Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Hati Sang Bunda memanas dengan tangan terkepal kuat, dirinya tersenyum miring mendengar ucapan Mamanya Hendra. Saat sudah di penjara, barulah mereka kebakaran jenggot. Namun saat Loli hampir keguguran akibat ulah anak mereka, sama sekali tak peduli.
Manusia memang suka bicara sesuai kepentingannya, meski pun ucapan dan tindakan sering tidak sinkron. Begitu lah orang-orang licik, suka membolak-balikkan fakta demi keuntungan pribadi atau keutungan diri sendiri.
"Bun, kita bicara saja di cafe. Loli pegel berdiri terus"
"Gak usah buang-buang waktu, Loli. Ayo kita tunggu Ayahmu di mobil saja, jangan sampai kamu keracunan dengan mulut manis manusia munafik ini"
Loli di tarik menuju parkiran, Mamanya Hendra mengikuti dan terus menahan Loli. Dirinya tak akan menyerah untuk membujuk Loli, dari sorot mata Loli kelihatan kalau bisa di pengaruhi jadi masih banyak celah menggoyahkan pikirannya.
"Bun, apa kita tidak coba bicara baik-baik dulu? Kasihan anakku nanti kalau tau ayahnya jadi narapidana"
"Loli, dengarkan isi hatimu. Tante akan menjamin kebahagiaan kamu sama Hendra, cabut laporan kamu lalu menikah lah dengan anak tante"
"Masuk, tutup pintu mobilnya" titah Sang Bunda
Bugh!!
"Bun....."
"Diam!!! Berani kamu berubah pikiran, Bunda dan Ayah tidak akan mau lagi membantumu" bentak Sang Bunda
Loli tak bisa berkata-kata, posisinya terjepit dan sangat sulit. Dirinya hanya bisa diam menuruti kemauan orang tuanya, meski pun pertahanan hatinya telah goyah. Apalagi mendengar mulut manis dari Mamanya Hendra, di tambah dirinya masih mencintai Hendra.
Tiga minggu kemudian......
"Kamu sudah siap untuk persidangan pertama ini, Loli?"
"Iya, Bun"
"Jangan lemah!!!"
Loli mengangguk lalu menyusul keluar dari mobil, kasus perseteruan antara Loli dan Hendra masih berlanjut. Keluarga Loli masih kokoh mempertahankan dendam kesumat pada Hendra, sementara keluarga Hendra sudah berusaha tapi hasilnya tetap nihil.
Belum sampai ke tempat persidangan, orang tua Hendra lagi-lagi menghadang Loli dan orang tua. Dengan tangisan yang memilukan Mamanya Hendra memohon pada orang tua Loli, untuk menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan.
Sudah cukup tiga minggu Hendra di siksa berada di dalam penjara, tangisan semakin memilukan. Karena sudah berminggu-minggu Mamanya Hendra menahan kesedihannya, ibu mana yang tak teriris hatinya menyaksikan penderitaan anak sendiri.
"Awas!!!"
"Saya mohon....." Mamanya Hendra berlutut sembari memegang kaki Loli
"Tante bangun"
"Gak, saya gak akan berhenti berlutut sebelum kalian mau memilih jalur damai"
"Dih, udah tua gak tau malu. Bisanya maksa-maksa"
"Saya mohon, hiks....hiks...."
"Awas!!!"
"Aarggghh"
Mamanya Hendra terjengkang ke belakang akibat di tendang Sang Bunda, Loli yang melihat perlakukan Sang Bunda menutup mulutnya lalu mengatakan pada Sang Bunda tidak seharusnya menyakiti Mamanya Hendra.
"Biar Mamanya Hendra merasakan, apa yang kamu rasakan. Ayo, masuk"
Sekuat apapun memohon, hati orang tua Loli masih sekeras batu. Mereka senang melihat Hendra terkekang di penjara, di tambah lagi jaksa membebankan Hendra tuntunan yang kurungan waktu yang cukup lama.
"Sidang kita lanjutkan di pertemuan selanjutnya"
Waktu persidangan pertama telah selesai, posisi Hendra semakin terjepit. Tak ada celah, hanya jalur damai yang bisa membebaskan Hendra. Sekali lagi Mamanya Hendra memohon pada Loli, untuk melepaskan Hendra.
"Saya mohon, Bu Pak. Saya berjanji akan memberikan apapun untuk Loli, apapun akan saya berikan" ujar Mamanya Hendra penuh penekanan
"Apapun?"
"Iya sebutkan saja apa yang kalian mau, asal bebaskan anak saya"
Orang tua Loli saling pandang, Loli memandang kedua orang tuanya dengan tatapan bingung. Dirinya merasa ada yang janggal dengan sorot mata mereka, apa mungkin hati kedua orang tuanya bisa luluh?.
"Bagaimana? Sebuah penawaran yang menarik bukan? Saya akan memberikan apapun yang kalian mau asal laporan itu di cabut" ucap Mamanya Hendra dengan senyum samar terpancar di bibirnya
"Menarik, sangat menarik sekali" ucap Sang Ayah, seketika membuat ekspresi Loli jadi khawatir
"Ayah" panggil Loli lirih
"Oke, sebutkan saja apa yang kalian minta? Saya akan menurutinya secepatnya, setelah Hendra benar-benar keluar dari penjara"
"Dengarkan baik-baik, Nyonya. Kami tidak meminta uang atau pun barang, saya akan membebaskan Hendra namun sebelum pulang ke rumah anda. Saya terlebih dahulu membawanya pulang dua hari dua malam, terserah saya mau memperlakukan Hendra seperti apa. Entah pulang dalam keadaan bernyawa atau pun tidak, ahh sepertinya tidak sesadis itu. Mungkin dia akan pulang dalam keadaan babak beluk, bagaimana? Apa anda setuju, Nyonya? Bukan kah penawaran ini sama-sama menguntungkan, jadi bagaimana apa anda setuju?"
Panjang lebar Sang Ayah mengatakan itu lalu menampilkan sederetan gigi yang rapi, mendengar ucapan panjang Sang Ayah dari Loli itu sontak saja Mamanya Hendra terkejut bahkan kedua bola matanya kini membulat dengan sempurna.
"Kami tidak butuh uang dari kalian, jangan kalian pikir kami akan membebaskan Hendra begitu saha hanya karena tawaran dari kalian. Kami keluarga cukup mampu hanya untuk membeli rumah, mengganti mobil jadi jangan pamer kan harta kalian pada kami"
Kali ini Sang Bunda yang menambah ucapan yang nyelkit, tentu saja membuat wajah Mamanya Hendra semakin menegang kemudian setelah itu Loli dan orang tuanya melangkah pergi meninggalkan orang tua Hendra begitu saja.
"Brengsek!! Sombong sekali mereka" umpat Papanya Hendra sembari mengepalkan kedua tangannya dengan erat, hembusan napasnya berat terdengar keluar dari mulutnya.
.
.
.
Drrtt....Drrtt....Drrtt.....
Suara HP bergetar selanjutnya di susul dengan suara nada dering, pertanda ada telepon masuk yang kini menyusup ke gendang telinga Ica. Saat ini Ica sedang sibuk menimang-nimang putri bungsunya, bahkan sudah hampir satu jam menimangnya.
"Astaga, baru juga mau tidur ke bangun lagi. Hufft" ucap Ica mendesah
Bagaimana tidak kesal? Sudah hampir satu jam Ica menggendong dan menimang-nimang putri bungsunya agar bisa segera tidur, begitu hampir berhasil justru suara dering HP ternyata mengganggu putri bungsunya itu.
Putri bungsunya kembali terjaga, mata yang semula sedikit lagi terpejam kini terbuka sepenuhnya. Ica akhirnya melangkah menuju di mana HP-nya berada, bergegas di ambilnya lalu melihat siapa yang meneleponnya.
"Anita? Tumben telepon malam-malam begini" gumam Ica saat melihat nama sahabatnya terpampang di layar HP, lalu tanpa menunggu Ica langsung menggeser ikon hijau ke atas.
"Hallo, Anita ada apa?" tanya Ica saat panggilan terhubung
"Hallo, Ica. Apa kamu sudah mendengar kabar terbaru?" tanya Anita, tentu saja membuat Ica mengerutkan keningnya.
"Kabar? Kabar soal apa?"
"Wah, kamu ini bisa-bisanya ketinggalan kabar yang sangat mengejutkan. Kamu tahu....."
"Tidak, aku belum mengetahuinya"
"Aish, Ica. Aku belum selesai ngomong" sembur Anita, sontak saja membuat Ica tertawa.
"Maaf" ucap Ica
"Hendra sekarang di penjara"