cuci lagi !" jawab Gale.

Tak terdengar lagi suaranya Fathya membuka pintu toilet. Ternyata benar, sebuah roti jepang dan jaket biru bertuliskan Galexia di belakang punggungnya tergeletak di dekat wastafel.

Hati Fathya retak seketika, ia bagai ditampar oleh kelakuannya sendiri.

"Gale,"

.

.

.

.