Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Iya, saya yang meracuni pelanggan DResto. Kamu memang pantas mendapatkan ini semua sebab harga diri saya hancur karena perempuan seperti kamu! " Bayu tidak bisa lagi mengendalikan emosi hingga mengatakan perbuatan buruk yang dilakukan oleh nya. Jika Dara bisa berbuat sesuka hati, maka ia juga akan meniru. Kebencian kepada Dara seolah sudah menyatu dengan darah nya. Pembalasan dendam harus dilakukan agar memberikan efek jera kepada Dara yang sanggup menjatuhkan harga diri siapapun dengan kekuasaan yang dimiliki.
"Apa kamu gak bisa introspeksi diri? Saya gak bermaksud menjatuhkan harga diri kamu. Jatuh bangun posisi itu sudah biasa bukan? Kamu telah melakukan kesalahan dengan memberikan kesempatan kepada Luna untuk melakukan tindak korupsi" Dara memberikan pembelaan nya dengan nada suara biasa. Ia bergidik melihat ekspresi marah Bayu yang cukup mengerikan seolah ingin memakan dirinya. Ia menatap Liam dengan sebuah isyarat agar menghadapi Bayu yang sudah kehilangan kendali ini.
"Maaf Bayu, seperti nya kami harus segera pergi" Liam menggandeng tangan Dara untuk keluar dari kontrakan Bayu. Jika terus berusaha menanggapi nya itu bisa berakibat fatal. Mengingat emosi Bayu sudah meluap luap.
"Tunggu, saya peringatkan kepada kalian untuk tidak berani melaporkan saya ke polisi. Kalau sampai kalian nekat, tanggung akibat nya sendiri" Bayu mengancam Dara dan Liam sebab hanya itu yang bisa dilakukan oleh nya. Sebenarnya bisa saja ia menyakiti mereka, tetapi karena kekuasaan yang dimiliki itu menjadi kekuatan untuk mereka. Bayu lebih memilih tidak melakukan kekerasan daripada terjerat ke dalam masalah yang semakin rumit.
Liam segera melangkahkan kaki cepat bersamaan Dara yang masih digenggam erat tangan nya agar tidak sampai di sakiti oleh Bayu. Ia sangat khawatir jika Dara kenapa napa maka entah apa yang harus dikatakan kepada pak Darwis.
Ivan dan Sukma berhenti melangkah saat melihat Liam dan Dara mendekat ke arah mereka. Ivan menatap genggaman tangan mereka yang begitu erat seolah tidak ingin lepas. Rasa cemburu merasuk tanpa halangan membuat hati nya menjadi perih tidak tertahan. Ia masih berusaha untuk bersikap tenang agar tidak membuat suasana menjadi tidak nyaman.
"Ada apa Liam, bu Dara? Kelihatan nya kalian sedang panik" Sukma bisa membaca kepanikan yang tergambar jelas di wajah mereka. Apalagi keringat yang membasahi area dahi juga bisa menerangkan kondisi mereka.
Dara memegang kedua lutut nya sambil mengatur nafas agar kembali beraturan. Terasa lega karena bisa keluar dari kandang macan yang mengamuk itu. Untung saja Liam bertindak cepat dengan membawa nya keluar daripada menanggapi Bayu. Pikiran nya memang tidak secerdik Liam yang bisa memahami situasi.
"Ini tisu untuk kamu dan Liam" Ivan menyodorkan sebungkus tisu berukuran kecil untuk membuat mereka sedikit merasa nyaman.
"Apa kita kembali ke restoran dulu sebelum bercerita? " Sukma memberikan saran saat melihat kondisi Dara dan Liam yang masih diliputi kepanikan. Ia tidak tega membiarkan mereka tetap berada di situasi yang menyulitkan.
Mereka berempat kembali ke restoran tanpa ada yang bersuara. Dara masih menenangkan diri hingga saat tiba di depan restoran, ia duduk sambil menikmati angin yang berhembus.
"Langsung masuk aja bu Dara" Ujar Liam yang malah ikut duduk di sebelah Dara.
"Di sini aja lah, lebih sejuk" Balas Dara masih ingin merasakan dingin nya angin yang mampu menenangkan pikiran dan hati.
Sukma masuk ke dalam restoran untuk mengambilkan minuman dan camilan agar dapat mengobrol dengan santai.
Ivan duduk sedikit menjauh dari Dara dan Liam yang nampak nya menunjukkan kedekatan spesial di mata nya.
"Lucu banget ya tadi Liam, kalau diingat ingat tuh bodoh banget saya malah nyuruh kamu menanggapi Bayu yang udah kesetanan" Dara mencairkan suasana dengan memulai obrolan asik.
"Berhubung otak saya ini iq nya paling tinggi sejagat raya, saya bisa menyelamatkan bu Dara dari setan itu hahaha"
Liam dan Dara malah mengobrol berdua tanpa memperdulikan Ivan yang diliputi kecemburuan. Mereka masih berusaha mengontrol suasana hati yang belum sepenuh nya kembali tenang.
Setelah Sukma datang membawa minuman dan cemilan. Mereka berempat saling bercerita mengenai kejadian saat penyelidikan. Sukma dan Ivan mengatakan jika Yani sepertinya tidak melakukan perbuatan ini tanpa disuruh. Itu artinya, Yani hanya menjadi kaki tangan dan bukan otak dari masalah DResto.
"Betul, otak nya adalah Bayu. Iya kan bu Dara? " Ujar Liam memberikan penerangan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? " Sambung Ivan mencoba membuat mereka berpikir.
***
"Udah hampir selesai ya Kiki" Dara menatap rumah kayu nya yang tinggal di cat saja dan besok sudah bisa ditempati. Senang sekali saat bisa kembali tidur di tempat yang nyaman. Meskipun berawal dari sebuah kontrakan milik Puspa, namun tempat sederhana ini mampu menciptakan suasana yang damai.
"Iya mbak Dara, empat hari saja udah selesai renovasi nya. Nanti siang udah beres bu, dijamin" Balas Kiki merasa bangga dengan kinerja nya yang mampu mengatur semua pekerja dengan baik tanpa ada kendala apapun. Ia menjadi keegeran saat membayangkan respon Dara yang pasti akan senang.
"Kamu mau gak kerja di restoran saya? Nanti akan saya posisikan menjadi kepala pelayan. Nah tugas kamu hampir sama seperti sekarang" Dara memberikan penawaran yang menarik untuk membantu perekonomian Kiki. Melihat uang yang didapat Kiki perbulan nya tidak menentu, rasanya tidak tega membiarkan orang baik terus diliputi kesusahan.
"Wah, jelas saya mau banget. Tapi apa saya pantas mbak? "
"Siapapun pantas untuk menempati posisi apa aja. Apalagi kamu memiliki bakat di bidang itu"
Kiki tersipu malu saat dipuji oleh Dara hingga memalingkan wajah karena salah tingkah. Ia seperti memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan Dara, perempuan yang mampu merebut hati nya.
"Ehem, udah jadi nih rumah. Bagus sih tapi sayang masih kelihatan miskin nya" Gita mendekati Dara dengan hinaan khas nya.
"Meskipun sederhana yang penting baru mbak, kelihatan fresh daripada rumah mbak Gita yang cat nya udah luntur mengelupas dan lusuh juga" Dara kini membalas kejulidan Gita yang tidak pernah berhenti menganggu nya.
"Biarin, yang penting rumah saya terbuat dari bata bukan kayu seperti kamu" Gita kesal mendengar jawaban Dara yang mampu membuat nya terkena mental.
"Jangan salah mbak, harga kayu nya itu mahal. Lebih mahal dari bata nya mbak Gita" Kiki ikut bersuara sebab tidak menyukai perkataan Gita yang meremehkan Dara.
"Gak usah sombong ya kalian, rumah Dara ini kan hasil rampasan dari bu Puspa. Apa yang mau dibanggakan? " Gita masih berusaha berbicara padahal rasa malu tercetak jelas sebab ucapan Kiki yang benar adanya.