Ratunya Sang Mafia

Alana hanya bisa diam membisu, kata- kata Monica selanjutnya sungguh memprovokasi gadis itu.

"Kita sama-sama wanita Alana, kamu bilang sangat mengerti dengan apa yang kurasakan, " ujar Monica dengan wajah sendu yang di buat- buat.

"Aku--" Alana seakan ragu- ragu untuk mengungkapkan isi hatinya. Baiklah, toh setelah ini pun dia hanya perlu pergi menjauh dari mereka berdua. Memang benar apa yang di katakan Selyn, pernikahannya dengan Alex pun hanya sekedar untuk kepentingan pria itu, mereka menjalani pernikahan inipun tidak di dasari cinta sama sekali.

Alana menarik nafas pelan, dia harus tetap tenang di situasi seperti ini. Gadis itu menatap Monica untuk sesaat, memang benar apa yang di lakukan nya sekarang sebenarnya adalah hak Monica, Alex mencintai wanita itu dan Alana sama sekali tidak bisa menolak permintaan nya.

Mata Monica tertuju pada nampan yang di bawa Alana. "Ini untuk Alex kan? " tanyanya. "Biarkan aku yang membawanya ya. "

Tanpa menunggu respon Alana, tangan wanita itu segera menyambar nampan di tangannya, sambil tersenyum Monica berbicara lagi.

"Kau setuju kan dengan apa yang ku minta? " katanya dengan wajah penuh harap.

Seperti terhipnotis Alana hanya mengangguk, matanya menatap gamang.

"Terimakasih Alana, " pekik Monica senang. "Kau tenang saja, aku akan merawat Alex dengan baik. "

"Sekarang kau boleh pergi dari sini, biar aku yang mengurus Alex, " imbuhnya kemudian.

Alana membeliak. "Tapi aku tidak bisa pergi dari sini. "

"Tenang aku sudah memperkirakan nya, " sahut Monica. "Kau berjalan saja dengan tenang, nanti di halaman pelayan ku akan datang untuk menjemput mu dan kau bisa pergi dari tempat ini dengan selamat. "

Alana bergeming. Monica bahkan memikirkannya sampai sejauh ini, entah apa saja yang sudah di lalui wanita itu demi memperjuangkan cintanya untuk Alex.

Di ruangannya Alex menunggu Alana sambil memainkan ponselnya, saat terdengar pintu terbuka wajah Alex seketika berubah sumringah, ia segera menaruh smartphone di tangan, tak ingin benda itu mengganggu waktunya yang berharga dengan sang istri.

Saat Alex membalikkan badan, dengan cepat raut wajahnya berubah tak excited seperti sebelumnya, mata elangnya kini menatap tajam wanita yang sekarang berada di depannya.

Dia bukan Alana, melainkan Monica. Kehadirannya membuat Alex seketika merasa kesal.

"Kenapa kau ada di sini?!" desis Alex dengan tatapan nyalak.

Sementara yang di interogasi malah menujukkan senyum manisnya. "Kenapa? karna aku di sini untuk merawat mu. Ini, aku sudah membawa obat dan vitamin mu, kau harus meminumnya. " Monica semakin melebarkan senyum menaruh nampan di atas meja kayu.

"Di mana Alana? "

Sontak pertanyaan itu membuat pergerakan Monica terhenti.

"Alana? "Monica mengulang perkataan Alex. " Dia sudah pergi, " imbuhnya, senyum yang tadinya memudar karna kekecewaan kini terbit lagi.

"Tenang Monica, kau harus tetap tenang. " ucapnya dalam hati untuk diri sendiri.

"Tidak mungkin. " sangkal Alex dengan nadanya yang sedikit meninggi. "Dia hanya pergi sebentar dan berjanji akan kembali. "

"Kau tidak percaya? " Monica menaikan satu alisnya, mata wanita itu tertuju ke luar jendela di ruangan itu, terlihat Alana sedang berjalan di halaman. Seketika muncul seringai licik di wajahnya.

"Kau lihatlah di sana, " kata Monica tangannya menunjuk ke arah luar jendela membuat Alex mengikutinya.

Mata Alex mendelik saat melihat Alana sedang berjalan dengan gerak- geriknya yang terlihat sangat waspada.

Ada gemuruh hebat yang Alex rasakan di dadanya. Tangannya terkepal erat dengan urat-urat di leher yang terpampang nyata.

Kenapa Alana bisa ada di sana? apa gadis itu menipunya? tapi bukankah Alana sudah berjanji untuk tidak pergi meninggalkan nya.

"Lihat lah Alexander, lihatlah dengan mata kepala mu sendiri, betapa malangnya gadis itu. Dia bilang pada ku, dia sangat ingin kabur dan terbebas dari mu, jadi aku membantunya untuk pergi dari sini. "

Tangan Alex terkepal geram, dia berbalik dengan sorot mata seperti ingin menghabisi Monica saat itu juga. Alex dengan cepat mendekat dan mencekikk leher Monica.

Wanita itu sontak tersentak kaget, tangannya memegang lehernya sendiri.

"Kau pasti mengancam nya kan! jawab! " bentak Alex seperti seorang monster yang tidak terkendali.

"Untuk apa aku melakukan nya- uhuk! " Monica memggapai- gapai lengan Alex. "Lepaskan aku! " jeritnya.

Namun Alex tidak mengindahkan rintihannya, sisi rasionalitas pria itu seakan tumpul.

Alex sudah muak dengan wanita ini. Berawal dari tiga tahun lalu saat ia berkenalan dengan Monica karna ayah wanita itu adalah salah satu mitra kerja nya yang paling penting. Sejak saat itu Monica menyatakan rasa sukanya pada Alex tapi Alex tahu itu bukanlah cinta tapi obsesi.

Segala cara wanita itu lakukan demi mendapatkan perhatian nya, sampai harus bekerjasama dengan kakeknya demi bisa membuat mereka berdua berjodoh.

Tapi Alex sangat tahu Monica adalah wanita yang sangat licik. Tidak mungkin dia memberi perhatian nya untuk wanita semacam itu.

"Kenapa Alex?" netra Monica berubah berkaca- kaca. "Kenapa kau tidak bisa melihat ku barang sebentar saja?" isak Monica perlahan terdengar.

Alex berdecih. Air mata buaya.

"Kenapa di pikiran mu hanya Alana, Alana dan Alana, tidak adakah aku sedikit pun di pikiran mu? " lirih Monica, bagi yang tidak tahu sifat aslinya mungkin akan melihat nya dengan iba, tapi tidak bagi Alex. Wanita ini benar-benar sudah menguras habis kesabarannya.

"Tidak sama sekali, " ujar Alex menjawab pertanyaan wanita itu.

"Alexander! " Monica tiba-tiba berteriak, cengkraman tangan Alex di lehernya seketika terlepas.

"Apakah usaha ku selama ini tidak berarti sama sekali di matamu?! "

Pertanyaan yang sangat lucu membuat Alex ingin sekali tertawa.

Monica berdiri tegak, melihat Alex yang hanya diam dia tahu pria itu tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan nya.

Monica lalu maju, matanya menatap lurus ke depan. "Kau lihat? Alana, betapa bodohnya wanita pilihan mu itu. "

Dahi Alex mengernyit. Apa lagi permainan dari wanita ini?

"Aku bilang jika kita saling mencintai dan dia mempercayai nya dengan mudah, " Ucapnya di sertai kekehan. "Lihat? " Monica menujukkan sebuah cincin yang ada di jemari nya, Alex terkejut karna cincin itu sama dengan cincin yang selalu dia pakai.

"Aku mengatakan padanya, jika kita berdua adalah sepasang kekasih dan menunjukkan cincin yang sama dengan mu ini dan dia langsung percaya saja. "

Tawa Monica pecah saat itu juga. "hahaha benar- benar bodoh kan? padahal dia tidak tahu saja jika itu semua hanya karangan ku dan cincin ini sengaja ku pesan khusus agar mirip dengan punya mu dan dia mengira jika kita mempunyai cincin yang couple. "

"Bukankah lucu , kalau semua orang tahu jika Alexander jaiden ternyata memiliki istri yang bodoh dan gampang di pengaruhi?! "

Mata Monica memerah memendam amarah yang kentara.

"Di banding kan diriku dia sama sekali tidak ada apa- apanya Alex! tapi kenapa kau lebih memilih nya di banding aku! " teriak Monica meluapkan emosian yang selama ini ia pendam.

***

Bersambung...