Sensasi Duda Seksi

Kasur yang empuk. Rhine duduk bersandar di headboard sementara aku bersandar di bawah bahunya. Dada yang bidang, aku bisa melihatnya dengan sangat jelas dari balik kaos ketat yang dia kenakan. Dia merangkulku sambil mengelus-elus lenganku. Rasanya aman, nyaman dan tentram. Sesekali dia juga memainkan rambutku dengan jarinya.

Kami memutuskan untuk bangun saat dia bilang akan bercerita panjang denganku. Aku menerima nya dengan sangat antusias ingin mendengarnya. Aku bahkan belum mencuci wajahku.

Aku mengetahui banyak hal tentangnya. Rhine menikah delapan tahun yang lalu, saat dia berumur dua puluh delapan tahun, seumuran ku. Dia dulu hanyalah seorang pemilik bar kecil seperti Ryan sekarang. Panjang perjalanannya hingga dia bisa mencapai puncak seperti sekarang, namun dia kehilangan sesuatu selama prosesnya. Istrinya.

Istrinya memilih untuk berpisah dengan Rhine setelah dua tahun pernikahan mereka, dengan alasan dia terlalu sibuk dengan kerjaannya. Pernikahan yang singkat tanpa seorang anak. Kurasa wanita itu kesepian.

Rhine membantahnya di pengadilan, dia tak ingin bercerai. Hingga akhirnya wanita itu mengatakan pada hakim jika suaminya seorang impoten. Semua orang menatapnya dan mulai berbisik-bisik. Aku bisa merasakan suasana apa yang di alami Rhine saat itu. Dia dipermalukan di depan banyak orang oleh wanita yang dia cintai. Aku yakin itu menyayat hati. Pernikahan mereka berakhir saat itu juga.

Semua pandangan buruk ku tentang Rhine hilang seketika, aku tidak percaya jika wanita itu akan mengatakannya. Setidaknya dia bisa menjadikan itu rahasia lama di antara mereka tanpa harus mengumbarnya. Aku merasa bersalah sebagai seorang wanita, semua orang punya kekurangan masing-masing. Tak ada yang sempurna.

Beberapa bulan kemudian Rhine tak sengaja melihatnya di sebuah restoran cepat saji, wanita itu bersama pria lain. Mereka bergandengan layaknya pasangan. Dan hal mengejutkan lain yang dilihatnya adalah perut wanita itu, dia hamil. Awalnya Rhine tak percaya namun dia menyelidikinya dan mendapati jika mantan istrinya sudah hamil lima bulan. Itu berarti saat mereka bercerai dia sedang hamil, dengan pria lain.

Itu sebabnya, wanita itu ingin bercerai karena dia berselingkuh dengan pria itu. Mereka sudah tidur bersama dan bahkan punya anak. Aku sungguh tak tahu arti pernikahan sebenarnya. Tapi dua tahun tanpa hubungan badan, memang bisa menjadi alasan. Tidak, itu tidak bisa membenarkan perselingkuhan mereka.

Rhine yang malang. Dia bahkan sudah berusaha namun selalu gagal, semuanya tak pernah berhasil. Tapi melihatnya malam itu saat bersamaku, aku yakin dia hanya butuh rangsangan yang lebih kuat agar dia bisa ereksi. Tapi bagaimana pun... Dia sudah menduda selama enam tahun dan menyewa berbagai macam wanita tapi semua tak membuahkan hasil. Aku yakin dia sudah menghabiskan banyak uang untuk itu.

Aku memutar-mutar jariku di dada dan perutnya bergantian selagi mendengarkan dia bercerita. Aku tak percaya dia akan menceritakan semuanya padaku secepat ini, kita baru mengenal belum lebih seminggu dan dia memberitahukan banyak hal padaku. Tapi dari semua jalan ceritanya aku tidak bisa menyimpulkan apapun terkait dari apa yang terjadi semalam.

Aku mendongak untuk bisa menatapnya, rahang yang tegas dan hidung yang mancung. Aku bisa melihat sedikit rambut keluar di lubang hidungnya. Aku memutuskan untuk bicara, "Kau hebat bisa melewati semuanya, Rhine" aku tersenyum saat dia balas menatapku.

Cup. Dia menunduk dan mencium keningku. "Kau mengasihani ku sekarang?" mata Rhine tampak tajam karena aku melihatnya dari bawah. Dia menatapku seakan aku sudah melakukan kesalahan. Aku memandangnya begitu.

"Tidak, tentu tidak. Kenapa aku mengasihi orang yang hidupnya lebih baik dariku, sungguh konyol." Aku mengalihkan pandanganku darinya, menghindari tatapan matanya.

"Ah ya, sekarang giliran mu. Aku juga ingin tahu tentangmu."

"Aku tidak punya cerita, tak ada hal yang bisa aku ceritakan padamu. Dan apapun itu kau pasti sudah mendengarnya dari Ryan, untuk apa aku mengulanginya." Aku memegang dadanya sebagai tumpuan untukku duduk, tak bersandar lagi darinya. "Dan juga, kau hanya menceritakan tentang dirimu, aku tidak menemukan jawaban apapun tentang pertengkaran Zarra dan Hana yang kau bilang itu karena mu."

"Bagaimana aku menyebutnya ya, kau pasti tahu bagaimana hubungan Hana dan Ryan."

"Di pihak Hana aku tahu, tapi Ryan aku tak tahu bagaimana dia menanggapinya."

"Ya, bocah itu memang tidak akan mengatakan apapun tentang perasaannya. Dia tidak akan bebas sebelum aku sembuh dan menikah lagi, dia masih saja merasa bersalah."

"Merasa bersalah? Kenapa?"

"Kau sungguh tak tahu apa pun tentangku?"

Aku mengangguk dan menggeleng, aku tak tahu pastinya karena Ryan tak bercerita banyak dan aku juga tak tahu ingin mengetahui tentang yang mana jika aku bertanya.

"Tapi ingin menikah denganku?"

Aku langsung mengangguk-angguk setuju.

"Hah, gadis muda seperti mu pasti berpikir jadi istri seseorang hanya akan membuatmu berdiam diri di rumah tanpa memikirkan apapun. Tapi pernikahan tak sesederhana itu Jade."

"Baiklah, aku mengerti. Aku.. Aku bisa belajar tentang pernikahan bukan, tentunya dari orang yang sudah pernah menikah." Aku membukakan kedua telapak tanganku sejajar dan mengarahkannya pada Rhine. Aku tersenyum tanpa rasa bersalah. Kupikir tidak salah jika aku berpikir begitu.

"Sudahlah, aku tidak akan membantahnya." Rhine mengalihkan pandangannya dariku. Dia tidak menjawab lagi.

"Jadi kenapa? Kau memberikan jawaban terlalu berbelit-belit pada gadis muda ini tuan." aku sangat menantikan sebuah jawaban dari pertanyaan ku. Sangat menggugah rasa ingin tahu ku sedari tadi. Aku mendekat dan menatapnya lekat-lekat, berharap mendapatkan jawaban singkat.

"Baiklah. Aku akan menjawabnya singkat agar bisa dimengerti dengan cepat. Hana membencinya karena Zarra memanfaatkan Ryan untuk menghancurkan pernikahan ku."

"Bagaimana bisa? Aku tidak yakin Ryan bisa di manfaatkan olehnya."

"Dia tidak memanfaatkannya secara langsung, tapi melalui orang lain. Pria yang menjadi selingkuhan Lea adalah teman Ryan. Awalnya Ryan hanya berniat mengenalkan mereka karena bisnis roti, dia ingin mencoba menghibur Lea karena aku sedang sibuk-sibuknya waktu itu. Dan Zarra turut serta disana, dia mencoba menjodohkan mereka berdua tanpa sepengetahuan Ryan, aku sudah bilang itu bukan salahnya. Tapi dia tak mau mendengarkan, karena baginya pria itu adalah kenalannya."

"Ya kau benar, itu bukan salahnya. Lagipula perselingkuhan tak akan bisa di benarkan, apapun alasannya. Tapi kenapa kau tidak membencinya?"

"Siapa?"

"Zarra."

"Aku ingin.. tapi aku tak bisa membencinya, dia sudah banyak membantuku saat aku krisis keuangan di bar. Aku berhutang banyak padanya. Meskipun aku sudah mampu menggantinya, tapi aku tak akan lupa bantuannya saat itu. Aku sungguh tak bisa membencinya, lagi pula aku tak bisa sepenuhnya menyalahkannya, dia hanya penghasut dan keputusan untuk berkhianat ada di tangan orang yang menjalaninya."

Aku mengangguk-angguk paham.

...----------------...