Selena mengalami penindasan baik di rumah maupun di sekolah. Semua orang menganggapnya sebagai beban yang tidak berguna. Namun, sebenarnya Selena adalah serigala berbulu domba yang telah menipu semua orang. Dia selalu membalas dendam berkali-kali lipat dan tak ada satupun yang menyadarinya.
Ares Kairos, seorang jenderal yang bertempur gagah berani di garis depan. Namun, dia hampir berubah menjadi monster gila yang kehilangan akal karena tidak bisa menemukan partner yang cocok. Suatu hari ada gadis aneh yang jatuh ke pelukannya dan dengan kurang ajar meraba tubuhnya.
Selena : Hei tampan, tubuhmu terlihat bagus. *hampir meneteskan air liur*
Ares : Siapa kau?
Selena : Belahan jiwamu. *mengulurkan cakar serigala*
Pangkalan militer.
Tentara : Lapor jenderal! Istrimu kabur lagi!!!
Ares : Kemana dia?
Tentara : Lapangan latihan, dia memerintahkan kami untuk melepaskan pakaian atas.
Ares : *menggebrak meja hingga hancur* SELENA!!!
Selena : Otot yang bagus~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiyana Cindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 - Pria Tampan di Kamar Mandi
Tubuh Ares menjadi tegang ketika merasakan tangan halus itu, meskipun rasanya nyaman tetapi membangkitkan api yang belum pernah menyala. Dia segera menghentikan tangannya yang hampir saja menyentuh tubuh bagian bawahnya.
Namun, dia segera menyadari tidak mengenakan sarung tangan yang menekan kekuatannya.
“Kau-“
Ares terkejut ketika menyadari tidak terjadi apapun padanya padahal selama ini apapun yang dia sentuh baik benda mati ataupun makhluk hidup pasti akan hancur. Oleh sebab itu dia selalu menggunakan sarung tangan khusus untuk menekan kekuatannya.
Mata Selena berkedip cepat dan merasa jengkel karena ada busa sabun yang menghalangi pandangannya.
“Hei tampan, kau merawat tubuhmu dengan baik.” Dari semua orang yang pernah dia lihat hanya pria di depannya yang memiliki tubuh yang bagus dan sesuai dengan seleranya.
Bahkan aktor nasional yang disukai banyak orang lebih buruk darinya.
Dia memiliki rambut berwarna hitam dengan mata kuning keemasan, wajahnya terlihat tirus dengan hidung mancung dan bibir tipis yang menggoda. Tinggi badannya mungkin antara 185-190 cm terlihat dari kakinya yang panjang dan tubuh bagian atasnya yang proporsional.
Tubuhnya berotot tetapi tidak berlebihan, jelas sekali bahwa dia adalah seorang tentara karena ada bekas luka di samping pinggangnya. Dengan teknologi medis saat ini semua bekas luka bisa dihilangkan tanpa operasi plastik. Namun, ada bekas luka yang sulit hilang yang berasal dari serangan alien zerg.
“Lepaskan aku!” Baru kali ini Ares memohon pada orang lain meskipun dia bisa mengalahkan gadis di depannya dengan mudah.
Aromanya yang menenangkan membuat tubuhnya rileks dan nyaman sehingga dia tidak mau bergerak.
“Tidak mau,” goda Selena sambil meraih dagunya dengan tangan yang bebas.
Pernapasan Ares terasa berat ketika gadis itu mendekati wajahnya dan menyelusuri lehernya seolah ingin meninggalkan tanda.
‘Sialan ilusi ini terlalu nyata,” batin Ares di dalam hati.
Dia menganggap semua hal ini adalah halusinasi karena efek samping obat yang diminumnya. Althea telah memperingatkannya bahwa semua indranya akan terpengaruh tetapi dia tidak menyangka akan senyata ini.
Apakah karena dia terlalu haus karena tak kunjung menemukan partnernya?
Sudah puluhan tahun tidak ada yang memiliki kecocokan dengannya.
‘Karena ini ilusi maka aku akan menikmatinya.’ Ares tersenyum kecut dan membiarkan gadis itu.
“Bisakah aku melihatnya?” tanya Selena dengan tatapan polos sambil menunjuk tubuh bagian bawah.
“Tidak!” tolak Ares malu.
Meskipun hanya halusinasi dia tidak akan membiarkan siapapun melihat tubuh bagian bawahnya kecuali partnernya.
“Cih …” desis Selena kecewa.
“Jangan bergerak!” Ares menghentikan tubuhnya yang nakal dan menggoda.
Air terciprat hingga meluap dari bathup hingga menyebabkan busa sabun yang menghalangi pandangan mulai menghilang. Ares menutup mata Selena kemudian meraih jubah mandi yang tidak jauh darinya. Dia membungkus tubuhnya dengan rapat dan hanya menyisakan kakinya.
“Kenapa kau menutupi tubuh indahmu,” ucap Selena kecewa.
Sudut bibir Ares berkedut dan merasa tidak berdaya.
Selena bangkit dari bathup lalu mengeringkan pakaiannya, untungnya pakaiannya memiliki fungsi pengeringan dan membersihan otomatis sehingga dia tidak repot. Tak heran wanita yang memberikan pakaian ini sangat membanggakan designnya.
“Ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya Selena sambil menghampirinya.
“Aku-“
Sebelum Ares menyelesaikan perkataannya, gadis itu tiba-tiba menghilang dari hadapannya.
“Sepertinya ilusinya sudah hilang,” guman Ares sambil terkekeh.
“Obatnya sungguh luar biasa.” Dia bisa merasakan energi ditubuhnya sudah stabil dan tidak ada tanda-tanda mengamuk. Baru kali ini dia merasakan hal yang luar biasa terlepas dari ilusi aneh yang dialaminya.
“Gadis itu, apakah perwujudan partner yang aku inginkan?”
oOo
Tuing … tuing … tuing …
Bola bulu memantul dan mencoba membangunkan Selena yang masih terlelap. Dia menggosokkan tubuhnya pada wajah Selena hingga menghalangi pernapasannya.
“Maomao jangan menggangguku,” decak Selena kesal dan melempar bola bulu itu.
Maomao memantul kembali dan terus memukul tubuh Selena dengan bulu lembutnya. “Cepat bangun! Hari ini kau harus bekerja,” katanya mengingatkan.
Selena masih terlihat enggan tetapi dia harus bangun sebelum penghuni rumah ini terbangun sebelum dirinya. Dengan cepat dia membersihkan dirinya di kamar mandi kemudian mengenakan seragam kerja.
“Ayo kita pergi Maomao!”
Maomao melompat ke atas bahunya dan mencium aroma aneh.
“Parfum apa yang kau gunakan?” tanya Maomao penasaran dan dengan rakus mencium aroma tersebut.
“Aku tidak menggunakan parfum.” Selena jarang menggunakan parfum karena akan meninggalkan aroma dan mudah dikenali. Dia sangat berhati-hati mengingat identitas tersembunyinya.
“Mungkin ini aroma sabun, aku baru saja mengganti sabunku,” jelas Selena.
Maomao terus menyentuh leher Selena hingga membuatnya geli.
“Berhenti!” Selena menarik Maomao kemudian memasukannya ke dalam tas.
Setelah berjalan selama setengah jam akhirnya dia sampai di tempat kerja dan melihat bosnya sedang membuka pintu.
“Selamat pagi, Tuan Evander.”
Pria tua berambut putih membalas sapaannya. “Selamat pagi, Selena.”
“Hari ini anak-anak dari Sekolah Dasar Inverna akan datang dan kau harus memandu mereka,” kata Tuan Evander.
“Saya mengerti.”
Selena bekerja sebagai pemandu di museum yang berisi sejarah dan benda-benda dari era Bumi Kuno. Manusia telah mengalami evolusi dan mencari tempat tinggal baru karena Bumi sudah tidak layak dihuni. Planet itu mengalami bencana besar karena badai kosmik dan peradaban telah runtuh.
Sekarang planet itu telah berubah menjadi sarang alien zerg.
Tak banyak barang asli yang tersimpan di museum ini karena barang-barang dari era Bumi Kuno banyak yang hancur sejak eksploriasi alam semesta dan perang dengan alien zerg. Sehingga dibuatlah replika untuk mengenang masa lalu dan mengingatkan generasi sekarang tentang kehidupan saat era Bumi Kuno.
“Apakah kalian sudah buka?”
Seorang wanita paruh baya dengan pakaian modis berjalan mendekati mereka.
“Oh Irene kamu datang lagi,” sapa Tuan Evander.
Irene sering mengunjungi museum ini karena hanya tempat ini satu-satunya yang berisi informasi tentang Bumi Kuno.
“Kuharap kali ini kau mengizinkanku memasuki perpustakaan.”
“Sudah berapa kali aku katakan, kau tidak boleh memasuki perpustakaan karena buku-buku di sana sangat rapuh dan mudah hancur,” tolak Evander tegas.
“Sebenarnya apa yang kau cari?” tanya Evander penasaran. “Kau tidak berpikir ingin pergi ke Planet Bumi, kan?”
“Aku tidak segila itu,” bantah Irene sambil memutar matanya.
“Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang Bumi,” jelasnya.
“Aku sudah menceritakan segala hal tentang Bumi padamu,” ujar Evander.
Irene menyipitkan matanya dan melipat lengannya di depan dada. “Kau hanya menceritakan kebohongan.”
“Terserahlah jika kau tidak percaya.” Evander terlihat kesal dan berbalik meninggalkannya.
“Selena awasi wanita tua ini dan jangan biarkan dia mendekati perpustakaan!” perintahnya tegas.
“Baik, Tuan Evander.” Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keamanan perpustakaan karena dilindungi oleh dinding logam yang kuat dan tidak akan hancur kecuali Planet Gaia musnah.
Yang bisa mengaksesnya hanya Tuan Evander Dorian.
Irene mengerutkan hidungnya ketika mencium aroma yang familiar, dia mendekati Selena dan mengendus tubuhnya.
“Kenapa ada aroma cucuku di tubuhmu?”
-TBC-