Dion Mahesa Birawa adalah seorang menantu yang tidak berguna di keluarga Wolf. Setiap hari hanya mendapat hinaan dari seluruh anggota keluarga mereka, terutama Jasmine istrinya, dengan teganya berkhianat di belakangnya.Perceraian sudah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi, tanpa mereka sadari, lelaki yang selalu di anggap tidak berguna itu, adalah seorang putra mahkota, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar dunia. Tidak ada yang tidak mungkin baginya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aditya Jetli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Awas kau Dion
Nenek Wolf yang pertama kali menyadari, bahwa saat ini, mereka sedang berada di mana. kemudian dengan marah, dia bertanya kepada Brian
"Bukankah ini pemakaman. Kenapa kau bawa kami kesini Brian." Kata nenek Wolf marah, walaupun sedikit gugup, tapi Brian yang ditanya hanya tenang tenang saja, baru kemudian dia menjawab
"Inilah tempat yang aman untuk kita tidur malam ini nek. Aku yakin, kita tidak akan diusir lagi oleh siapapun. "
Nenek Wolf dan yang lain tidak merespon perkataan Brian, mereka malah melamun, dan berdiri bengong serta ragu ragu, sampai terdengar sebuah suara yang sedikit keras di telinga mereka
"Kenapa bengong saja. Ayo masuk kebangunan itu, di dalamnya pun ada listrik, ayo!" Ucap Brian kuat, hingga membuat mereka terbangun dari lamunannya
Dengan ragu ragu, mereka terpaksa masuk ke bangunan yang dimaksud oleh Brian. Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya mereka, ketika melihat di dalam bangunan tersebut, terdapat banyak sekali peti mati yang bertumpuk di sana
Chalista Dan Everly, yang pada dasarnya adalah manusia penakut, tubuhnya menggigil ketakutan, dan berusaha merapat ke Danish serta nenek Wolf
Ternyata bukan hanya mereka berdua yang takut, Danish dan nenek Wolf juga merasa takut, ketika memandang tumpukan peti mati yang tersusun rapi di depannya
"Kenapa kau bawa kami ke sini kak Brian, Tidakkah kau tahu tempat apa ini, apakah kau ingin mencelakai kita semua?" Kata Chalista emosi, Brian malah cuek saja dan menjawab
"Kalian tenanglah, tempat ini aman. Peti mati yang tersusun di sana itu, semuanya kosong, dan tidak ada isinya sama sekali."
Everly, yang mendengar penjelasan dari Brian protes, dan mengeluarkan pendapatnya
"Tapi walau bagaimanapun, ini bukan tempat yang aman untuk kita tidur, apalagi situasinya sangat menyeramkan, lebih baik kita keluar, dan kita cari tempat lain saja untuk tidur malam ini."
Brian sedikit geram, ketika mendengar bantahan dan usul dari mertuanya Everly, tapi tetap ditahan nya. Tak lama sesudah itu, dia berkata yang ditujukan kepada mereka berempat
"Apakah kalian pikir, ada tempat yang mau menerima kita, walau hanya untuk sekedar berteduh apalagi untuk tidur. Tak ingatkah kalian, bahwa kita sudah berkali kali diusir, ketika ingin berteduh."
"Jadi singkirkan ketakutan kalian itu. Aku jamin, tempat ini tidak seseram seperti yang kalian bayangkan itu." Ucapnya sambil rebahan, dengan bersandarkan dinding bangunan itu
Nenek Wolf juga yang lainnya, mau tidak mau, ikut juga duduk dengan bersandarkan dinding, dan sesekali melirik tumpukan peti mati yang ada di depan mereka itu
***
Rumah sakit Elizabet, hari berlangsungnya pesta
Vincent yang saat itu babak belur, akibat dihajar oleh Brandy, telah dibawa ke rumah sakit, dan ditempatkan di ruang ICU, untuk mendapatkan pertolongan darurat
Seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan lebam di sana sini, akibat terkena tamparan, pukulan dan tendangan dari Brandy, hingga membuatnya tidak sadarkan diri
Di hari kedua, kesadarannya telah pulih, setelah dinyatakan sudah melewati masa krisis, oleh dokter yang menanganinya saat itu
Malam ini dihari kedua dan malam ketiga, jarum jam telah menunjukkan pukul 10.30, Vincent telah dipindahkan keruang rawat inap kelas mawar, Dia tidak bisa tidur, pikirannya terus menerawang ke hari dimana dia dihajar oleh Brandy dengan brutalnya
Dia menghubung hubungkan rentetan peristiwa yang telah dialaminya, dan akhirnya bermuara pada sosok Dion, orang yang selama ini disangka penyebab dari kacaunya pesta kakak sepupunya Jasmine, dan penyebab kenapa dia saat ini berada di rumah sakit
Walau dalam kondisi yang tidak dikatakan baik, tapi hatinya bergejolak penuh dengan dendam, terhadap sosok Dion yang sangat dibencinya. Ingin rasanya Dia mencabik cabik tubuh Dion, hingga menjadi potongan potongan kecil, dan diberikannya kepada anjing jalanan
"Awas kau Dion!. Setelah aku sembuh, aku akan mencari mu, dan membuat perhitungan dengan mu. Tunggu saja waktunya!" Ucapnya dalam hati geram, sambil mengekspresikan kemarahannya, dengan mencengkeram kuat besi pembatas tempat tidurnya
Andai saja saat itu, ada orang yang mendengar perkataan dalam hatinya, mungkin orang tersebut akan berkata
"Vincent Vincent !.Kau pikir kau siapa saat ini. Tak tahukah kau, bahwa Dion bukanlah orang yang bisa kau singgung seenaknya lagi. Jika kau ingin membuat perhitungan dengannya, maka kau sendiri akan mengantarkan nyawamu kepadanya."
"Lagipula, kau sekarang bukanlah siapa siapa, kau sekarang sudah miskin, karena semua harta benda nenekmu telah disita oleh perusahaan Birawa Group dan pihak bank."
"Dasar orang bodoh, tidak tahu diri, sok berkuasa, dan bla bla bla bla"
Begitulah mungkin kalimat kalimat yang akan dilontarkan oleh orang tersebut, untuk menggambarkan kejengkelannya, akibat mendengar perkataan Vincent yang tidak tahu diri itu
***
Hari dimana Brian dan Jasmine ditahan
Pesta pernikahan yang digadang gadang, akan menjadi pesta yang meriah dan penuh kejutan, telah menjadi kacau, dan berubah menjadi ajang pembantaian oleh orang orangnya Dion
Nenek Wolf juga yang lain, diusir secara paksa dari ruangan pesta tersebut, sedangkan Vincent saat itu tidak diketahui nasibnya
Brian dan Jasmine dituduh telah menggelapkan uang perusahaan, dan mereka berdua langsung ditahan, serta dibawa ke kantor polisi untuk dimintai pertanggungjawabannya
Tapi di tengah jalan, terjadi sebuah kecelakaan kecil, yang menyebabkan mobil yang sedang ditumpangi Brian dan Jasmine, terpaksa berhenti, untuk menyelesaikan permasalahan kecelakaan tersebut
Disaat itulah, Brian melarikan diri, tanpa menghiraukan keberadaan Jasmine, yang masih berada dalam mobil tahanan itu
Apalah daya bagi seorang wanita lemah seperti Jasmine, dia tidak mampu berlari cepat seperti suaminya, maka dengan perasaan sedih, dia pasrah, ketika di tinggal oleh Brian begitu saja
Sementara bagi Brian, begitu dia berhasil melarikan diri dari dalam mobil tahanan itu, sedikitpun dia tidak menoleh ke belakang, untuk sekedar melihat keadaan istrinya. Dia terus lari dan berlari, dan entah sampai kapan akan berakhir
Begitu menyadari hal itu, Jasmine menjadi begitu sedih, dia tidak menyangka, bahwa suami barunya itu, tega meninggalkannya sendiri. "Benar benar suami yang tidak bertanggung jawab, dan mementingkan diri sendiri." Katanya dalam hati
***
Setelah dua hari, Jasmine diberi penangguhan penahanan oleh pihak Kepolisian, dengan jaminan, bahwa dia tidak akan melarikan diri, dan tidak berusaha menghilangkan bukti
Malam ini, dia sedang terlunta lunta di tengah kota, tanpa seorangpun yang peduli akan nasibnya. Dia tidak bisa menghubungi siapa pun, karena saat ini, dia tidak membawa handphone atau alat komunikasi lainnya
Jangankan handphone, uang saja dia tidak punya, karena ketika saat pesta pernikahannya, tentu saja tidak membawa uang, sedangkan handphonenya, dia letakkan di dalam tas dan tidak dibawanya serta
"Perutku lapar sekali, bagaimana aku mendapatkan makanan, sedang saat ini, aku tidak punya uang sama sekali. Benar benar sial!" Umpatnya lirih, sambil mengamati jari manisnya. ternyata cincin kawin yang diberikan oleh Brian, sudah tidak ada lagi di sana
"Sejak kapan cincin itu tidak ada lagi di jari manis ku. Apakah petugas itu atau orang orang yang ada di dalam pesta yang telah mengambilnya." Kata Jasmine dalam hati, sambil menggerutu kesal
"Uhhh, sial. sudah malam, mana lapar lagi." Gerutunya lirih, kemudian dia duduk di bangku panjang dekat taman kota
Wajahnya menengadah ke langit, dan tangannya dia letakkan di atas kepala, sambil mengacak acak rambut tanda kesal, hingga membuatnya berantakan
Tanpa dia sadari, ada beberapa orang yang sedang berdiri di dekatnya. Mereka terdiri dari 1 orang pria dewasa paruh baya, dan 3 orang wanita yang berbeda usia. Sepertinya mereka sebuah keluarga kecil, dengan satu istri dan dua anak
Tanpa mengucapkan sepatah katapun. salah serang dari mereka mengulurkan makanan dan sedikit uang kepada Jasmine. Dia kira jasmine adalah peminta minta alias pengemis
"Apa maksudnya ini. Kenapa kamu memberikan makanan dan uang ini padaku. Aku bukan pengemis!" Teriak Jasmine marah