Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Merindukannya
Ketika malam hari tiba, seharusnya menjadi malam yang bahagia dan menyenangkan untuk pasangan pengantin baru. Tapi ternyata tidak seperti ekspetasi.
Avinna hanya duduk di atas tempat tidur, menatap suaminya yang tidur memunggunginya. Sama sekali tidak ada yang terjadi, setelah mereka mandi dan berganti pakaian, mereka tidak melakukan apapun dan tidak ada pembicaraan apapun. Karena suaminya malah langsung tidur dengan membelakanginya.
"Gak papa kalau memang kamu belum siap melakukannya. Aku akan menunggu" ucap Avinna sambil mengelus bahu suaminya itu.
Sama sekali tidak ada jawaban, padahal Axel juga belum tidur. Bahkan matanya masih terbuka, namun dia seolah tidak ingin mengatakan apapun. Semuanya masih seperti mimpi dalam dirinya, bagaimana dai yang harus berpisah dengan wanita yang dicintainya, dan sekarang terpaksa menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dia cintai.
Avinna menghela nafas pelan, dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Mencoba untuk memejamkan matanya, meski pikirannya sekarang begitu kacau. Karena pernikahan ini tidak seperti yang dia harapkan.
Entah pukul berapa sekarang, tapi yang jelas ini masih malam. Namun, Axel terbangun. Di keluar dari kamar dan memilih untuk merokok di balkon kamar. Setiap hisapan nikotin itu membuat pikirannya sedikit tenang. Kepulan asap terlihat di udara. Cara menghilangkan stresnya ya seperti ini.
"Aku berjuang mati-matian untuk menentang pernikahan ini. Tapi kamu malah memilih pergi dan menyerah. Dan akhirnya aku pun tidak bisa terlepas dari pernikahan sialan ini"
Ada setitik kecewa yang dia rasakan pada istrinya. Karena dia yang menyerah dan meninggalkannya. Sama sekali tidak menepati janjinya. Sekarang saja dia tidak tahu harus melakukan apa, karena setelah pernikahan ini, dia tidak tahu kedepannya akan seperti apa.
Ada setetes cairan bening yang mengalir di pipinya. Kelemahan pria adalah ketika di tinggal oleh wanita tercintanya. Dan Axel sedang berada di titik terendahnya sekarang.
Dia usap kasar air mata itu, kembali mengisap rokoknya. Menghembuskan asap ke udara. "Sial, aku begitu merindukanmu Sayang. Apa tidak bisa kita bertemu sebentar saja. Dimana kamu sekarang? Aku ingin memelukmu"
Biasanya di saat dia sedang kacau seperti ini, maka pelukan istrinya yang selalu menenangkannya. Hanya dengan memeluknya saja sudah cukup membuat Axel tenang. Tapi sekarang, tidak ada lagi wanita hebat itu disampingnya. Dia sudah memilih pergi dan menyerah untuk tetap berada disampingnya.
Avinna berdiri di balik dinding, dia terbangun saat tidak sengaja melihat pintu ke balkon terbuka. Dan dia mendengar semua ucapan suaminya itu. Avinna memegang dadanya yang terasa sangat sakit sekali sekarang.
"Ternyata memang butuh waktu cukup untuk aku bisa mendapatkan hatinya"
Menyerah? Tidak akan! Avinna begitu susah payah untuk menikah dengan pria yang dicintainya sejak lama. Jadi, dia tidak akan menyerah begitu saja hanya karena mengetahui suaminya tidak mencintainya. Karena apapun yang terjadi, dia akan tetap mencintai pria itu.
"Sekarang aku sudah bisa membuat istrimu pergi dari hidupmu. Jadi aku tidak akan pernah melepaskanmu apapun yang terjadi"
Keegoisan yang entah akan sampai kapan bisa terlepas dari Avinna dan membuatnya sadar jika cinta tak bisa memaksa.
*
Siang ini setelah dari makam kedua orang tuanya, Reni dan adiknya langsung pergi ke rumah Bibi dan Paman. Memang sejak dia datang ke Kota ini seminggu yang lalu, maka dia selalu berkunjung ke rumah Bibi dan Pamannya yang hanya berjarak tidak jauh dari rumah mereka.
Bibi selalu menyambutnya dengan senyuman hangat. Adik dari mendiang Ibu mereka ini, memang memiliki sedikit kemiripan dengan Ibu mereka. Jadi, sampai sekarang mereka selalu menganggap Bibi sebagai pengganti Ibu.
"Ayo makan dulu, Bibi sudah masak"
Reni mengangguk, dengan di gandeng oleh Bibinya, mereka pun masuk ke dalam rumah sederhana ini. Meski hanya tinggal di pinggiran kota dengan rumah yang sederhana, tapi suasananya tetap nyaman dan terawat.
Bibi menatap keponakannya yang sedang duduk di teras depan setelah mereka selesai makan siang. Sementara Paman yang baru pulang bekerja dari ladang, sedang minum kopi dengan Rezka di belakang.
Bibi duduk disampingnya, mengelus pundak gadis yang selalu banyak beban dalam hidupnya ini. "Nak, kamu baik-baik saja? Apa kamu akan tetap tinggal disini?"
Reni menoleh pada Bibinya, lalu dia tersenyum. Menyandarkan kepalanya di bahu Bibi, menganggap ini adalah bahu Ibunya. "Bi, kenapa semuanya jadi seperti ini ya. Sepertinya aku akan tinggal disini saja, untuk kembali ke Ibu kota, begitu menakutkan"
Sebenarnya bukan menakutkan, tapi dia terlalu takut bertemu lagi dengan mantan suaminya. Takut tidak bisa menahan diri.
Bibi mengelus kepala keponakannya, mengecupnya lembut. "Bibi dan Paman akan selalu mendukung apapun keputusanmu, Nak. Karena Bibi juga bisa mengerti perasaanmu"
Setidaknya Ayahmu juga mengalami hal yang sama. Kenapa hal seperti ini juga terjadi padamu.
*
Waktu berlalu cukup cepat, satu bulan berlalu sejak pernikahan. Kehidupan pasangan suami istri ini sama sekali tidak memiliki keharmonisan seperti kebanyakan orang. Padahal mereka adalah pasangan pengantin baru, seharusnya sedang dalam masa harmonisnya.Tapi ternyata tidak.
Axel berubah menjadi pria yang begitu dingin. Dia sudah kembali memimpin Perusahaan Ayahnya sekarang. Namun sikapnya benar-benar berubah. Menjadi pria dingin dan pemarah. Jika ada saja sedikit kesalahan yang dibuat oleh karyawannya, dia akan langsung marah besar. Bahkan bisa saja langsung memecatnya.
Kini Derry berubah menjadi Sekretaris Axel setelah Pak Ketua memilih untuk mundur dari Perusahaan dan hanya mengecek beberapa waktu saja. Sekarang Derry merasa sudah waktunya memberikan surat yang dititipkan Reni padanya.
"Pulang bekerja nanti, bagaimana jika kita pergi ke Apartemen. Ada yang perlu aku bicarakan" ucap Derry.
Axel langsung mendongak, dia menatap Derry dengan kening berkerut bingung. "Kenapa? Kau bisa bicarakan saja disini. Kenapa juga harus pergi kesana. Kau tahu sendiri kalau aku malas kembali ke rumah itu"
Terlalu banyak kenangan bersama istrinya, hingga dia tidak sanggup jika harus kembali ke rumah itu. Semua bayangan bersama istrinya pasti akan kembali terlintas, dan itu hanya akan membuatnya semakin hancur.
"Ini juga tentang dia, ada yang perlu aku sampaikan. Dan aku tidak bisa membicarakannya disini"
Axel langsung terdiam mendengar itu, bisa langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Sekretarisnya ini. Jika itu tentang mantan istrinya, maka dia akan selalu ingin tahu. Meski terus berusaha untuk melupakannya, tapi nyatanya dia malah semakin ingin mencari tahu tentang keberadaan Reni saat ini.
"Baiklah"
Derry menghela nafas pelan, nyatanya Tuannya ini masih begitu peduli jika semua ini bersangkutan dengan mantan istrinya. Sekarang saja dia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, Derry tetap harus memberikan surat dari Reni waktu itu.
Nona, semoga anda baik-baik saja diluar sana. Semoga kalian bisa bersatu kembali suatu saat nanti.
"Der, apa kau tahu dimana dia tinggal?" tanya Axel.
Derry menghembuskan nafas pelan, lalu dia menggeleng pelan. "Tidak Tuan"
Lagi, Axel hanya bisa menghembuskan nafas berat saat ini. Mencoba untuk melupakan, tapi ternyata dia semakin merindukannya.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪