#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Tidak Berbohong
"Kak Zeshan ... are you okay?"
"Hem I'm okay," jawab Zeshan begitu mantap.
Sayangnya, ucapan pria itu berbeda jauh dengan kakinya yang sejak tadi sama sekali tidak bisa diam. "Tapi kok kakinya geter-geter gitu, Kakak asam urat?"
Pertanyaan Devanka sontak membuat Zeshan memegangi kedua lututnya, malu sekali rasanya. "Aku belum setua itu, Deva," kesal Zeshan berdecak pelan.
Walau memang Devanka tidak menyebutkan kata-kata tua atau semacamnya, tapi Zeshan tahu betul di otak Devanka penyakit semacam itu selalu berhubungan dengan usia.
"Ouh ... kan cuma tanya," ucapnya santai kemudian kembali menemani Nadeo bermain di hadapan Zeshan.
Sebuah pemandangan yang membuat Zeshan merasa seakan tengah mengawasi dua anaknya bermain. Jika sedang dalam mode memainkan dinosaurus bersama Nadeo begitu, memang sama sekali tidak ada tampang Devanka layak dinikahi.
Jadi tidak salah jika pria itu sampai menjulukinya bocah bau ingus, karena memang begitu. Selain karena tubuhnya yang mungil, pakaian yang Devanka kenakan juga selalu longgar dan cukup menipu banyak mata, termasuk dirinya.
"Wiuwiuwiuwiu awas Onty mau mendarat," celoteh Devanka sembari menerbangkan mainan Nadeo.
"Onty itu tileks gabica telbang!!"
"Ih bisa, ini ada sayapnya, Deo."
"Butan, Onty, itu tanan!!"
"Sayap, Deo."
"Butan!!!"
"Oh bukan, terus yang bisa terbang yang mana?"
"Ini, Onty," ucap Nadeo sembari memberikan salah-satu yang berbeda di antara mainan lainnya.
"Wah burung apa nih?" tanya Devanka usai menerima pemberian Deo kali ini.
"Butan buwung, Onty." Nadeo menggeleng, dia sampai melepaskan mainan yang dia pegang demi bisa memberikan penjelasan lebih lanjut pada Devanka.
"Terus apa kalau bukan burung? Kan ada sayapnya?"
"Peosauwus," jelas Deo dengan bibir yang sampai maju beberapa centi.
"Peo apa?" Bicaranya Nadeo terlalu candu di telinga Devanka, karena itu dia meminta Nadeo kembali mengucapkan nama dinosaurus terbang itu, Pterosaurus.
"Peosauwus, Onty," ulang Nadeo yang lagi-lagi tak membuat Devanka puas.
"Peo apa? Sekali lagi dong?"
"Peo-sa-wu-uuuuuus!!" Jika sebelumnya masih dengan penuh kelembutan, kali ini Nadeo mengulangnya dengan emosi luar dalam yang membuat Devanka tergelak.
"U-us?"
"Butan u-us, sauwuuuuusss!!"
"Saos?" goda Devanka lagi masih saja enggan berhenti walau kini Nadeo sudah melempar mainannya sembarang arah lantaran kesal tentu saja.
Hal itu tak lepas dari pantauan Zeshan, pria itu tersenyum tipis melihat interaksi putra dan istrinya. Ketegangan selama menunggu Mommy Amara sedikit berkurang, tergantikan gelak tawa yang juga tak kuasa Zeshan tahan tatkala Nadeo frustrasi menghadapi Devanka yang hingga berakhir menghambur ke pelukan Zeshan segera.
"Deo kenapa? Hem? Batinnya tertekan ya?" tanya Zeshan masih dengan tawa renyah sewaktu mengangkat Nadeo ke pangkuannya.
"Cape, Daddy," jawab Nadeo lesu sembari bersandar ke tubuh Daddy-nya, bukti nyata jika anak itu menyerah menghadapi Devanka.
"Capek? Mau tidur?"
"Engga, cape ajah," jawabnya kian kecil dan Zeshan tidak lagi bertanya karena besar kemungkinan Nadeo akan menangis jika dipermainkan di saat sudah lelah.
Semakin lama, Nadeo semakin diam dan hal itu tak lepas dari tatapan Devanka. "Kak," panggilnya sembari mendekat demi memastikan dugaannya.
"Kenapa?"
"Tidur ... sini aku pindahin biar nyaman," tawar Devanka tak lupa mengulurkan tangan, hal itu jelas diterima dengan sepenuh hati oleh Zeshan.
Terharu sekali Zeshan dibuatnya, sosok ibu yang Nadeo butuhkan memang melekat dalam diri Devanka. Selain lembut dan menyayangi Nadeo, dia juga cepat tanggap dan hal itu adalah nilai tambahan baginya.
"Kakak tolong beresin mainannya ya, aku bawa Deo ke kamar dulu."
"Hah?"
"Kok hah? Bagi-bagi dong tugasnya, nanti Mommy datang masih berantakan gimana? Habis riwayat kita ... bisa ya, mohon kerja samanya."
Zeshan menghela napas panjang, tidak dia duga jika Devanka akan berani memerintah layaknya seorang istri yang sudah lama dia nikahi. "Iyaya ... aku bereskan."
Sempat terkejut, tapi ujung-ujungnya Zeshan patuhi juga. Sebenarnya bukan kali pertama, sebelum ini juga memang Zeshan sudah terbiasa. Akan tetapi, yang atas perintah istri baru kali ini, dan rasanya sedikit berbeda.
"Bisa-bisanya dia memerintahku begitu, cerewet juga ternyata," gumam Zeshan seraya menggeleng pelan, senyumnya terbit membentuk bulan sabit. Tiga tahun usia Nadeo, ini adalah kali pertama ada yang berani memerintahkannya ini dan itu.
Di tengah kegiatannya, Zeshan dikejutkan dengan suara langkah kaki yang begitu khas dan sontak membuatnya berbalik. Masih dengan memegang mainan Nadeo, Zeshan mundur beberapa langkah kala Mommynya kian dekat.
"Kamu apakan menantu Mommy? Hem?" Tanpa mengizinkan Zeshan bicara, Mommy Amara tiba-tiba menjewer telinga Zeshan hingga pria itu meringis kesakitan.
"Awwwh, Mom ... santai, tidak kuap_"
"Bohong!! Zain sendiri yang melihat Devanka menangis, Mommy tahu betul siapa Devanka dan mustahil dia menangis tanpa sebab, Zeshan," sentak Mommy Amara menambah kekuatannya dan jelas hal tersebut membuat teriakan Zeshan kian menjadi.
"Astaga Zain dipercaya, musyrik tah_aaaarrgghh lepas dulu, Mom sakit!!"
"Sakit? Begini saja sakit? Terus bagaimana dengan Devanka yang sudah kamu buat sampai menangis begitu, Zeshan?!" bentak Mommy Amara dan baru bersedia melepaskan tangannya.
"Mommy dengar dulu penjelasanku, jangan apa-apa langsung ngamuk begini ... Zain tidak lihat apa yang terjadi sebenarnya," gerutu Zeshan seraya menggosok kasar telinganya yang terasa kebas akibat ulah Mommy Amara.
"Oh iya? Sayangnya Mommy lebih percaya Zain kali ini!!"
"Heuh? Percaya Zain? Mommy yang benar saja, pembohong sepertinya dipercaya ... yang harusnya dipercaya itu aku, yang jujur."
"Iya tahu kamu jujur, tapi kali ini feeling Mommy mengatakan kamu bohong, Zeshan," tegas Mommy Amara tak terbantahkan, mengingat bagaimana sikap Zeshan pada Devanka sewaktu awal menikah sudah cukup kenapa dirinya tidak percaya.
"Tapi kali ini Kak Zeshan tidak berbohong, Mom."
.
.
- To Be Continued -